Konten Media Partner

Mengenal Anggrek Merapi yang Dikawinkan & Diberi Nama “Megawati Soekarnoputri”

2 Oktober 2025 15:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Konten Media Partner
Mengenal Anggrek Merapi yang Dikawinkan & Diberi Nama “Megawati Soekarnoputri”
Megawati Soekarnoputri menyilangkan anggrek endemik Gunung Merapi di UGM, anggrek itu lalu diberi nama Vanda tricolor var suavis forma merapi “Megawati Soekarnoputri”. #publisherstory #pandanganjogja
Pandangan Jogja
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, saat menyilangkan anggrek endemik Gunung Merapi di UGM, Rabu (1/10). Foto: Dok. UGM
zoom-in-whitePerbesar
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, saat menyilangkan anggrek endemik Gunung Merapi di UGM, Rabu (1/10). Foto: Dok. UGM
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Megawati Soekarnoputri, menyilangkan tanaman anggrek khas Merapi, yakni Vanda tricolor, saat mengunjungi UGM pada Rabu (1/10) kemarin.
ADVERTISEMENT
Proses penyilangan itu didampingi oleh Guru Besar Biologi UGM yang aktif meneliti anggrek, Endang Semiarti. Endang menjelaskan, anakan anggrek yang telah disilangkan oleh Megawati itu nantinya akan diberi nama ilmiah Vanda tricolor var suavis forma merapi “Megawati Soekarnoputri”.
Penyematan nama tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada tokoh yang dinilai berperan penting dalam upaya konservasi.
“Namanya hasil persilangan. Jadi nama Anggrek itu nanti Vanda tricolor var suavis forma merapi ‘Megawati Soekarnoputri’. Jadi itu nanti anak-anaknya, itu namanya itu,” kata Endang Semiarti usai acara Workshop Pengelolaan Biodiversitas dan Penguatan HKI untuk Masa Depan Berkelanjutan: Sinergi UGM-BRIN di UGM, Rabu (1/10).
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, saat menyilangkan anggrek endemik Gunung Merapi di UGM, Rabu (1/10). Foto: Dok. UGM
Endang menjelaskan, penyematan nama tokoh nasional dilakukan sebagai penghormatan agar upaya konservasi lebih mendapat perhatian. “Sebagai penghormatan pada beliau-beliau. Karena beliau nanti akan care pada anggrek-anggrek kita. Terutama ini kan untuk konservasi. Merapi itu kan sering meletus. Itu anggrek-anggrek itu kadang jatuh-jatuh kemana-mana. Tetapi dia tetap eksis,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pada 2020 silam, spesies anggrek yang sama juga pernah disilangkan oleh Ratu Belanda, Queen Maxima, saat mengunjungi UGM.
Wangi, Tahan Panas, dan Punya Senyawa Anti-Kanker
Anggrek Vanda tricolor yang merupakan tanaman endemik Gunung Merapi. Foto: Pandangan Jogja/Resti Damayanti
Anggrek Merapi, terutama jenis Vanda tricolor var suavis, dikenal sebagai anggrek endemik lereng Merapi dengan corak totol khas. Endang menyebut bunga ini tetap menampilkan ciri dominan meski disilangkan dengan jenis lain.
“Cantik sekali tadi Vanda tricolor. Dan kalau dikawinkan dengan anggrek lain, dia itu tetap dominan. Totol-totol ini tetap kelihatan cantik, meskipun warnanya nanti berubah,” ujarnya.
Selain keindahan visual, penelitian menunjukkan anggrek ini memiliki aroma khas di pagi hari serta mengandung senyawa bioaktif. “Itu wangi sekali, dan itu ternyata ada anti-kankernya, anti-aging, anti-radang,” ungkap Endang.
Guru Besar Biologi UGM peneliti anggrek, Endang Semiarti. Foto: Pandangan Jogja/Resti Damayanti
Keunggulan lain dari Anggrek Merapi adalah ketahanannya terhadap suhu ekstrem. Endang menuturkan, anggrek ini tetap tumbuh di atas pohon puspa yang sudah gosong akibat erupsi.
ADVERTISEMENT
Ketahanan ini dipengaruhi gen HSP-70 (Heat Shock Protein) yang memungkinkan anggrek bertahan dalam cekaman suhu tinggi. “Ini menyebabkan anggrek itu tahan terhadap cekaman suhu tinggi. Nah, ini bisa dipindah ke tanaman lain. Anggrek Bulan itu kan enggak tahan, kalau gennya dimasukkan ke situ dengan rekayasa genetika bisa,” jelasnya.
Konservasi dan Pemberdayaan Petani
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, saat menyilangkan anggrek endemik Gunung Merapi di UGM, Rabu (1/10). Foto: Dok. UGM
Saat ini, terdapat 59 spesies anggrek yang berhasil diidentifikasi di kawasan Merapi. Namun, aktivitas vulkanik yang berulang membuat konservasi menjadi tantangan.
Untuk menjaga kelestariannya, sebagian hasil persilangan akan dikembalikan ke habitat asli di lereng Merapi, sebagian dikirimkan ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta diberikan kepada petani sekitar untuk dibudidayakan.
“Jadi nanti sebagian akan saya kirimkan ke BRIN, sebagian dikembalikan ke habitat aslinya, ke Merapi. Karena kita kerjasama juga dengan YPAM, Yayasan Pelestari Anggrek Merapi. Saya kebetulan penasehat juga di sana,” ujar Endang.
ADVERTISEMENT
Endang menambahkan, pemberian hasil silangan kepada petani juga diharapkan meningkatkan kesejahteraan.
“Kami akan berikan nanti pada petani-petani di sekeliling Merapi. Harganya akan jadi lebih tinggi ya, kalau itu ada nama-nama orang-orang yang berhasil,” ujarnya.