Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Layanan Kanca Sambat, Tempat Curhat Gratis untuk Usir Sepi saat Isoman
19 Juli 2021 16:35 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Diampu oleh konselor remaja, layanan ini sementara dikhususkan bagi remaja yang sedang menjalani Isoman, ya!
COVID-19 membuat banyak orang stress bahkan depresi. Apalagi setelah pemerintah memberlakukan PPKM Mikro untuk Jawa-Bali, yang membuat aktivitas masyarakat semakin dibatasi. Ekonomi makin susah, rasa suntuk karena di rumah terus makin menjadi, rasa kangen tak kunjung bisa terbalas, kerjaan yang ada saja masalahnya, dan ketakutan semakin nyata karena setiap hari kita seperti hidup dalam bayang-bayang virus yang siap membunuh kapanpun.
ADVERTISEMENT
Semua kondisi itu membuat potensi seseorang untuk mengalami depresi di tengah pandemi semakin tinggi. Menyadari hal itu, para konselor remaja di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY kemudian menginisiasi adanya program Kanca Sambat.
Direktur PKBI DIY, Mashoeroel Noor Poendjanadi mengatakan bahwa program Kanca sambat bertujuan untuk menyediakan konselor bagi anak-anak remaja yang bisa menjadi teman curhat. Teman curhat, meskipun secara virtual dirasa sangat penting, apalagi bagi mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri.
“Isoman di rumah kalau terlalu lama itu tentu membosankan, juga timbul stress. Apalagi teman remaja yang positif dan melihat pemberitaan terkait COVID-19 yang seperti in, ada khawatir dan sebagainya,” ujar Mashoeroel, Selasa (13/7).
Situasi menjadi semakin berat bagi mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri karena dia hanya sendiri di dalam kamar. Mereka ingin cerita, tapi tak tahu harus cerita dengan siapa.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Mashoeroel juga mengatakan bahwa konseling merupakan hal yang sangat penting di masa pandemi seperti sekarang, terlebih untuk mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri. Sebab, stress dapat memperburuk kondisi daya tahan tubuh, sehingga perlu ada upaya untuk menguranginya. Apalagi para remaja dengan usia 15 sampai 24 tahun selalu berada di dalam rumah dan tak memiliki teman curhat.
“Tidak harus soal COVID, karena mereka enggak sekolah, tidak bertemu teman. Apalagi yang isoman, harus tinggal di kamar 14 hari, tentu akan sangat membosankan,” ujarnya.
Penanggung jawab program Kanca Sambat, Dwi Lestari, mengatakan bahwa layanan ini terbuka untuk umum, tak hanya terbatas di wilayah DIY. Namun, usia orang yang ingin curhat melalui layanan ini dibatasi untuk remaja usia 15 sampai 24 tahun. Hal ini karena konselor yang melayani curhat usianya masih muda sehingga ada kekhawatiran tidak bisa melayani masyarakat yang lebih dewasa dengan permasalahan yang lebih kompleks.
ADVERTISEMENT
“Tapi kalau misal nanti ada usia dewasa yang masuk di kita nanti kita akan mencoba di usia dewasa ada konselornya lagi,” kata Dwi Lestari.
Pandemi Jadi Penyebab Utama Klien Alami Stress
Sejak dibuka sejak 9 Juli lalu, antusias para remaja yang ingin curhat melalui layanan Kanca Sambat ini menurutnya cukup tinggi. Hampir setiap hari ada saja orang yang menghubungi para konselor untuk menceritakan masalah-masalah yang dialami.
Masalah yang selama ini paling banyak dikeluhkan adalah mengalami stress atau tekanan ketika para remaja tersebut positif COVID-19 dan harus menjalani isolasi mandiri. Terlebih ketika mendengar berbagai informasi tentang COVID-19 di Indonesia yang makin menakutkan.
“Mereka merasa takut jika situasi semakin buruk dan tak ada tempat untuk mereka curhat,” kata Dwi Lestari.
ADVERTISEMENT
Tak hanya pasien isolasi mandiri remaja saja yang curhat melalui Kanca Sehat. Beberapa orang yang menghubungi untuk curhat juga tidak sedang menjalani isolasi mandiri. Dwi mengatakan, pandemi yang berkepanjangan memang telah memberikan tekanan untuk banyak orang, apalagi setelah pemerintah memberlakukan PPKM Darurat.
Lebih lanjut, para konselor muda yang melayani klien juga telah mendapatkan pelatihan sehingga sudah terbiasa menerima curhat dari para remaja terkait masalah sehari-hari. Sembari menjadi teman curhat, mereka juga akan memetakan level stress remaja. Nantinya, remaja yang sudah mengalami tingkat stress berat bisa dirujuk ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
“Kita sedang menjalin mitra ke teman-teman psikiater atau psikolog yang lebih mampu untuk menangani teman-teman. Kalau ada klien kita yang mengalami stress yang lebih tinggi kita akan rujuk ke sana,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Para konselor juga akan menggali apa sebenarnya masalah yang dihadapi oleh klien sehingga membuat dia stress. Setelah diketahui penyebabnya, para konselor akan mencoba mengarahkan ke kegiatan-kegiatan atau hobi sesuai dengan potensi mereka masing-masing sehingga bisa mengurangi stress yang mereka alami.
Remaja Stress Karena Orangtua Tak Percaya COVID
Salah seorang konselor muda yang melayani para remaja, Tata Mutaba’ah, mengatakan bahwa sejauh ini masalah-masalah yang diceritakan para klien kebanyakan masih bersifat umum, seperti karena bosan ada di rumah terus, tekanan kerja selama WFH, hingga tekanan karena perlakuan tidak menyenangkan dari rekan kerja.
Tapi ada satu keluhan remaja yang paling menarik untuknya sekaligus membuatnya miris, yakni klien yang stress karena orangtuanya tidak percaya dengan adanya COVID-19. Tak hanya tidak percaya, orangtua klien juga ikut menyebarkan berita-berita hoaks ke orang lain.
ADVERTISEMENT
“Jadi kayak nyebarin hoaks kalau COVID itu enggak ada, COVID itu konspirasi elit global, COVID itu buatan politik. Klien itu kesusahan bagaimana menjelaskan ke orangtua, kalau semisal orangtuanya tidak percaya COVID enggak apa-apa, tapi jangan ikut-ikutan nyebarin berita hoaks,” kata Tata Mutaba’ah.
Tata menjelaskan, dalam menanggapi keluhan para klien, yang pertama dilakukan oleh para konselor adalah menerima dan memposisikan diri mereka sebagai teman curhat yang sebaya. Karena dengan cara seperti itu, para klien akan merasa lebih nyaman dan terbuka untuk cerita.
Tapi bagaimanapun sebagai anak muda, para konselor tidak jarang juga mengalami stress yang sama. Untuk mengurangi tekanan tersebut biasanya mereka membuat forum-forum diskusi untuk saling mencurahkan keluh kesah dengan sesama konselor. Jika ada konselor yang emosinya sedang tidak stabil, mereka juga akan diminta untuk tidak melayani klien dulu.
ADVERTISEMENT
“kalau aku pribadi selain itu biasanya ngambil me time di weekend untuk menghabiskan ke hobi,” kata Tata.
Untuk sementara, curhatan akan dilayani melalui pesan singkat WhatsApp, namun tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan berkembang misalnya melalui panggilan telepon. Untuk bisa curhat dengan para konselor, Kanca Sambat menyediakan beberapa kontak konselor yang bisa dihubungi. Beberapa kontak tersebut di antaranya 085742043247; 085727089212; 085786542048; 081319499493; serta 089527368083.