Konten Media Partner
KGPH Benowo: Pengganti PB XIII Harus Dimusyawarahkan, Bukan Deklarasi Sepihak
6 November 2025 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
Konten Media Partner
KGPH Benowo: Pengganti PB XIII Harus Dimusyawarahkan, Bukan Deklarasi Sepihak
Sejumlah pihak telah mendeklarasikan diri sebagai pemimpin Kasunanan Surakarta sepeninggalan Sri Susuhunan Pakubuwono XIII. #publisherstory #pandanganjogjaPandangan Jogja

ADVERTISEMENT
Adik kandung almarhum Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Benowo, menegaskan bahwa penentuan pengganti tahta Kasunanan Surakarta harus dilakukan melalui musyawarah keluarga besar, bukan deklarasi sepihak.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela prosesi pemakaman PB XIII di Kedhaton Girimulyo, Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, Bantul, Rabu (5/11).
Sebelumnya, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, putra bungsu PB XIII, telah mengukuhkan diri sebagai Sri Susuhunan Pakubuwana XIV di Keraton Surakarta, beberapa saat sebelum pemberangkatan jenazah ayahandanya.
Di hari yang sama, Mahamenteri Keraton Surakarta, KGPH Panembahan Agung Tedjowulan, menyatakan dirinya akan bertugas sebagai pelaksana raja sementara (ad interim) untuk mengisi kekosongan hingga penobatan resmi PB XIV dilakukan.
Menanggapi hal tersebut, KGPH Benowo menyatakan telah mendengar kabar adanya lebih dari satu pihak yang menyatakan diri sebagai pengganti PB XIII.
“Saya sudah mendengar bahwa anaknya Sinuhun yang kecil itu sudah mendeklarasikan menjadi pengganti ayahnya. Terus saya dengar tadi, Gusti Tedjo katanya juga mendeklarasikan menjadi pengganti Pakubuwono XIII,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia menilai, pengukuhan raja tidak seharusnya dilakukan secara pribadi tanpa kesepakatan bersama. Dengan nada bercanda, Benowo menyebut dirinya pun bisa saja ikut mengklaim sebagai penerus tahta Kasunanan Surakarta, namun hal itu dinilainya tidak pantas.
“Siapa pun mau mendeklarasikan, nanti jangan-jangan saya juga mendeklarasikan diri sebagai pengganti Pakubuwono XIII. Tapi kan tidak pantas,” katanya.
Menurut Benowo, keputusan penting terkait suksesi seharusnya diambil melalui musyawarah keluarga besar agar sesuai dengan paugeran dan demi menjaga keutuhan keraton.
“Mestinya harus ada mufakat, musyawarah, demi kebaikan keraton. Ini bukan untuk kepentingan pribadi, tapi demi kepentingan keraton ke depan,” tegasnya.
Ia kemudian berbicara tentang beratnya tanggung jawab menjadi seorang raja. Menurut Benowo, menjadi penguasa Kasunanan bukan hanya soal gelar, melainkan kemampuan menjaga warisan leluhur — terutama Keraton Surakarta yang disebutnya sebagai “rumah gajah”, megah sekaligus membutuhkan perawatan besar.
ADVERTISEMENT
“Soalnya ditinggali rumah yang sebesar itu — rumah, dikatakan rumah gajah. Bukan keraton atau bukan kerajaan. Itu ngopeninya setengah mati,” ujarnya.
Benowo menegaskan, tanpa kemampuan finansial dan manajerial yang kuat, seorang raja akan kesulitan menjaga kelangsungan keraton.
“Kalau kita tidak mempunyai kemampuan, apalagi kalau tidak pandai mencari finansial untuk merawat keraton, mustahil bisa menjadi raja. Jangan mimpi,” tambahnya.
Ia mengajak seluruh keluarga besar Kasunanan untuk duduk bersama dan bermusyawarah dalam menentukan pengganti PB XIII agar tidak terjadi perpecahan di internal keraton.
“Kita nanti bicarakan siapa yang mau dijadikan pengganti, seperti dulu saat kakak saya ditetapkan. Kalau mau sendiri-sendiri mendeklarasikan seperti sekarang ini, saya sudah mendengar ada yang mendeklarasikan. Tapi saya kira tidak pantas,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
