Menengok Panti Wreda Budhi Dharma, Panti Jompo Setara Hotel Bintang 3 di Yogya

Konten Media Partner
8 November 2021 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah lansia tampak bersantai di salah satu sudut Panti Budhi Dharma. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah lansia tampak bersantai di salah satu sudut Panti Budhi Dharma. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Panti Wreda Budhi Dharma adalah salah satu panti terbaik yang ada di Yogya. Kepala UPT Budhi Dharma, Heri Supriyanto, bahkan mengatakan bangunan beserta fasilitas yang ada di panti jompo yang ada di Umbulharjo, Kota Yogya ini, setara hotel bintang 3.
ADVERTISEMENT
“Sayang, kebanyakan panti wreda justru nasibnya tak sebaik Budhi Dharma. Bahkan, hanya ada 10 panti wreda yang terakreditasi A di Indonesia, salah satunya ya Budhi Dharma ini,” kata Heri saat ditemui di Panti Budhi Dharma, Jumat (5/11).
Masih lekat di ingatan Heri Supriyanto, bagaimana kondisi panti Budhi Dharma saat pertama kali dia ditugaskan sebagai Kepala UPT 2013 silam.
Halaman panti ditumbuhi oleh rumput-rumput liar yang tak terurus, sampah daun berserakan, bangunan-bangunan yang ada adalah bangunan tua tahun 76 dengan tembok yang kusam. Persis seperti latar gedung-gedung tua berhantu dalam film-film horor. Suram.
“Ruang kantor ini itu ada ayamnya, kalau bertelur ya di ruangan kantor ini. Sampai ngelus dada saya,” ujar Heri.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi begitu, tak mungkin para lansia akan betah tinggal di sana. Alih-alih betah, mereka justru bisa makin stress dan sakit-sakitan. Heri lalu mengusulkan untuk merenovasi gedung-gedung panti menjadi seperti sekarang.
“Sekarang kan bisa dibilang bangunannya setara hotel bintang tiga, kasurnya juga dari busa, empuk,” lanjutnya.
Kepala UPT Budhi Dharma, Heri Supriyanto. Foto: Widi Erha Pradana
Panti wreda Budhi Dharma memang khusus merawat lansia-lansia yang telantar dan tidak mampu. Namun, fasilitas dan pelayanan yang ada tidak alakadarnya.
Di antaranya, makanan yang disediakan adalah makanan bergizi yang dijaga langsung oleh ahli gizi. Untuk memastikan kesehatan mereka, dua minggu sekali didatangkan dokter dan sebulan sekali diadakan posyandu untuk lansia.
Dua pekan sekali, psikolog juga didatangkan untuk menjaga kesehatan mental para lansia di panti. Adapun kegiatan-kegiatan penunjang lain seperti pengajian tiap pekan, keterampilan, serta senam sehat. Dan kegiatan serta pelayanan seperti itu tidak mungkin mereka dapatkan jika tinggal di rumah mengingat latar belakang mereka.
ADVERTISEMENT
“Saat kita ambil dulu lemas, pucat, setelah tinggal di sini mereka sehat,” ujarnya.
Bagi Heri, sudah selayaknya para lansia itu dimuliakan. Dan mereka memang berhak untuk mendapatkan semua pelayanan itu. Sudah terlalu lama mereka hidup susah, dan jangan sampai ketika tuapun masih harus menanggung kehidupan yang antah berantah.
Namun, Heri bersyukur, kini mulai bermunculan panti-panti wreda satwa dengan fasilitas yang lebih memadai bahkan cenderung mewah, terutama di kota-kota besar.
Kecenderungan orang-orang untuk memilih tinggal di panti wreda di masa tua telah melahirkan panti-panti semacam ini. Hal itu sekaligus mengubah wajah panti wreda, yang semula menjadi ‘tempat pembuangan’ lansia, kini menjadi tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan masa tua.
“Banyak orangtua yang punya idealisme tidak ingin menyusahkan anak-anaknya sehingga memilih tinggal di panti wreda. Saat ini kebanyakan memang baru ada di Jakarta,” kata Heri Supriyanto.
Di Jumat siang itu, dua lansia penghuni tampak sangat sibuk. Mereka sedang menyapu halaman. Sudah lebih satu jam masih saja menyapu, bersih-bersih sampai halaman tanah itu tampak kinclong.
ADVERTISEMENT
“Namanya Musiman dan Syafrudin. Keduanya hobinya itu, kalau sudah bersih-bersih, enggak bisa diganggu. Tiap hari begitu,” terang Heri.
Di sudut lain, sejumlah lansia lain tampak sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di teras wisma. Total, ada 57 lansia yang kini tinggal di sana. Dan semua punya hobi masing-masing: memelihara burung, bercocok tanam, merajut, atau bersih-bersih seperti Musiman dan Syafrudin.
Pandemi membuat Heri tak mengijinkan saya mendekat untuk berbincang dengan mereka, para lansia. Di pandemi ini ada satu karyawan dan satu lansia tutup usia dari total 10 orang yang postif COVID-19. Sejak itu, panti sangat berhati-hati.
Dari jauh saya lihat, mereka tampak bahagia. Itu sudah lebih dari cukup mengingat beberapa hari terakhir ada banyak kegusaran di diri saya karena ramainya kasus Ibu Trimah. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT