Kisah Seorang Imam Youtuber, Romo Jo: di Masa Sulit, Umat Perlu Teman yang Tulus

Konten Media Partner
5 Juni 2022 13:51 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Romo Josep Susanto. Foto: Tangkapan layar Youtube
zoom-in-whitePerbesar
Romo Josep Susanto. Foto: Tangkapan layar Youtube
ADVERTISEMENT
Romo Josep Susanto tak pernah menyangka akan menjadi salah satu pastur di Indonesia yang memiliki paling banyak follower atau pengikut di media sosial (medsos).
ADVERTISEMENT
Di Youtube saja, subscribernya kini sampai 246 ribu dan terus bertambah setiap hari. Adapun di Instagram, Romo Jo -panggilan akrab Romo Josep- memiliki 29 ribu pengikut. Romo Jo juga memiliki fanpage di Facebook dengan pengikut berjumlah 2.531.
“Padahal sebelum mulai pertamakali bikin video untuk Youtube pada 2019 saya adalah orang yang introvert dan gaptek. Tahu-tahu sekarang sudah 700-an video,” Romo Jo berbicara pada wartawan melalui platform Zoom, akhir pekan ini, yang membahas ‘Ibadah dan Dakwah di Internet di Masa Sulit Paska Pandemi Covid-19.”
Kisah dimulai saat Romo Jo menghabiskan 10 tahun lamanya belajar agama di Roma dan Filipina, dari 2007 sampai 2017.
Selama menjadi mahasiswa di luar negeri itulah, Romo Jo mengalami apa yang dialami oleh semua mahasiswa yang belajar jauh dari negeri sendiri: kesepian. Untuk mengisi kesepian dan kekosongan itu, Romo Jo menyalurkannya dengan rajin menulis dengan topik utama bagaimana Iman dipraktekkan dalam hidup harian.
ADVERTISEMENT
“Dulu medianya tulisan teks di Blackberry, di FB, dan kemudian di Whatsapp. Belum kepikiran platform yang lain, karena gaptek juga,” kata Romo Jo.
Pulang ke Indonesia pada 2017, Romo Jo langsung nyemplung pada kesibukan sebagai Imam di Keuskupan Jakarta dan menjadi dosen kitab suci di STF Driyarkara serta mendampingi para frater di Seminari Tinggi Yohanes Paulus II, Jakarta. Tapi, aktivitas menulis Romo Jo tak pernah berhenti.
Di tengah kesibukannya, Romo Jo terus saja menulis untuk topik yang sama saat ia masih menjadi mahasiswa di Roma dan Filipina yakni bagaimana Iman dipraktekkan dalam hidup sehari-hari.
Baru pada 2019, seorang kolega yang juga seorang pastur mengajarinya untuk membuat video untuk disiarkan melalui Youtube.
ADVERTISEMENT
“Youtube itu yang bikin juga teman saya itu. Nama akun Youtube saya, ‘Bible Learning with Father JosepSusanto,’ yang mengunggah bahasan tentang Kitab Suci yang dikontekskan dengan kehidupan umat sehari-hari, sama seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya hanya berubah mediumnya menjadi video,” terang Romo Jo.
Pada 2020 pandemi datang, gereja dan semua peribadatan agama ditutup untuk sementara. Media sosial seperti Youtube dan Instagram (dengan nama akun instagram rmjosusanto) menjadi medium utama untuk berhubungan dengan umat.
“Saat pandemi, umat perlu teman yang tulus yang senantiasa bisa mendampingi mereka. Banyak yang kena Covid, ekonominya struggle, habis-habisan, masalah rumah tangga, dan sebagainya. Dari situ saya mencoba berbagai cara melalui kanal-kanal medsos lain untuk bisa bertemu dengan umat saya,” papar Romo Josep Susanto.
ADVERTISEMENT
Romo Jo yang awalnya gaptek mulai belajar aneka media sosial dan menemukan kelebihan masing-masing untuk menghadirkan Iman dan Tuhan langsung ke rumah dan hati umatnya.
Romo Jo mulai menggelar live doa melalui Insta Story. Dan saat Covid-19 varian delta yang kemudian disusul dengan varian Omicron, umat yang mengikuti acara live doanya di Instagram meledak hingga sampai 4000-an orang.
“Ini jumlah yang banyak sekali. Di tengah ketidakpastian bahaya Covid, saudara sakit bahkan dirinya juga sakit, umat dalam kebingungan. Bahkan mau doa apa saja bingung. Lalu kemudian ada seorang figur, imam, katakanlah tokoh, mengajak mereka berdoa bersama dan mendoakan yang sakit. Ini ternyata jawaban bagi kebutuhan mereka.”
Disiplin dan Kebaikan yang Menular
Romo Josep Susanto. Foto: Tangkapan layar instagram rmjosusanto
Di tradisi Katolik, menurut Romo Jo, ada berbagai macam jenis ibadat dan doa. Perayaan Ekaristi setiap Sabtu atau Minggu dan sakramen tobat wajib dilakukan di gereja, kecuali dalam situasi khusus di masa pandemi yang lalu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Katolik juga mengenal banyak ibadah lain contohnya, Doa Koronka yang dilafalkan setiap pukul 3 sore dan Doa Rosario, sebuah doa yang diulang-ulang setiap hari sebagaimana umat muslim berdzikir.
