Konten Media Partner

Mengenal Ciri Khas Kotagede Yogyakarta, Kota Seribu Gerbang Pintu Beratap

2 Oktober 2021 13:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ada satu tanda yang bisa jadi patokan jika kita sudah masuk ke kawasan Kotagede, Yogyakarta: gerbang pintu beratap di setiap ujung gang atau di depan rumah warga.
Gerbang beratap pintu masuk utama Makam Raja-raja di Kotagede, Yogyakarta. Foto: ESP
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang beratap pintu masuk utama Makam Raja-raja di Kotagede, Yogyakarta. Foto: ESP
Tanpa melihat papan nama, gerbang pintu beratap yang banyak terdapat di ujung gang-gang maupun di depan rumah warga sudah bisa menunjukkan kalau kita sudah masuk ke kawasan Kotagede.
ADVERTISEMENT
Gerbang pintu beratap ini bukan sekadar hiasan.
Arsitek yang tergabung dalam Tim Penyusun Masterplan Kampung di Kota Yogyakarta, Erlangga Winoto, mengatakan bahwa gerbang pintu beratap yang ada di Kotagede merupakan manifestasi bentukan di masa lampau yang lahir dari sebuah kesadaran bahwa untuk memasuki halaman atau pekarangan perlu diberikan penanda.
Gerbang-gerbang pintu beratap di Kotagede ini menghadirkan pemandangan visual karakter kuat yang khas di lorong-lorong perkampungan Kotagede, yang akhirnya membentuk identitas lingkungan dan menunjang citra kawasan.
“Gerbang pintu beratap ini menjadi identitas bagi kawasan Kotagede, sehingga ketika seseorang sudah menemuinya dia bisa langsung merasakan kalau dia sudah berada di Kotagede,” kata Erlangga dalam sebuah Webinar Mencermati Atap-atap Pintu Rumah Sebagai Penanda yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY, Senin (27/9).
Gerbang pintu beratap di perkambungan Kotagede, Yogyakarta. Foto: Widi Erha Pradana
Secara arsitektur, bangunan gerbang pintu beratap di Kotagede sangat bervariasi. Banyak sekali model arsitektur gerbang pintu beratap yang ada di mulut-mulut gang menuju ke perkampungan di Kotagede, dari mulai arsitektur semar tinandu hingga arsitektur klasik yang sama sekali tidak terlihat arsitektur Jawanya.
ADVERTISEMENT
“Begitu kayanya, ketika berbicara gerbang saja variannya mungkin bisa puluhan atau bahkan ratusan,” lanjutnya.
Namun secara umum, ada dua gaya arsitektur bangunan, termasuk gerbang pintu beratap yang terdapat di Kotagede yakni gaya arsitektur tradisional Jawa dan gaya arsitektur klasik. Karena itu, jika nantinya akan dibangun gerbang pintu beratap di gang-gang perkampungan yang belum terdapat gerbang, menurut Erlangga mesti mengacu pada dua gaya arsitektur ini.
Sayangnya, belum diketahui pasti apa fungsi atap pada pintu-pintu gerbang di Kotagede.
Gerbang pintu beratap di perkampungan Kotagede, Yogyakarta. Foto: Widi Erha Pradana
Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya DIY, Eko Surya Maharsono, mengatakan bahwa hal ini juga masih terus digali.
“Kalau untuk memasang sesaji sepertinya juga tidak, soalnya di sini enggak ada sesaji,” kata Eko Surya Maharsono.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ada kemiripan antara gerbang pintu beratap yang ada di Kotagede dengan yang ada di kawasan pecinan Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Di Lasem, gerbang pintu beratap memiliki makna tertentu, misalnya jika atapnya berbentuk melengkung ke atas itu diperuntukkan untuk tempat-tempat peribadatan. Dan posisi gerbang tersebut selalu satu garis lurus dengan altar atau tempat ibadah umat Tionghoa di sana.
Selain itu, gerbang pintu beratap di Lasem juga berfungsi untuk menunjukkan kondisi atau kelas sosial pemiliknya. Semakin mewah gerbangnya, maka menunjukkan kelas ekonomi dan sosial pemiliknya yang lebih tinggi.
“Tapi tidak berarti Kotagede sama dengan Lasem, itu perlu riset lebih lanjut,” ujarnya.
Gerbang pintu beratap di Lasem, Jawa Tengah. Foto: Eko Surya Maharsono
Karena belum diketahui pasti apa fungsi atap pada gerbang-gerbang tersebut, maka sangat perlu riset atau penelitian lebih lanjut. Jika nantinya fungsi tersebut bisa terungkap, maka nilai budaya yang ada dalam arsitektur bangunan tersebut akan lebih besar sehingga bisa turut menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke Kotagede.
ADVERTISEMENT
“Jadi bukan sekadar bangunan fisik, tapi ada cerita atau kisah yang bisa menambah nilai terhadap gerbang-gerbang pintu beratap tersebut,” kata Eko Surya Maharsono. (Widi Erha Pradana / YK-1)