Konten Media Partner

Lebih Bersih dari Air Sumur, Air Hujan Disebut Solusi Terbaik Kekeringan DIY

29 Oktober 2023 13:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi air hujan jatu di atas atap. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi air hujan jatu di atas atap. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga inisiator Gerakan Memanen Air Hujan, Agus Maryono, menyebut bahwa air hujan merupakan solusi terbaik untuk mengatasi masalah kekeringan di sejumlah wilayah di Daera Istimewa Yogyakarta (DIY) yang selalu terjadi setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, air hujan yang ada di Indonesia memiliki kualitas terbaik jika dibandingkan dengan air permukaan lain seperti air sumur, mata air perkotaan, apalagi air sungai.
“Dibandingkan dengan seluruh air permukaan yang ada, seperti air sumur, air sungai, atau mata air perkotaan, itu lebih baik air hujan. Bersih banget air hujan itu,” kata Agus Maryono saat dihubungi pada Kamis (26/10).
Air permukaan lain seperti air sumur dan air sungai saat ini sudah banyak tercemar oleh detergen hingga bakteri E-coli. Sedangkan bakteri yang ada dalam air hujan menurutnya nyaris nol, sebab air hujan merupakan air murni.
Bahkan, air hujan bisa langsung diminum tanpa dimasak, meskipun Agus menyarankan untuk tetap memasaknya lebih dulu untuk dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Dosen UGM sekaligus inisiator Gerakan Memanen Air Hujan, Agus Maryono. Foto: Dok. Agus Maryono
Berdasarkan penelitian di kota-kota besar dengan tingkat polusi yang tinggi seperti Depok atau Jakarta, kualitas air hujan yang ada bahkan masih layak untuk dikonsumsi.
“Nanti hujan yang turun pertama dan kedua itu jangan ditampung dulu, karena dia masih bawa kotoran dari atap-atap rumah, baru hujan yang ketiga, keempat, dan seterusnya itu sudah bisa ditampung dengan cara disaring menggunakan kaos,” kata dia.
Dia menyarankan supaya air hujan itu ditampung menggunakan galon-galon kemasan sekali pakai yang sekarang sudah banyak berceceran dan tidak dimanfaatkan. Paling tidak, untuk mencukupi air bersih selama dua bulan terakhir musim kemarau, satu keluarga butuh 60 galon dengan harga satu galon sekitar Rp 120 ribu.
Hasil pengujian kualitas air hujan di wilayah DIY. Foto: BBTKLPP DIY
Harga itu jauh lebih murah jika masyarakat membeli air galon, atau beli air dari tangki. Pemerintah pun tak perlu lagi menghabiskan dana miliaran tiap tahun untuk melakukan droping air bersih ke daerah-daerah langganan kekeringan setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Air hujan yang telah ditampung di galon-galon ini kemudian disimpan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau tahun depan untuk keperluan konsumsi, khususnya pada dua bulan terakhir musim kemarau saat sumber-sumber air telah mengering.
“Airnya bisa disimpan 2 tahun itu enggak apa-apa, karena bakterinya hampir nol jadi kalau ditampung tidak membusuk,” kata Agus Maryono.