“Dan masih banyak lagi. Poinnya kemudian saya bergerak lagi ke medsos yang lain yakni GoPlay, yang saya fungsikan berbeda dengan Youtube maupun Instagram,” kata Romo Jo.
Di Youtube Romo Jo mengisi kontennya dengan bahasan kitab suci. Di Instagram ia banyak posting kegiatan personal bahkan hal-hal yang memancing komentar lucu. Sementara di GoPlay Romo Jo mengajak umatnya untuk aktivitas yang sama sekali berbeda.
“Karena GoPlay medsos live streaming saya berpikir ini harus berbeda dengan Youtube dan instragram. Saya putuskan untuk live di GoPlay hanya setiap Senin jam 9 saja. Dan saya mengangkat doa yang sudah sangat dicintai, popular, dan sudah mentradisi dalam hidup orang-orang katolik. Yakni, Doa Rosario,” jelas Romo Jo.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Romo Jo sudah menggelar acara doa bersama ini di Insta Story, namun waktunya masih tidak tentu. Sejak ia menggelar di GoPlay, waktunya menjadi jelas yakni hanya setiap Senin pukul 9 sampai 10 malam.
Bukan tanpa alasan Romo Jo menggelar doa hanya sepekan sekali dan di jam yang sama selama satu jam. Tak lain untuk mendidik umatnya disiplin waktu.
“Di Youtube video bisa ditonton kapan pun, tapi di GoPlay saya enggak gunakan fasilitas record. Jadi umat yang mau doa bersama harus meluangkan waktunya setiap Senin malam pukul 9 malam,” terang Romo Jo.
Di luar dugaan, umatnya berbondong-bondong untuk mengikuti doa Rosario yang dipimpin Romo Jo ini.
“Ternyata anak-anak muda suka. Ternyata masih banyak yang membutuhkan sebuah keteraturan, disiplin. Tiap Senin malam jam 9 malam tidak kemana-mana, ikut acara doa. Itu ternyata menciptakan disiplin berdoa. Tapi ada keluhan dari yang tua-tua.”
ADVERTISEMENT
Umat yang lebih berumur dan tak familiar dengan aneka platform medsos sulit untuk mengikuti aktivitas di GoPlay karena harus mendownload aplikasi baru dan belajar lagi bagaimana menggunakan aplikasi tersebut.
“Jalan tengahnya saya pakai 2 HP. Yang satu untuk GoPlay yang satu tetap disiarkan di Insta Story,” kata Romo Jo.
Di GoPlay, Romo Jo mendapat pengalaman baru berhubungan dengan umatnya. Yakni, ternyata sebagian besar umatnya mudah sekali untuk memberikan gift dan token untuk membantu umat yang lain. Fitur chat di GoPlay juga membuatnya dan peserta langsung bisa membaca keluhan-keluhan dan juga dukungan dari umatnya.
Romo Jo melariskan dagangan salah satu umatnya melalui instagram. Foto: Tangkapan layar instragram.
Romo Jo akhirnya mengarahkan umatnya untuk saling bantu yakni Romo Jo mengarahkan gift dan token itu langsung untuk membantu umat yang saat itu membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Bahkan permintaan bantuan sebanyak 20 kitab suci untuk saudara di NTT malah mendapat bantuan sampai 500 kitab suci. Begitu pula bantuan untuk melarisi dagangan seorang umat atau permintaan bantuan vitamin untuk yang kena Covid pun juga selalu mendapat lebih dari yang diminta.
“Ini yang saya sebut sebagai kebaikan itu menular. Begitu ada yang mau bantu, semua berebut pada bantu,” jelas Romo Jo.
Sekali lagi, menurut Romo Jo, ketulusan adalah kunci bagi tokoh agama seperti dirinya untuk senantiasa bisa berhubungan dengan umatnya. Dengan ketulusan besar di dalam hati, menurut Romo Jo, apa yang dikatakan seorang Imam akan bisa menyentuh hati umat dan juga didengarkan Tuhan.
“Doa yang tulus, enggak pakai jampi-jampi. Berkat bagi saya adalah saat ada yang sharing, makasih Romo, berkat doa Romo saya sembuh, bisa cicil utang, punya semangat hidup lagi. Ternyata lewat doa daring pun, kalau kita punya ketulusan, umat akan bisa merasa disemangati hidupnya dan menemukan kekuatan baru,” kata Romo JosepSusanto.
ADVERTISEMENT
Menutup perbicangan malam itu bersama wartawan, Romo Jo memberikan informasi bahwa kondisi umat pada saat ini belum cukup baik meski pandemi sudah akan menuju endemi.
“Sekarang banyak yang ngeluh kena robot trading. Masalah umat banyak sekali. Kita musti terus menemaninya, dengan aneka jalan,” pungkas Romo Jo.