Mencermati Selasa Kliwon, Malam yang Dipilih Jokowi Berkemah di IKN Nusantara

Konten Media Partner
15 Maret 2022 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi dan sejumlah pejabat negara saat berkemah di Titik Nol IKN Nsantara. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi dan sejumlah pejabat negara saat berkemah di Titik Nol IKN Nsantara. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh gubernur maupun utusannya dari 34 provinsi baru saja menggelar 'Ritual Kendi Nusantara' di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara pada Senin (14/3) sebagai tanda dimulainya pembangunan IKN Nusantara. Malam harinya Presiden Jokowi bahkan berkemah bersama sejumlah pejabat di titik nol tempat berlangsungnya ritual kendi tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam kalender Jawa, ternyata tanggal itu bertepatan dengan malam Selasa Kliwon atau yang dalam penanggalan Jawa disebut sebagai malam Anggara Dasih atau Anggara Kasih.
Dosen Filsafat UGM yang juga aktif mendalami tentang budaya Jawa, Sindung Tjahjadi, mengatakan bahwa Selasa Kliwon memang salah satu hari yang paling sakral dalam tradisi Jawa, selain Jumat Kliwon. Ritual-ritual penting dalam tradisi Jawa sering dilaksanakan pada dua hari sakral ini.
Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon dalam tradisi Jawa jadi waktu yang paling sakral untuk melakukan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan. Sehingga semua niat baik di setiap ritual yang dilaksanakan pada hari tersebut harapannya bisa sampai tersampaikan dengan baik kepada Tuhan.
“Yang di situ harapan dan niat baik itu diharapkan bisa lebih terkabul,” kata Sindung Tjahjadi ketika dihubungi, Selasa (15/4).
Jokowi mengenakan sarung berwarna hijau dan berjaket merah bermotif G20. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Preside
Dalam bahasa Jawa kuna, Selasa Kliwon disebut juga dengan istilah Anggara Kasih, dimana Anggara berarti Selasa.
ADVERTISEMENT
Mengutip situs bali.kemenag.go.id, Penyuluh Agama Hindu, I Dewa Ayu Tri Juliani, mengatakan bahwa Anggara Kasih adalah saat yang tepat untuk mewujudkan cinta kasih terhadap sang diri. Pada hari suci tersebut, dilakukan pembersihan diri dari segala noda melalui jalan perenungan suci.
“Hari suci Anggara Kasih merupakan hari suci belas kasih atau kebaikan, berterima kasih kepada Sang Hyang Siwa dalam manifestasinya beliau sebagai Sang Hyang Rudra,” kata Tri Juliani seperti dikutip dari bali.kemenag.go.id.
Kasih sayang di sini bukan semata kasih sayang terhadap sesama manusia, tetapi juga kasih sayang kepada semua makhluk seperti yang termuat di dalam Lontar Sundarigama.
Anggara Kasih menurutnya juga memberikan kesempatan bagi seseorang untuk intropeksi diri dan merenungi segala tingkah laku sehari-hari. Dengan kasih sayang yang tulus kepada semua makhluk, maka kehidupan ini akan menjadi semakin bermakna.
ADVERTISEMENT
“Apakah setiap tindakan yang kita lakukan berdasarkan kasih atau pamrih?” lanjut Tri Juliani
Kendati demikian, penentuan hari itu menurut Sindung akan sangat bergantung pada apakah yang menentukan hari percaya dengan tradisi dan perhitungan Jawa atau tidak.
"Secara perhitungan Jawa Selasa Kliwon memang jadi waktu yang tepat untuk menggelar ritual kendi IKN Nusantara tersebut yang akan mengawali pembangunan ibu kota baru. Tapi bisa juga cuma kebetulan saja karena berangkatnya Minggu jadi ritualnya ya Senin," kata Sindung Tjahjadi.
Jokowi mengenakan sarung berwarna hijau dan berjaket merah bermotif G20. Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Preside
Seperti diketahui, pada Senin (14/3) Presiden Jokowi dan seluruh perwakilan Gubernur dari 34 provinsi telah melaksanakan ritual kendi di titik nol IKN Nusantara. Setiap gubernur dari 34 provinsi tersebut membawa tanah dan air dari wilayahnya masing-masing, untuk disatukan di IKN Nusantara di dalam kendi besar yang disebut bejana nusantara. Prosesi tersebut menjadi simbol bersatunya 34 provinsi di Indonesia menjadi satu tanah air.
ADVERTISEMENT
“Kita adalah Nusantara yang dari ujung Aceh sampai Papua dan kearifan lokal yang berbeda-beda dituangkan di dalam simbolis tanah dan air. Dijadikan satu menjadi satu menjadi kalimat tanah air,” kata Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, dalam konferensi pers secara virtual, Minggu (13/3).