Konten Media Partner

Mendorong Pariwisata Berkelanjutan & Berkualitas pada Destinasi Candi Borobudur

5 Februari 2025 14:28 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stupa Candi Borobudur. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Stupa Candi Borobudur. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan opini dari Kepala Divisi Keuangan Badan Otorita Borobudur Kementerian Pariwisata RI, Novita Dwihapsari.
ADVERTISEMENT
Pariwisata menjadi salah satu sektor pendorong perekonomian di daerah yang apabila dikelola dengan baik dapat memberikan berbagai kontribusi, diantaranya dalam menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 9 tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan memberikan perhatian besar terhadap peran pariwisata lokal dalam upaya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pariwisata lokal diharapkan dapat menumbuhkan destinasi pariwisata berkelanjutan yang mampu meningkatkan pengelolaan pariwisata, menguatkan ekonomi, melestarikan budaya dan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Candi Borobudur sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas di Indonesia telah diresmikan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya. Destinasi Super Prioritas merupakan bagian dari program “10 Bali Baru” yang dicanangkan Pemerintah yang tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan saja, namun juga menumbuhkan ekosistem ekonomi yang melibatkan warga setempat.
ADVERTISEMENT
Adapun Destinasi Super Prioritas tersebut adalah Danau Toba, Sumatera Utara, Candi Borobudur, Jawa Tengah, Mandalika, Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, dan Likupang, Sulawesi Utara. Sehingga dalam hal ini, kelima Destinasi Super Prioritas tersebut memegang peranan yang penting untuk pertumbuhan ekonomi, dan menjadi salah satu daya tarik penting untuk menarik investor berinvestasi.
Pentingnya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Kementerian Pariwisata bersama Pemda DIY saat membersihkan Pantai Parangtritis, Bantul. Foto: Dok. Pemda DIY
Apabila mengacu pada Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021, maka pada destinasi Candi Borobudur perlu melakukan pengembangan keberlanjutan dan berkualitas.
Adapun pengembangan keberlanjutan dan berkualitas tentu merupakan hal yang sangat penting, di mana hal ini akan membawa beberapa dampak positif, di antaranya; Pertama, pariwisata yang melakukan pengembangan berkelanjutan dan berkualitas akan menjadi pilar utama ekonomi yang dapat menyumbangkan pendapatan bagi daerah atau negara.
ADVERTISEMENT
Kedua, pariwisata dalam melakukan pengembangan berkelanjutan dan berkualitas memiliki peran penting dalam mempromosikan budaya suatu daerah atau wilayah tertentu. Keberadaan destinasi wisata yang unik dan berkualitas akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mencari pengalaman yang berbeda, merasakan keragaman budaya, tradisi serta keindahan alam. Ketiga, adanya pengembangan pariwisata yang berkualitas akan mendorong pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya.
Ezra Santa Krisna Silaen (2024) dalam penelitiannya “Sustainable Tourism Pada Destinasi Wisata Borobudur (Candi Borobudur), Kabupaten Magelang” menjelaskan bahwa dalam melakukan pengembangan berkelanjutan dan berkualitas pada suatu pariwisata, maka harus memperhatikan 3 Aspek, yaitu; Aspek Sosial Budaya, Aspek Ekonomi, dan Aspek Lingkungan.
Aspek Sosial Budaya
Pengunjung menerbangkan lampion perdamaian saat perayaan Waisak 2563 BE/2019 di Taman Lubini, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (19/5/2019). Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Armoko
Aspek sosial budaya yang perlu diperhatikan terdapat beberapa hal; Pertama, Integrasi sosial, di mana hal ini menjadi bentuk pendekatan antara masyarakat dengan pengelola dan desa, serta menjadi satu kesatuan yang utuh dari berbagai perbedaan yang ada. Integrasi sebagai ikatan sosial komunal ada sebagai bentuk saling kerjasama, komunikasi dua arah yang baik untuk mencapai tujuan bersama. Ikatan sosial ini akan mempererat hubungan sosial antar masyarakat dan menumbuhkan sikap saling percaya sebagai pijakan penting dalam membangun destinasi di kawasan Candi Borobudur.
ADVERTISEMENT
Kedua, ketahanan budaya, di mana pengelola, desa dan juga masyarakat dapat mempertahankan budaya dengan merawat dan melestarikan berbagai aktivitas budaya dan tradisi lokal yang sudah berkembang di kawasan Candi Borobudur, seperti; kegiatan adat merti desa, ritual doa, dan berbagai aktivitas budaya lainnya. Adapun dengan cara lain dapat dilakukan dengan melibatkan dan mendukung beragam aktivitas kesenian lokal sebagai wadah berekspresi warga.
