Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Kenapa Ledakan Populasi Ubur-ubur Bluebotlle Cuma Ada di Pantai Selatan Jawa?
27 Mei 2021 18:45 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Ledakan populasi ubur-ubur Bluebottle akan terjadi lagi pada Juni sampai Agustus mendatang. Jutaan ubur-ubur diperkirakan akan terdampar di sepanjang pantai selatan Jawa hingga Bali setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Ledakan populasi atau blooming ubur-ubur ini sebenarnya merupakan fenomena tahunan. Setiap tahun antara bulan Juni sampai Agustus atau September, ubur-ubur jenis Bluebottle jellyfish akan menyerbu pantai-pantai di selatan Jawa, termasuk pantai di Yogyakarta dari Gunungkidul, Bantul, sampai Kulon Progo.
Dokter spesialis toksinologi hewan berbisa dan tanaman beracun, Tri Maharani, mengatakan ledakan populasi ubur-ubur Bluebottle ini merupakan fenomena yang menarik. Sebab, fenomena ini hanya terjadi di Indonesia, khususnya di pantai selatan Jawa hingga Bali.
Selain itu, di luar negeri ubur-ubur Bluehottle juga termasuk jenis yang jarang ditemui. Di beberapa negara seperti Filipina, Malaysia, dan Australia memang kerap ditemukan ubur-ubur Bluebottle, tapi jumlahnya tidak sebanyak di Indonesia.
“Di luar negeri orang menemukan satu dua saja rasanya sudah wow, ini saya melihat ada sebanyak itu di depan mata, ya, jutaan,” kata Tri Maharani ketika dihubungi, Jumat (21/5).
ADVERTISEMENT
Di hubungi terpisah, peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Oksto Ridho Sianturi, mengatakan bahwa sampai sekarang alasan kenapa blooming ubur-ubur Bluebottle ini hanya terjadi di Jawa dan Bali saja juga masih menjadi diskusi para peneliti. Belum diketahui secara pasti, mengapa ledakan populasi tersebut hanya terjadi di pantai selatan Jawa hingga Bali saja.
Sebenarnya menurut dia ada kemungkinan ledakan populasi ini juga terjadi hingga pantai di Nusa Tenggara bahkan di pulau-pulau lain di Indonesia. Namun karena kurangnya informasi, fenomena-fenomena yang mungkin terjadi di tempat lain menjadi tidak terdengar.
“Itu kelemahan kita juga karena informasinya tidak lengkap. Jangan-jangan di semua perairan pantai selatan Indonesia juga ada, cuman infonya yang belum ada,” kata Oksto Ridho Sianturi ketika dihubungi, Selasa (25/5).
ADVERTISEMENT
Tidak Memiliki Alat untuk Berenang
Secara morfologi, ubur-ubur Bluebottle tidak memiliki alat gerak untuk berenang. Mereka hanya punya bagian penyengat, pencerna makanan, serta bagian reproduksi. Satu-satunya alat gerak mereka hanya berupa lapisan payung tipis yang sistem kerjanya hanya mengandalkan gaya eksternal, entah itu angin, arus, atau gelombamg air laut.
“Mereka tidak punya alat gerak. Jadi asumsi kami yang membawa mereka ke daratan tentunya gaya di permukaan, baik itu angin, arus, maupun gelombang,” ujar Oksto Ridho Sianturi.
Kenapa hanya terjadi antara Juni sampai Agustus menurut dia juga masih menjadi pertanyaan. Perlu analisis lebih lanjut mengenai arah angin, gelombang, dan arus permukaan di bulan-bulan tersebut untuk menjawab pertanyaan tersebut.
“Jadi prediksi saya pendorong utamanya pasti itu, jadi ini adalah fenomena alam,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ubur-ubur ini sebenarnya bisa ditemukan di mana saja, baik di daerah tropis maupun subtropis. Ubur-ubur Bluebottle juga tidak pernah menetap di suatu wilayah tertentu. Mereka bisa melakukan reproduksi di tengah laut, berbeda dengan beberapa jenis ubur-ubur lain yang harus pergi ke tepi laut untuk bereproduksi.
Ledakan ubur-ubur ini juga memungkinkan adanya indikasi terganggunya ekosistem. Sebab, jika ada salah satu makhluk hidup yang populasinya meledak, pasti ada makhluk lain yang populasinya semakin sedikit.
“Jika ubur-ubur ini blooming, kemungkinan ada masalah pada rantai makanan. Kemungkinan hewan-hewan yang jadi predatornya seperti penyu sudah semakin sedikit, sehingga populasi ubur-ubur menjadi meledak,” ujar Oksto Ridho Sianturi.