KPAID Yogya: Hampir Semua Kekerasan Seksual di Sekolah Dilakukan Guru Honorer

Konten Media Partner
11 Januari 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua KPAID Kota Yogyakarta, Sylvi Dewajani. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Ketua KPAID Kota Yogyakarta, Sylvi Dewajani. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Yogyakarta mengklaim hampir semua kasus kekerasan seksual di lingkungan sekolah yang terjadi di Kota Yogya dilakukan oleh guru honorer.
ADVERTISEMENT
Ketua KPAID Kota Yogyakarta, Sylvi Dewajani, mengatakan kasus kekerasan terhadap sekolah di sekolah yang dilakukan guru honorer bahkan mencapai lebih dari 90 persen.
“Saya enggak bisa menyebutkan secara rinci (kasus kekerasan seksual di sekolah), tapi hampir semua kasus, 90 persen lebih pasti dari guru honorer,” kata Sylvi Dewajani di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (11/1).
“Seperti (guru) olahraga, IT, pramuka, sebagian besar itu (honorer),” ujarnya.
Karena itu, KPAID menurutnya akan bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogya dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) untuk membuat mekanisme pencegahan kekerasan seksual di lingkungan sekolah.
Salah satu langkah pencegahan yang akan dibuat adalah dengan memperketat seleksi untuk guru-guru honorer.
ADVERTISEMENT
“Seperti bagaimana melakukan seleksi terhadap guru-guru honorer, karena yang masuk di KPAID untuk kasus kekerasan hampir semua dilakukan oleh guru-guru non-PNS, non-ASN,” kata dia.
Berbeda dengan guru honorer, guru yang berstatus sebagai ASN menurut dia telah melewati proses seleksi dan penyaringan yang ketat. Karena itu, kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru ASN relatif lebih sedikit.
“Besok pagi saya ketemu Dewan Pendidikan (untuk membahas rencana tersebut),” ujar Sylvi.