Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Ki Manteb Berpulang, Dalang Cilik Kehilangan Panutan
2 Juli 2021 18:21 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:53 WIB
ADVERTISEMENT
Setelah kepergian dalang Ki Seno Nugroho November lalu, dalang-dalang cilik kini harus kembali kehilangan panutan utama mereka, Ki Manteb Soedarsono.
Rasanya, rasa sedih dalam hati Moissani Abyan Ardita Putra, dalang cilik berusia 7 tahun asal Bantul belum habis karena salah seorang guru yang paling dia kagumi, Ki Seno Nugroho wafat pada November tahun lalu. Hari ini, Jumat (2/7), kesedihan Moissani makin dalam ketika mendengar berita Ki Manteb Soedarsono berpulang untuk selama-lamanya.
ADVERTISEMENT
Baik Ki Seno maupun Ki Manteb adalah sosok yang paling dia kagumi sebagai dalang cilik. Memang, Moissani tak pernah berguru langsung pada kedua dalang kondang itu. Tapi melalui video-video di kanal YouTube, banyak sekali teknik-teknik mendalang yang dia pelajari dari Ki Seno dan Ki Manteb.
“Saya sedih banget, soalnya Ki Manteb itu dalang idolaku,” kata Moissani melalui pesan suara, Jumat (2/7).
Di YouTube, penampilan Ki Manteb adalah salah satu yang paling sering dia saksikan. Salah satu yang paling dia kagumi dari dalang kondang yang dikenal dengan frasa “Pancen Oye” itu adalah kelihaiannya dalam memainkan wayang. Kedua tangannya begitu gesit dalam memainkan wayang, terlebih ketika memainkan adegan perang. Karena itu juga, teknik sabet yang dimiliki oleh Ki Manteb menjadi ciri khasnya.
Selain punya teknik sabet di atas rata-rata, kerendahan hati Ki Manteb juga menjadi hal penting lain bagi Moissani kenapa dalang asal Sukoharjo, Jawa Tengah itu layak dijadikan idola. Sang nenek pernah bercerita, kalau Ki Manteb pernah mendapatkan penghargaan rekor MURI karena mendalang 24 jam penuh dan belum terpecahkan sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Ki Manteb juga disebut-sebut sudah pada level empu tertinggi, yakni empu paripurna yang dalam dunia akademik setara dengan guru besar atau professor. Namun ketika akan dianugerahi penghargaan itu, Ki Manteb justru menolak karena takut menjadi sombong dan lupa diri. Tak pelak, cerita itu membuat Moissani yang kini masih duduk di bangku kelas 1 SD itu makin takjub dengan sosok Ki Manteb.
“Saya akan belajar terus lebih giat, supaya bisa jadi dalang sukses seperti Ki Manteb. Semoga Ki Manteb tenang di surga,” ujar Moissani.
Kesedihan serupa juga dirasakan dalang cilik lain asal Yogyakarta, Raden Nurwaskita Cahyo Darmawan yang kini usianya baru 10 tahun. Memang, dalam mendalang Ayok, sapaan akrab Cahyo, tidak banyak menggunakan tekni-teknik seperti Ki Manteb. Alasannya, karena gaya mendalang Ki Manteb lebih kental dengan gaya Surakarta, sementara Ayok cenderung lebih tertarik dengan gaya Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Tapi hal itu tidak membuat kehebatan sosok Ki Manteb di matanya berkurang sedikitpun. Sebagai dalang cilik, Ki Manteb adalah role model yang mengagumkan baginya. Karena meskipun Ki Manteb sudah menjadi dalang kondang yang sudah melalang buana keliling dunia, pribadi Ki Manteb tetap rendah hati.
“Sifat Ki Manteb yang rendah hati dari beliau itu harus dicontoh semua dalang,” kata Ayok ketika dihubungi.
Dalang kondang Ki Manteb Soedharsono dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (2/7) pukul 09.45 WIB di kediamannya di Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah. Ki Manteb berpulang pada usia 73 tahun setelah dikabarkan sakit dan positif COVID-19.
Baca Juga