Ketum HMS Center: Kalau Ingin Dicatat Sejarah, Bangunlah Manusia Bukan Gedung

Konten Media Partner
14 Agustus 2023 21:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
VOC membangun Ibu Kota Jakarta dengan megah di eranya. Tapi sampai hari ini orang mengingat VOC hanya sebagai penjajah yang lalim.
Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho. Foto: Dok. Pribadi
Setiap orang, pemimpin, atau pejabat ingin dicatat dalam sejarah. Namun, banyak yang mengira pembangunan fisik yang dilakukan seseorang saat memimpin atau menjabat, akan dikenang sepanjang masa. Padahal tidak. Sejarah memperlihatkan orang tidak peduli siapa yang membangun tembok China karena orang hari ini hanya peduli tembok itu bisa dinikmati untuk pariwisata.
ADVERTISEMENT
Dan jangan dikiriapembangunan fisik akan membuat negara jadi maju. Contohnya Mesir, berabad-abad lampau membangun piramida yang megah tapi sekarang terbelakang. Machu Pichu peninggalan Inca di Peru dan Angkor Wat kota megah di Kamboja hanya tinggal nama. Bahkan kedua negara tersebut tidak maju karena yang dibangun hanya fisik, tapi rakyatnya, manusianya tidak dibangun.
Demikian diungkapkan oleh Ketua Umum Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, Hardjuno Wiwoho, dalam rilis pers yang diterima redaksi, Senin (14/8).
Tampak Depan Kolmplek Candi Angkor Wat. Foto oleh Tiago Cardoso dari Pexels
Hardjuno mengingatkan kalau ingin dikenang dalam sejarah, kuncinya bukan membangun fisik tapi contohlah nabi-nabi dan para pemimpin besar lainnya. Bahwa yang dibangun adalah manusia-manusianya dengan skill dan visi ke depan. Di masa ini, sebuah negara kalau mau maju dan bertahan berabad-abad kemudian, memerlukan pembangunan manusia yang bertumpu pada 3 pilar utama yakni pangan, energi, dan teknologi.
ADVERTISEMENT
“Kalau ketiganya tidak dibangun lalu bangun fisik apapun itu mau IKN namanya, kita akan selalu terbelakang. Investasi RI di teknologi hanya 0,15 persend ari GDP. Padahal negara maju bisa 2-3 persen. Investasi untuk BTS aja tidak dibangun meski anggarannya sudah keluar, dikorupsi 80 persen,” papar Hardjuno, yang lahir dan menghabiskan masa remajanya di Yogya ini.
Hardjuno mengingatkan VOC membangun Ibu Kota Jakarta dengan megah di eranya. Tapi sampai hari ini orang mengingat VOC hanya sebagai penjajah yang lalim. Kalau tidak membangun manusia Indonesia. Jangan harap pemimpin Indonesia hari ini akan dikenang di masa depan.
Ilustrasi padi sebagai kebutuhan pangan Indonesia. Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
Tiga hal pokok hari ini yakni kemandirian pangan, teknologi, dan energi terbarukan adalah pilar yang tidak bisa dibangun kalau pemimpin tidak serius berantas korupsi. Indonesia sulit sekali membangun 3 hal itu karena apa-apa dikorupsi. Banyak pejabat diduga hanya cari proyek jangka pendek untuk kepentingan pribadi.
ADVERTISEMENT
“Contohnya Foxconn, ada dugaan belum apa-apa sudah dipalak. Bagaimana itu terjadi? Ya karena sistem yang ada, dari atas turun ke bawah tidak dibenerin. Kalau sistem seperti ini diteruskan dari atas hingga bawah, ya tidak ada orang yang mau investasi,” tandas Hardjuno.
Kalau saat ini pemimpin tidak kembangkan ketiga dasar pengembangan manusia yakni pangan, energi, dan teknologi, Hardjuno mengatakan, Indonesia betul-betul akan masuk jaman kegelapan atau makin primitif.
Kita semua pakai smartphone tapi Hardjuno meminta kita mengingat simpanse dan gorila dalam suatu penelitian juga bisa menekan tombol smart phone untuk makan dan minum. Orang Indonesia menggunakan smart phone dikira orang pintar padahal simpanse dan gorila juga bisa.
Sebanyak 7.500 warga di kawasan Papua Tengah terdampak kelaparan akibat gagal panen musim kekeringan ini. Foto: BBC Indonesia
Dan untuk mengejar ketertinggalan memerlukan waktu berabad-abad. Lihat saja Jakarta dan Papua, sama-sama di Indonesia tapi jauh sekali perkembangannya. Ketertinggalan Papua dari Jakarta itu, menurut Hardjino, sama ibaratnya dengan ketertinggalan Indonesia dibanding negara maju.
ADVERTISEMENT
Maka menurut Hardjuno, pemimpin jangan berpikir kalau sudah membangun gedung atau kota yang megah akan diingat di masa depan. Karena kalau negara ini tidak bisa bersaing dan makin mundur, maka yang diingat dari pemimpin itu hanyalah korupsinya. Kalau suatu saat ada bencana maka orang akan berkata si pemimpin itulah yang penyebab semua kerusakan.
“Kita utang untuk bayar debitur BLBI tidak dihentikan malah dipelihara jadi kroni. Kalau bencana datang lebih parah dari 1998, orang akan ingat warisan siapa ini. SDA habis bonus demografi habis. Yang tersisa utang."
"Utang negara ditanggung rakyat. Itu warisan yang ditinggalkan ke anak cucu kita yang akan menghakimi kita. Karena semua pembangunan fisik akan membusuk pada waktunya. Yang abadi hanya simbol kelaliman, simbol korupsi, simbol hukum yang bisa diperjual belikan,” papar Hardjuno.
ADVERTISEMENT