Konten Media Partner

Mengelola Gulma untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Petani Harus Tahu

18 Mei 2021 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumput teki, gulma paling umum dijumpai di ladang dan sawah. Foto:
zoom-in-whitePerbesar
Rumput teki, gulma paling umum dijumpai di ladang dan sawah. Foto:
ADVERTISEMENT
Seperti halnya dengan ciptaan Tuhan yang lain, Gulma yang selama ini lebih dikenal sebagai tanaman pengganggu ternyata juga memberikan banyak manfaat untuk tanaman petani. Dalam dunia pertanian, gulma lebih sering dianggap sebagai hama dan musuh busur oleh petani.
ADVERTISEMENT
Namun yang jarang disadari, pada kondisi tertentu tanaman gulma juga bisa menjadi teman bagi petani. Karena itu, tanaman-tanaman gulma yang kerap tumbuh di lahan pertanian mestinya tidak dibasmi semua begitu saja, namun perlu dikelola supaya bisa memberikan manfaat kepada petani sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya.
Pakar Virology Tumbuhan dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM, Susamto Somowiyarjo yang awal tahun ini menerbitkan buku terbarunya berjudul ‘Gatra Gulma dalam Perlindungan Tanaman Tropika’, mengatakan bahwa tidak sepenuhnya salah jika gulma kerap dianggap sebagai musuh bagi petani. Pasalnya, gulma akan menjadi kompetitor bagi tanaman petani untuk mendapatkan ruang, sinar matahari, nutrisi, dan sebagainya.
“Namun yang kini harus kembali dimengerti, gulma itu juga banyak manfaatnya lho untuk pertanian,” kata Susamto Somowiyarjo ketika dihubungi, Jumat (7/5).
ADVERTISEMENT
Salah satu manfaat gulma di dalam dunia pertanian adalah sebagai tempat berlindung aneka serangga yang bermanfaat untuk tanaman petani. Serangga-serangga penyerbuk seperti lebah madu, kumbang, dan sebagainya, menurut dia juga kerap menjadikan tanaman-tanaman gulma sebagai tempat bersembunyi ketika ada ancaman musuh.
Tak hanya sebagai tempat bersembunyi serangga penyerbuk, hewan-hewan yang menjadi predator alami hama tanaman juga kerap bersembunyi di tanaman gulma. Beberapa predator alami hama yang kerap bersembunyi di tanaman gulma di antaranya laba-laba, belalang sembah, jangkrik, kumbang, capung, dan sebagainya.
“Jadi banyak gulma yang sebenarnya punya ekologi yang luar biasa, yakni sebagai tempat bersembunyi aneka satwa terkait pertanian sekaligus memberi makan mereka,” ujarnya.
Selain itu, beberapa gulma yang memiliki bunga juga bisa mengundang datangnya serangga-serangga penyerbuk yang sangat menguntungkan bagi petani. Karena itu, jenis-jenis tanaman gulma yang memiliki bunga ini sebaiknya jangan dibasmi semua. Kalau perlu, mereka ditanam di dekat lahan-lahan pertanian untuk mengundang serangga-serangga penyerbuk sehingga bisa meningkatkan produktivitas petani.
ADVERTISEMENT
“Ini kan jarang disadari juga. Misalnya lebah madu dia kan butuh nektar, dan bunga tanaman gulma ini bisa jadi sumber makanan untuk dia,” lanjutnya.
Eceng gondok, tanaman gulma yang banyak terdapat di daerah perairan bahkan memiliki kemampuan untuk menyerap bahan-bahan pencemar yang terdapat dalam air seperti logam-logam berat Cd,N, dan Hg. Satu hektar eceng gondok dalam keadaan optimum ternyata mampu mengabsorbsi limbah N dan P sehari-hari yang dihasilkan oleh lebih dari 800 orang.
“Ini berarti bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk secara alami membersihkan lingkungan perairan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh manusia, industri, dan penggunaan pestisida dalam pertanian,” kata Susamto Somowiyarjo.
Pestisida Alami dan Penyimpan Gen Ketahanan Penyakit
Bandotan atau babadotan (Ageratum conyzoides, Linn). Foto: keyslucidcentral.org
Sejumlah tanaman gulma ternyata juga berpotensi untuk menjadi bahan pestisida alami. Salah satu yang paling sering digunakan sebagai pestisida nabati adalah bandotan (Ageratum conyzoides Linn.). Bandotan mengandung sejumlah senyawa seperti saponin, flavonoid, polifenol,kumerine, eugenol 5%, hidrogen sianida, serta minyak atsiri.
ADVERTISEMENT
Kandungan-kandungan tersebut membuat bandotan dapat menghambat perkembangan hama serangga. Karena memiliki aroma yang menyengat, bandotan juga berfungsi sebagai penolak hama serangga, sehingga tanaman akan aman dari serangga-serangga pengganggu.
“Ada juga daun siam (Chromolaena odorata L.) yang sudah banyak juga digunakan untuk pestisida nabati,” kata Susamto Somowiyarjo.
Selain bandotan dan siam, beberapa tanaman gulma lain juga ada yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan pestisida nabati. Di antaranya adalah ciplukan, ajeran, dan kipahit. Tanaman-tanaman gulma tersebut mengandung metabolit sekunder yang dapat diekstrak secara tunggal maupun dijadikan campuran untuk membuat pestisida nabati.
Beberapa gulma bahkan bisa menjadi penyimpan gen ketahanan terhadap penyakit. Misalnya yang sudah diteliti adalah gulma tanaman gelagah yang dapat membuat tanaman tebu lebih tahan terhadap penyakit setelah disilangkan dengan tanaman gulma ini.
ADVERTISEMENT
“Jadi banyak sekali sebenarnya manfaat dari gulma,” ujarnya.
Agar Gulma Bisa Jadi Teman Petani
Ketul (Bidens pilosa). Foto: Istimewa
Tentu saja gulma tidak begitu saja memberikan manfaat yang berarti untuk petani. Meski punya manfaat yang banyak, bukan berarti petani mesti menanam dengan sengaja gulma-gulma di lahan pertaniannya. Alih-alih panen sayur atau buah-buahan, bisa-bisa mereka malah panen gulma.
Menurut Susamto, keberadaan tanaman gulma di lahan pertanian perlu dikelola dengan baik sehingga mampu memberikan manfaat yang optimal. Misalnya ketika sedang membersihkan lahan, petani mesti bisa memilah mana gulma yang bermanfaat dan mana yang membahayakan tanamannya.
“Jumlah populasinya juga dibatasi. Jangan karena punya manfaat kemudian ditanam sebanyak mungkin, yang ada gagal panen. Harus proporsional,” ujarnya.
Sayangnya sampai saat ini riset terkait manfaat gulma untuk pertanian menurut Susamto masih sangat sedikit. Hal ini menjadikan petani sulit untuk memilah mana gulma yang benar-benar bisa memberinya manfaat dan mana yang membahayakan tanamannya.
ADVERTISEMENT
Jumlah peneliti yang fokus meneliti manfaat gulma untuk pertanian juga masih sangat sedikit. Sehingga petani pun akan kesulitan untuk mencari referensi yang dia butuhkan ketika akan memanfaatkan tanaman gulma di lahan pertaniannya.
“Masih banyak sekali yang harus kita kejar dalam riset pemanfaatan gulma untuk pertanian ini. Jika potensi ini bisa dioptimalkan, maka konsep pengendalian hama secara terpadu (PHT) akan bisa diwujudkan,” kata Susamto Somowiyarjo.