Konten Media Partner

Maju Pilwalkot, Wawan Harmawan Berguru ke Herry Zudianto soal Masa Depan Yogya

5 Juni 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Herry Zudianto menjadi pembicara dalam Rembug Warga Jogja #1 di Alra Corner Coffee & Resto, Mantrijeron, Kota Yogya, Selasa (4/6). Foto: Cahyo Adi
zoom-in-whitePerbesar
Herry Zudianto menjadi pembicara dalam Rembug Warga Jogja #1 di Alra Corner Coffee & Resto, Mantrijeron, Kota Yogya, Selasa (4/6). Foto: Cahyo Adi
ADVERTISEMENT
Kelompok yang menamakan diri sebagai Lintas Komunitas Berdikari menggelar “Serial Rembug Warga Jogja’ #1 di Alra Corner Coffee & Resto, Mantrijeron, Kota Yogya, Selasa (4/6). Serial rembug ini diakui bertujuan menggerakkan narasi-narasi strategis untuk kota Jogja semakin baik dan maju dalam semua aspek.
ADVERTISEMENT
Yang menarik dari acara tersebut adalah Wakil Ketua Umum (Waketum) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY, Wawan Harmawan, yang telah mendaftar sebagai calon Walikota Yogya melalui PDIP DPC Kota Yogya, menjadi pembicara bersama dengan pengusaha retail sukses Yogya (Heha Sky Ocean salah satu bisnis mutakhirnya) yang juga ex Walikota Yogya periode 2001-2006 dan 2006-2011 Herry Zudianto.
Dalam diskusi tersebut, Wawan mengatakan, sosok Herry Zudianto merupakan sosok walikota Yogya yang sampai hari ini belum bisa tertandingi pencapaiannya oleh walikota Yogya periode berikut-berikutnya. Mengutip moderator acara, Herry Zudianto adalah Walikota abadi sementara yang lain setelahnya hanyalah penggantinya.
“Tadi benar kata moderator, semua walikota setelah Pak Herry itu belum Walikota Yogya, mereka hanya pengganti sementara Pak Herry. Saya pun saat memantabkan diri maju sebagai calon walikota, yang saya cari dan kemudian saya temui pertama kali adalah Pak Herry,” kata Wawan.
Herry Zudianto dan Wawan Harmawan melayani jumpa pers seusai acara. Foto: Cahyo Adi
Sebagai pengusaha sebagaimana Herry Zudianto, Wawan mengatakan dirinya terbiasa melakukan sesuatu yang konkrit-konkrit saja. pengusaha juga biasa membuat terbosan-terobosan yang berani dan tidak hanya melakukan yang “oh biasanya memang seperti ini.”
ADVERTISEMENT
“Kota Yogya butuh terobosan-terobosan berani dari sosok dengan jiwa entrepreneurship yang kuat. Sehingga kepada sosok Pak Herry Zudianto inilah kita semua musti belajar. Apalagi saya, meski pengusaha, tapi secara politik pemerintahan kan saya belum berpengalaman,” papar Wawan.
Secara konseptual, arah pembangunan Kota Yogya menurut Wawan sudah sangat bagus namun implementasi di lapangan yang masih jauh dari harapan. Ekonomi kawasan kali Code bisa dibangkitkan sehingga jadi kawasan Malioboro bawah yang menarik.
Kota Yogya juga memiliki Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) yang diinisiasi dan langsung popular di masa Herry Zudianto menjadi Walikota Yogya. Untuk UMKM ada Gandeng Gendong yakni yang besar membantu yang kecil. Dan masih banyak yang lain termasuk penataan taman dan kota.
ADVERTISEMENT
“Itu semua yang saya sebutkan kan konsep-konsep lama semua, bukan baru. Jadi ya saya siap maju jadi Walikota Yogya ya nggak usah banyak janji tapi bagaimana secara konkrit saya bisa menunjukkan aksi untuk mewujudkan dan mengembangkan konsep-konsep lama itu. Intinya aksi konkrit,” kata Wawan.
Saudagar Pengembang Kampung
Para pembicara berfoto bersama usai acara. Foto: Cahyo Adi
Sementara dalam paparannya Herry Zudianto menyinggung pentingnya sifat pemimpin Kota Yogya yang memiliki sifat saudagar yakni orang dengan 1001 akal. Akal bukan untuk ngakali orang lain tapi untuk mencari solusi dengan sinergi bersama.
“Selalu ada diskresi dari setiap aturan. Pemimpin Yogya harus seperti itu. Bicara taman pasti bicara sampah. Karena tidak akan ada taman kalau penuh sampah. Kota Yogya ini kecil tidak mungkin punya taman besar, jadi perlu terobosan, perlu 1001 akal,” kata Herry.
ADVERTISEMENT
Di zaman kepemimpinannya, karena tidak bisa membangun taman berskala besar, Pemkot banyak membeli tanah di perkampungan untuk ruang publik warga setempat. Yang ingin dia dorong saat itu adalah bukan Taman Kota namun kota di dalam taman-taman kecil di perkampungan.
“Tamanisasi kampung artinya juga warga bisa saja hidup sederhana tapi jangan sampai hidup dalam kekumuhan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu Herry banyak bicara tentang kampung. Kampung dalam paparan Herry adalah inti dari Kota Yogya. Termasuk mengenai pengembangan wisata di Kota Yogya, Herry membayangkan kampung-kampung di Kota Yogya bisa menjadi living museum alih-alih hanya jadi homestay.
“Keakraban kampung, upacara kampung, adat memasak di kampung semua yang intangible itulah pariwisata Kota Yogya. Jangan hanya homestay. Saya dulu sudah merintis taman kampung dan gerakan penerangan jalan kampung, mustinya dilanjutkan terus sampai wisata malam di kampung, kebudayaan yang bisa dinikmati malam hari di Kota Yogya,” papar Herry.
Suasana diskusi Rembug Warga Jogja #1. Foto: Cahyo Adi
Mengenai malam hari di Kota Yogya, salah satu pembicara lain, Ketua DPD GIPI DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie, menyinggung mengenai DIY yang selama ini berusaha mengembangkan brandnya sebagai Kota Budaya. Namun tak ada nightlife berbasis budaya yang berkembang di Yogya.
ADVERTISEMENT
Nightlife berbasis budaya di Bali berkembang pesat. Kita nggak punya,” katanya.
Bobby juga menyinggung mirisnya anggaran promosi pariwisata di DIY. Bahkan di Kabupaten Gunungkidul, anggaran promosi pariwisata di Dinas Pariwisata hanya Rp 65 juta setahun.
“Buat fotokopi berkas selama setahun saja kurang itu, kan,” katanya.
Bertindak sebagai pembicara keempat dalam acara tersebut yakni Dosen Manajemen UGM, Hargo Utomo sementara bertindak sebagai moderator adalah jurnalis senior Jogja, Ronny Sugiantoro.
Diskusi berlangsung selama 2 jam penuh diikuti oleh hampir 70-an peserta yang memadati seluruh meja Alra Corner Coffee & Resto baik di ruang dalam maupun di luar.