Masjid Walidah Dahlan Unisa Jogja Ingin Cetak Banyak Ulama Perempuan

Konten Media Partner
24 Maret 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kajian ptri yang diselenggarakan di Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Kajian ptri yang diselenggarakan di Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu masjid di Jogja, Masjid Walidah Dahlan, memiliki keinginan untuk melahirkan banyak ulama perempuan. Walidah Dahlan adalah masjid baru milik Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, salah satu perguruan tinggi di bawah Muhammadiyah.
ADVERTISEMENT
Saat ini, UNISA Yogya memiliki 7.000-an mahasiswa, dan sekitar 80 persennya adalah perempuan.
Takmir Masjid Walidah Dahlan, Nurdin Zuhdi, menyampaikan bahwa masjid yang baru beroperasi awal Ramadan ini sedang gencar-gencarnya memberdayakan perempuan di Bulan Ramadan, tujuannya untuk mencetak ulama-ulama perempuan.
Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
Hal ini salah satunya terlihat dari penyelenggaraan kajian tarawih, di mana sekitar 50 persennya diisi oleh penceramah perempuan.
“Yang membedakan adalah pembicara. Kami itu menghadirkan pembicara kurang lebih 50 persen perempuan. Kalau di masjid lain, ceramah tarawih kebanyakan laki-laki kan?” kata Nurdin Zuhdi saat ditemui Pandangan Jogja, Jumat (22/3).
Melalui kajian yang diisi oleh pembicara perempuan itu, Nurdin berharap akan muncul penerus ulama perempuan. Sebab menurutnya, banyak perempuan yang punya potensi dalam kajian keilmuan.
ADVERTISEMENT
“Ya, kita ingin memunculkan ulama-ulama perempuan. Ternyata Muhammadiyah, masjidnya itu ulamanya bukan hanya laki-laki. Ahli hadits, ahli tafsir, ahli fiqih, ahli dalam bidang yang lain itu ternyata yang perempuan juga banyak. Maka kita kasih kesempatan mereka untuk bisa tampil,” ujarnya.
Takmir Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta, Nurdin Zuhdi. Foto: Rochmat Nur Hidayat/Pandangan Jogja
Bagi Nurdin, tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam hal keilmuan dan studi. Perbedaan hanya terdapat pada hal-hal yang secara kodrat memang dikhususkan sesuai jenis kelamin.
Ia juga menyampaikan jika dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan, yang membedakan hanyalah derajat ketakwaan.
“Kalau perempuan punya kualitas untuk menyampaikan hal-hal yang bermanfaat, kenapa kita tidak kasih ruang? Jadi kita lihat laki-laki dan perempuan itu setara, kecuali hal kodrati seperti melahirkan, mengandung, dan menyusui,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Masjid ini juga didesain untuk membuat perempuan nyaman menimba ilmu dan berkegiatan di sini. Misalnya dengan adanya fasilitas ramah perempuan seperti ruang laktasi untuk ibu menyusui.
“Bahkan nanti ada pelatihan untuk mahasiswi agar bisa mengasuh anak. Jadi supaya anak-anak yang berisik itu, saat orang tuanya mau salat itu nanti ada mahasiswi yang mendampingi anak,” paparnya.
Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta pada malam hari. Foto: Dok. UNISA Yogyakarta
Bahkan disediakan pintu khusus menuju mimbar supaya penceramah-penceramah perempuan tidak harus berjalan melewati shaf laki-laki lebih dulu untuk ke mimbas.
Selain ramah perempuan, masjid ini juga didesain untuk ramah anak dan difabel. Masjid Walidah Dahlan memiliki taman bermain untuk anak-anak, kemudian juga terdapat fasilitas disabilitas untuk memudahkan akses mereka.
Bahkan, mereka berencana menyediakan juru bahasa isyarat setiap salat Jumat.
ADVERTISEMENT
“Jadi nanti setiap hari Jumat kami akan sediakan penerjemah bahasa isyarat, bekerja sama dengan komunitas difabel. Benar-benar kami fasilitasi yang berkebutuhan khusus, tidak kami beda-bedakan,” kata Nurdin Zuhdi.