Konten Media Partner

Kisah Pohon Sawo Tua Zaman Belanda di Yogya: Ikut Sakit saat Pemiliknya Sakit

15 Agustus 2023 8:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peninjauan pohon sawo tua di depan rumah Triyoso oleh dosen Fakultas Kehutanan UGM dan tokoh masyarakat setempat. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Peninjauan pohon sawo tua di depan rumah Triyoso oleh dosen Fakultas Kehutanan UGM dan tokoh masyarakat setempat. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Tak ada yang tahu pasti berapa usia pohon sawo di depan rumah Triyoso (57 tahun) dan Wijanarti (56 tahun), di RW 06 Kampung Suryowijayan, Gedongkiwo, Kota Yogya. Yang pasti, dalam ingatan Triyoso, saat usianya baru 10-an tahun batang pohon sawo di depan rumahnya sudah lebih besar dari tiang listrik.
ADVERTISEMENT
Dulu, pohon sawo itu jadi salah satu tempat nongkrong favorit Triyoso dan anak-anak lain di kampungnya, terlebih saat berbuah. Triyoso dan teman-temannya biasa memanjat pohon sawo itu dan duduk selama berjam-jam di cabang-cabang batangnya.
“Kata simbah (mertuanya), waktu bikin rumah ini sudah ada pohon sawo ini. Kalau perkiraan saya sudah ada sejak zaman Belanda, umurnya sudah 100 tahun lebih,” kata Triyoso yang diamini oleh istrinya, Wijanarti, pada Senin (14/8).
Bunga pohon sawo tua di depan rumah Triyoso yang masih produktif meski usianya diperkirakan sudah lebih dari 100 tahun. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Almarhum mertuanya (yang dia panggil sebagai simbah) menurutnya seperti memiliki hubungan spesial dengan pohon sawo tua itu. Triyoso menceritakan, saat mertuanya sakit parah, pohon sawo tersebut ikut layu seperti mau mati.
Bahkan, pohon sawo itu sempat mau ditebang karena batangnya mulai keropos sehingga dikhawatirkan tumbang dan mengenai rumah di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Waktu simbah sembuh, ternyata pohonnya ikut segar lagi. Jadi bercandaannya simbah itu, simbah sakit pohon sawo ini ikut sakit,” kisahnya.
Meskipun pada akhirnya pohon sawo yang memiliki dua cabang utama itu tetap ditebang salah satu cabangnya karena khawatir akan tumbang jika diterpa angin kencang. Tapi Triyoso dan istrinya menyisakan salah satu cabang utama pohon sawo tersebut dan masih hidup subur sampai saat ini.
“Karena ini kan kenangannya banyak, ini kami anggap jadi warisannya simbah,” ujar Triyoso.
Triyoso dan istrinya, Wujanarti, menunjukkan piagam penghargaan pewaris pohon tua di depan pohon sawo tua yang masih hidup sampai sekarang. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Pada Senin (14/8), salah seorang dosen dari Fakultas Kehutanan UGM, Atus Syahbudin, bahkan memberikan piagam penghargaan kepada keluarga Triyoso sebagai pewaris salah satu pohon tua yang ada di kampung tersebut.
Penghargaan itu menurut Atus penting untuk diberikan supaya Triyoso dan keluarganya semakin merasa bahwa pohon tersebut penting sehingga akan terus menjaganya.
ADVERTISEMENT
“Jadi warisan itu tidak melulu harus harta, pohon juga bisa dan penting untuk diwariskan dari generasi ke generasi,” kata Atus Syahbudin.
Salah seorang pegiat lingkungan di kampung Suryowijayan, Zaeni Mansyur, mengatakan bahwa saat ini memang ada beberapa pohon tua di lingkungan RW 06 Kampung Suryowijayan. Untuk pohon sawo sendiri ada sekitar empat pohon yang diperkirakan usianya sudah satu abad lebih.
"Karena dari orang yang paling tua itu bilang waktu mereka kecil sudah ada pohon ini, jadi perkiraan saya sudah satu abad lebih," kata Zaeni Mansyur.
Salah satu pohon sawo tua di RW 06 Kampung Suryowijayan yang diperkirakan umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Piagam yang diberikan kepada Triyoso dan keluarganya menurut dia merupakan bentuk penghargaan karena selama ini telah menjaga pohon tua tersebut.
“Sekaligus mengingatkan kepada ahli waris bahwa pohon ini ada karena ada generasi ke generasi yang merelakan tanahnya untuk tempat tumbuh pohon ini. Artinya kalau simbah kita sudah menanam, tapi generasi kedua tidak menginginkannya, bisa jadi pohon itu sudah ditebang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT