Konten Media Partner

Ketakutan Pasien Glaukoma di Jogja: Tak Bisa Lagi Melihat Senyum Anak dan Suami

26 Februari 2024 16:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi seorang perempuan sedang mengecek kesehatan matanya di Rumah Sakit Mata dr. YAP Yogya, Jumat (23/2). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seorang perempuan sedang mengecek kesehatan matanya di Rumah Sakit Mata dr. YAP Yogya, Jumat (23/2). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tri Retna Dewati, 50 tahun, harus berdamai dengan kenyataan pahit bahwa dirinya mengidap glaukoma, penyakit yang dijuluki "pencuri penglihatan". Bertahun-tahun dia hidup dalam ketakutan penyakit itu akan merenggut penglihatannya secara total.
ADVERTISEMENT
“Kadang-kadang saya sampai tidak bisa tidur,” kata Retna kepada Pandangan Jogja, akhir pekan kemarin.
“Kalau saya sampai di tahap ke sana (buta) pasti karier saya tamat, saya tidak bisa melihat anak dan suami saya, dan pasti kehidupan saya akan berubah 180 derajat. Mungkin saya banyak merepotkan orang, itu terngiang di kepala saya,” lanjutnya.
Tri Retna Dewati saat mengisi talkshow di RS Mata dr YAP Yogya pada Jumat (23/2). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Retna pertama kali didiagnosis glaukoma pada usia 38, tahun 2012 silam. Awalnya, ia hanya merasakan sakit kepala hebat. Ia tidak pernah menyangka bahwa sakit kepala tersebut merupakan awal dari penyakit yang dapat merenggut penglihatannya.
Jika terlambat didiagnosis, bukan tidak mungkin glaukoma telah mencuri penglihatannya. Beruntung, Retna mendapatkan pengobatan yang tepat di Rumah Sakit Mata dr YAP Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Dengan pengobatan yang tepat, dokter yang tepat, pola hidup yang tepat, sehat, insyaallah glaukoma ini bisa seiring sejalan menjalani kehidupan ini dengan penyakit saya ini,” kata Retna.
Dokter spesialis mata subspesialis glaukoma di Rumah Sakit Mata dr YAP Yogyakarta, Retno Ekantini, saat mengisi talkshow tentang glaukoma di RS Mata dr YAP Yogyakarta, Jumat (23/2). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Dokter spesialis mata subspesialis glaukoma di Rumah Sakit Mata dr YAP Yogyakarta, Retno Ekantini, menjelaskan bahwa glaukoma adalah kerusakan saraf mata yang disebabkan oleh tekanan bola mata tinggi.
“Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua di Indonesia,” kata dr Retno.
“Penyakit ini sering disebut sebagai pencuri penglihatan karena dapat menyebabkan kerusakan saraf mata yang permanen dan tidak dapat dipulihkan,” ujarnya.
Jenis glaukoma itu ada glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup, lalu ada glaukoma sekunder sudut terbuka dan glaukoma sekunder sudut tertutup, lalu juga ada glaukoma kongenital.
Rumah Sakit Mata dr YAP Yogyakarta. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Karena itu, deteksi dini glaukoma merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah dampak terburuk dari penyakit ini, yakni kebutaan. Semakin cepat glaukoma tersebut dideteksi, semakin besar peluang untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
“Yang penting untuk glaukoma itu deteksi dini, artinya makin cepat ditemukan makin selamat lah saraf matanya itu. Misalnya ada keluarga glaukoma ya anak-anaknya harus cek tiap tahun. Dan yang punya faktor-faktor risiko juga cek ke dokter mata,” kata Retno.