Konten Media Partner

Manfaat Danais DIY: Dari Rumah Warga, Pendapatan Seniman, hingga Pojok Benteng

2 September 2024 15:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah arsitektur Yogyakarta di Bantul yang dibangun menggunakan Dana Keistimewaan DIY. Foto: Dok. Pemkab Bantul
zoom-in-whitePerbesar
Rumah arsitektur Yogyakarta di Bantul yang dibangun menggunakan Dana Keistimewaan DIY. Foto: Dok. Pemkab Bantul
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Undang-Undang Keistimewaan (UUK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah genap berusia 12 tahun. Dengan adanya UUK tersebut, setiap tahun DIY menerima Dana Keistimewaan dari Pemerintah Pusat.
ADVERTISEMENT
Dana Keistimewaan (Danais) ini dipakai untuk berbagai hal, dari kebudayaan, infrastruktur, kesehatan, hingga pendidikan. Berikut berbagai kesaksian dari lurah hingga warga DIY mengenai manfaat Danais.
Lurah Pleret, Bantul, Taufiq Kamal, mengatakan bahwa salah satu manfaat Danais yang dirasakan di wilayahnya adalah adanya bantuan pembangunan Rumah Tak Layak Huni (RTLH) untuk warganya yang kurang mampu.
"Kami tertolong tahun 2023 ini dengan 5 rumah dan 2024 juga membangun 5 RTLH lewat Danais," kata Taufiq kepada Pandangan Jogja, Senin (2/9).
Gerbang Pleret di Kalurahan Pleret, Bantul. Foto: Kalurahan Pleret
Selain itu, Danais juga dipakai untuk membangun Gerbang Pleret, yang menurut dia memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat Pleret.
“Kami terbantu dengan pembangunan infrastruktur. Salah satu contoh adalah Gerbang Pleret, yang kami bangun dengan arsitektur gaya Yogyakarta. Dampaknya, perekonomian di sekitar Gerbang Pleret tumbuh signifikan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Budayawan Gunungkidul, Nianto, turut memberikan pandangan tentang bagaimana Dana Keistimewaan telah mendukung pengembangan desa-desa budaya, termasuk di desanya di Logandeng, Gunungkidul. Menurutnya, Danais telah membantu memperkuat identitas budaya lokal dan mendorong perkembangan ekonomi melalui kegiatan budaya.
"Di dusun saya sendiri, Logandeng, sudah mendapat realisasi uang untuk mengembangkan kuliner Logandeng. Perkembangan itu saya kira hadiah dari Ngarsa Dalem untuk perkembangan desa-desa budaya yang ada di DIY," ungkap Nianto.
Ilustrasi seniman karawitan. Foto: Pemda DIY
Ia juga menekankan bahwa Danais telah mendorong seniman lokal untuk lebih aktif dalam melestarikan kesenian tradisional. "Saya berterima kasih biarpun saya hanya masyarakat atau kawula Yogya, ikut senang. Ikut mendorong kesenian yang diprakarsai oleh para teman seniman," ujarnya.
Ketua Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan DIY, Widihasto Wasana Putra, menambahkan bahwa Dana Keistimewaan tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pelestarian warisan budaya. Salah satu proyek yang paling mengesankan menurut dia adalah revitalisasi Pojok Beteng Keraton Yogya, yang merupakan bangunan warisan budaya yang hancur sejak peristiwa Geger Sepehi pada 1812.
ADVERTISEMENT
"Yang mengesankan adalah revitalisasi Pojok Beteng Kraton yang hancur karena Geger Sepehi tahun 1812. Artinya benteng yang telah hancur lebih dari dua abad dipulihkan lagi. Esensinya bukan sekedar tangible (fisik) tapi adalah merestorasi nilai-nilai adiluhung intangible Beteng Kraton sebagai warisan budaya bangsa yang patut dilestarikan sebagai kekayaan arsitektur Nusantara," ujar Widihasto.
Bangunan Pojok Beteng Kulon. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Danais menurutnya juga telah memfasilitasi pertumbuhan sektor seni dan budaya di Yogyakarta, yang pada akhirnya turut menggerakkan ekonomi lokal. Widihasto menyebut bahwa Danais telah menciptakan efek ganda, mulai dari perolehan honorarium pelaku seni hingga tumbuhnya industri alat musik tradisional seperti gamelan.
“Meski belum merata dan secara kuantitatif masih kecil tapi fasilitasi Dais bagi para pelaku seni budaya menumbuhkan multi player effect yang beragam. Mulai perolehan honorarium pelaku seni, abdi dalem, tumbuhnya ekonomi pengrajin busana adat, bergeraknya industri alat musik tradisi seperti gamelan, geliat industri kepariwisataan lokal, pembangunan infrastruktur, dan sebagainya, yang sudah barang tentu menggerakkan sosial ekonomi masyarakat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT