Konten Media Partner

Ketua GIPI DIY: Kalau Tol sudah Jadi & Wisata Jogja Belum Berbenah, Habis Jogja

16 April 2024 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisatawan di Malioboro, Yogya. FotoL Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan di Malioboro, Yogya. FotoL Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Jalan tol yang sedang dibangun di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tak hanya menjanjikan kemudahan akses untuk datang ke Jogja, tapi juga menghadirkan tantangan besar bagi industri pariwisata Jogja.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bobby Ardyanto Setyo Ajie.
Menurutnya, saat ini industri pariwisata Jogja masih memiliki banyak PR, salah satunya karena belum terintegrasinya destinasi di tiap kabupaten dan kota untuk menjadi ekosistem yang saling melengkapi.
Destinasi yang ada di tiap kabupaten dan kota menurutnya masih cenderung seragam, sehingga seringkali wisatawan merasa tak perlu datang ke destinasi lain jika sudah datang ke satu destinasi.
Ilustrasi wisatawan memadati kawasan Pantai Parangtritis. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Sebagai contoh, desa-desa wisata yang banyak terdapat di tiap kabupaten dan kota menurutnya belum memiliki pembeda yang kuat satu sama lain. Hal itu juga terjadi dengan pengelolaan destinasi alam seperti pantai-pantai yang ada di sepanjang sisi selatan DIY.
ADVERTISEMENT
Situasi ini membuat masing-masing destinasi justru berebut wisatawan, bukannya mendukung satu sama lain agar wisatawan tinggal lebih lama di Jogja untuk mengeksplorasi destinasi lain.
Situasi inilah yang menurut Bobby membahayakan industri pariwisata Jogja, terutama di saat semua infrastruktur pendukung nantinya selesai dibangun.
“Pada saat tol itu nanti nyambung, kita masih berposisi seperti sekarang, masing-masing kabupaten dan kota jalan sendiri-sendiri, habis kita. Percaya saya,” kata Bobby Ardyanto saat dihubungi pada Senin (15/4).
Ketua DPD GIPI DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie. Foto: Dok. Istimewa
Jika Jogja gagal menyajikan produk pariwisata yang kuat untuk menahan wisatawan tinggal, maka Jogja cuma akan dilewati oleh wisatawan. Wisatawan hanya akan singgah sebentar di Jogja untuk makan siang, setelah itu melanjutkan perjalanan lagi tanpa menginap di Jogja.
Apalagi kawasan sekitar Jogja seperti Soloraya dan Semarang juga terus membenahi destinasi wisata mereka. Tak lupa, Magelang juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena memiliki Candi Borobudur yang telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas.
ADVERTISEMENT
“Kalau itu kita bisa memiliki produk yang cukup kuat, tol itu akan jadi opportunity, tetapi jika produk kita tidak cukup mampu menahan wisatawan, yang terjadi ya itu ancaman buat kita,” ujarnya.
“Saya yakin bahwa nantinya akan bisa terjadi hal itu, manakala kita tidak membenahi dari sekarang,” tegas Bobby.
Ruas tol Jogja-Solo. Foto: Bina Marga
Untungnya, Jogja menurutnya masih punya cukup waktu untuk berbenah, meski sudah masuk injury time. Karena itu, jika pembenahan demi pembenahan tidak segera dilakukan, pariwisata DIY tak punya cetak biru yang jelas dan tiap kabupaten dan kota masih jalan sendiri-sendiri, maka industri pariwisata Jogja akan menemui situasi yang makin sulit.
Sinyal dari masalah ini menurutnya sudah mulai dirasakan dalam dua tahun terakhir, di mana kunjungan wisatawan ke Jogja justru menurun padahal masa pandemi sudah berakhir.
ADVERTISEMENT
Pada periode libur Lebaran 2023 kemarin, kunjungan wisatawan di DIY turun hingga 10 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada libur Lebaran tahun ini, beberapa kabupaten seperti Bantul dan Kulon Progo telah melaporkan adanya penurunan jumlah kunjungan wisatawan.
“Seharusnya orkestrasi itu dibangun karena Jogja itu powernya sangat besar, tetapi menjadi powerless karena ego masing-masing empat kabupaten satu kota,” ujarnya.
Candi Borobudur, yang kini berstatus sebagai destinasi wisata super prioritas. Foto: Pixabay
Terkait dengan pertumbuhan pariwisata di daerah sekitar, seperti Solo-Semarang dan Magelang-Purworejo, Jogja juga mesti menyikapinya serius. Jogja tidak bisa terlalu percaya diri lagi merasa menjadi tujuan utama pariwisata.
Meski begitu, bukan berarti Jogja harus memandang daerah sekitar sebagai kompetitor untuk saling mengalahkan. Sebaliknya, Jogja mesti memimpin terciptanya ekosistem Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) dan Gelang Projo (Magelang-Kulon Progo-Purworejo) sebagai destinasi penyangga Borobudur yang merupakan bagian dari destinasi super prioritas.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang dilakukan oleh Bali dalam memimpin ekosistem Bali Nusra (Bali-Nusa Tenggara) sebagai kawasan wisata yang saling mendukung.
“Harusnya Jogja juga melakukan itu, me-lead destinasi-destinasi di sekitarnya sehingga bisa menjadi ekosistem penyangga Borobudur yang growth bersama, bukan sebagai kompetitor yang saling mengalahkan,” kata Bobby Ardyanto.