Aspek Ekonomi
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Foto: Shutterstock
Aspek ekonomi yang perlu diperhatikan adalah upaya pemerataan usaha sebagai proses pemerataan pembangunan guna memastikan pertumbuhan ekonomi. Hal ini penting agar masyarakat setempat merasakan dampak ekonomi sebagai daerah wisata. Pemerataan usaha yang dimaksud adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari berbagai aktivitas pariwisata yang ada. Dalam hal ini, pengelola destinasi Candi Borobudur dapat membuat kebijakan yang mendukung ekonomi lokal dan melakukan pemberdayaan sehingga masyarakat dapat merasakan dampak positif dari kegiatan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Salah satu isu penting yang perlu diperhatikan pemerataan usaha ini diantaranya memperhatikan rata-rata lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur. Saat ini, mayoritas wisatawan yang mengunjungi Candi Borobudur menginap di Yogyakarta.
Untuk mengoptimalkan tingkat hunian kamar di wilayah pendukung ekonomi di kawasan Borobudur, maka dapat dilakukan kolaborasi bersama antara berbagai pemangku kepentingan terkait. Misalnya kolaborasi pengelola destinasi wisata Candi Borobudur dengan pemilik hunian penginapan, baik itu homestay maupun balkondes yang berada di sekitar Candi Borobudur.
Efek berganda yang terjadi bila hal ini dilakukan adalah optimalisasi hunian lokal yang akan berdampak baik bagi penduduk lokal, guide lokal, pembuat kerajinan lokal, sanggar kesenian lokal, dan berbagai pihak yang terlibat dalam ekosistem pariwisata di kawasan Candi Borobudur. Sehingga dengan demikian, upaya ini dapat berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Aspek Lingkungan
Kementerian Pariwisata bersama Pemda DIY saat membersihkan Pantai Parangtritis, Bantul. Foto: Dok. Badan Pelaksana Otorita Borobudur
Aspek lingkungan yang menjadi perhatian khusus yakni menciptakan destinasi wisata yang bersih dari sampah. Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menjadi permasalahan yang mengancam lingkungan. Selain berdampak pada lingkungan, hal ini akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang datang. Sehingga diperlukan langkah dan kebijakan komprehensif dalam mengantisipasi sampah melalui pengolahan sampah yang baik. Hal ini sejalan dengan Gerakan Wisata Bersih (GWB) sebagai inisiatif dari Kementerian Pariwisata yang bertujuan untuk menjaga kebersihan destinasi wisata, agar para pengunjung bisa menikmati pengalaman berwisata yang nyaman dan sehat.
Gerakan Wisata Bersih yang dicanangkan oleh Menteri Pariwisata, Ibu Widiyanti Putri Wardhana, hadir sebagai jawaban untuk memperbaiki kualitas destinasi pariwisata Indonesia agar semakin menarik dan berkesan. Gerakan ini sejalan dengan prinsip “kesehatan dan kebersihan” yang diusung dalam Travel and Tourism Development Index (TTDI), yang juga menjadi salah satu pilar utama dalam Sapta Pesona Pariwisata. GWB dilaksanakan melalui langkah-langkah konkret, seperti pembentukan Satgas Wisata Bersih, edukasi tentang pengelolaan sampah, serta pemberdayaan masyarakat di desa wisata.
ADVERTISEMENT
Gerakan wisata Bersih (GWB) ini tentu tidak dapat dijalankan sendiri oleh Kementerian Pariwisata. Penting merangkul dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk terlibat dan berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan gerakan ini, baik oleh pemerintah daerah, kementerian dan lembaga terkait, masyarakat, media, pelaku pariwisata dan berbagai mitra strategis lainnya. Dengan dukungan bersama, diharapkan destinasi wisata Indonesia bisa semakin bersih, nyaman, dan ramah lingkungan, sekaligus memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi setiap pengunjung.
Melalui Gerakan Wisata Bersih, Kementerian Pariwisata juga menginisiasi berbagai kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan. Selain kegiatan bersih-bersih massal di destinasi wisata, ada kampanye dan edukasi untuk meningkatkan kesadaran wisatawan dan masyarakat setempat, penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat sampah ramah lingkungan, serta sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas yang dirancang untuk menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Berpijak pada gagasan di atas, maka penting sekali memperhatikan 3 (tiga) aspek guna memaksimalkan pemgembangan keberlanjutan dan berkualitas pada destinasi Candi Borobudur. Dampak adanya pengembangan tersebut dapat menjadi landasan penting bagi kemajuan pariwisata di kawasan Candi Borobudur yang akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan, menumbuhkan ikatan sosial budaya yang kuat, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan menjaga kelestarian lingkungan.
Tentu saja, semua inisiatif baik ini perlu dukungan kita semua. Kolaborasi inilah yang akan membawa kebaikan dalam menciptakan pariwisata yang berkelanjutan di kawasan Candi Borobudur. Mari kita wujudkan bersama!.