Mengenal Macan Akar, Kucing Hutan Lucu yang Sempat Viral karena Disembelih

Konten dari Pengguna
4 Juni 2020 13:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Macan akar. Foto: animal.memozone.com
zoom-in-whitePerbesar
Macan akar. Foto: animal.memozone.com
ADVERTISEMENT
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau telah melakukan penyelidikan terkait laporan penyiksaan kucing hutan atau macan akar yang dilindungi. Tak hanya disiksa, dalam sebuah unggahan akun Facebook dengan nama Al Nya Krizha, memperlihatkan proses penyembelihan seekor macan akar sampai memasak dan memakannya.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau, Heru Sutmantoro mengatakan bahwa pencarian pelaku cukup sulit, karena akun Facebook-nya saat ini sudah dinonaktifkan. BBKSDA juga telah melakukan penyelidikan dan penelusuran ke alamat yang tertera di akun Facebook sebelum dihapus, yakni di Perawang, Kabupaten Siak, Riau.
“Cuma kita cek ke lokasi enggak ada orang yang kenal nama itu (pelaku). Jadi kita kehilangan jejak sama sekali,” kata Heru Sutmantoro ketika dihubungi, Rabu (3/6).
Jika memang benar pengguna akun Facebook tersebut menyembelih dan memasak macan akar, maka tindakannya sudah masuk dalam ranah pidana. Sebab, macan akar merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang. Dan siapapun yang dengan sengaja melakukan penyiksaan atau pembunuhan terhadap satwa dilindungi, termasuk macan akar, maka dia dapat dijerat dengan pidana kurungan maksimal 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta. Hal ini telah diatur dalam UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya unggahan di media sosial terkait adanya dugaan penyiksaan terhadap macan akar, Heru mengatakan bahwa hal tersebut akan semakin meningkatkan perhatian BBKSDA Riau dalam melindungi satwa tersebut. Meski sulit, penelusuran dan penyelidikan terhadap kasus tersebut juga akan terus dilakukan.
“Yang jelas untuk saat ini kita semakin fokus untuk sosialisasi ke masyarakat kalau satwa ini dilindungi,” lanjutnya.
Dilindungi Karena Habitatnya Terancam
Wilayah persebaran macan akar atau yang memiliki nama ilmiah Felis bengalensis menurut Heru sebenarnya cukup luas. Macan akar bisa ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, serta Kalimantan. Meski disebut kucing hutan, habitatnya juga tidak hanya di dalam hutan. Macan akar juga kerap ditemukan di kawasan pemukiman atau perkebunan warga, terutama yang ekosistemnya masih asri. Biasanya, macan akar dijumpai di dataran rendah, meski beberapa kali juga ditemukan di dataran tinggi.
ADVERTISEMENT
“Namun karena sebarannya yang luas itu, kucing hutan ini kerap menjadi sasaran perburuan,” ujar Heru.
Secara populasi, macan akar juga terbilang masih banyak. Oleh lembaga konservasi internasional (IUCN), macan akar juga diklasifikasikan ke dalam satwa liar dilindungi dengan risiko kepunahan yang rendah.
“Masih banyak, populasinya masih banyak. Sering kita jumpai juga, kadang ada yang terlindas mobil di jalan. Artinya bukan hal yang langka,” lanjutnya.
Namun populasi yang masih banyak itu bukan berarti kelestarian satwa ini aman dan tidak perlu dilindungi. Ancaman utama macan akar sebenarnya bukanlah perburuan dan perdagangan, melainkan kerusakan atau degradasi habitat.
Ada beberapa alasan kenapa sebuah spesies satwa dilindungi, pertama karena memang populasinya terancam punah. Spesies satwa juga dilindungi ketika tingkat endemisitasnya. Meskipun populasi salah satu spesies satwa tinggi, jika wilayah persebarannya sangat sempit dalam kata lain dia hanya ada di satu wilayah saja, maka dia juga akan dilindungi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, satwa juga akan dilindungi ketika tingkat keterancamannya tinggi. Dan akar macan termasuk satwa liar yang tingkat keterancamannya tinggi karena degradasi habitat yang sangat masif terutama karena pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk dan perkebunan.
“Ancamannya terutama degradasi habitat, karena di Sumatera apalagi di Jawa ini kan sangat masif, habitat dia semakin sempit. Otomatis ketika habitatnya semakin sempit populasinya juga akan menurun,” lanjut Heru.
Macan akar akan semakin terancam jika tidak ada undang-undang yang melindunginya. Bisa dipastikan, jika tidak dilindungi dengan regulasi yang tegas, macan akar akan diburu habis-habisan oleh masyarakat. Akibatnya, populasinya bisa dipastikan akan sangat cepat menurun.
“Cuma karena statusnya dilindungi kan orang sedikit mengerem perburuan itu. Walaupun masih tetap ada kejadian seperti kemarin diburu, dijual, dan sebagainya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di jejaring media sosial macan akar memang terlihat banyak dipelihara dan diperjualbelikan.
Si Lucu yang Menjaga Ekosistem
Foto: istimewa
Untuk ukuran kucing liar, ukuran macan akar terbilang kecil. Ukurannya tidak jauh berbeda dengan kucing kampung atau kucing domestik, bahkan bisa lebih kecil. Dibandingkan dengan musang, ukurang macan akar juga jauh lebih kecil.
Macan akar memiliki bulu yang halus dan pendek dengan warna yang khas, yakni kuning kecokelatan dengan belang hitam di bagian kepala sampai tengkuk. Sementara badannya memiliki motif totol-totol hitam, dan pada bagian bawah perutnya berwarna putih dengan totol cokelat tua. Macan akar juga memiliki ekor yang panjang, bahkan lebih dari setengah panjang badannya.
Macan akar berreproduksi sepanjang tahun dengan masa kehamilan sekitar 70 hari, dan setiap kelahiran bisa menghasilkan anak antara dua sampai empat ekor. Hingga usianya 10 hari, anak macan akar belum bisa membuka matanya, namun setelah bisa membuka matanya mereka langsung bisa mencari mangsanya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Dia lebih banyak memakan serangga dan hewan-hewan kecil seperti burung, tikus, atau ular kecil. Biasanya dia makan burung-burung puyuh liar atau burung gemak itu yang kecil-kecil, sama jenis-jenis reptil kayak kadal, bunglon, jadi dia tidak memangsa ayam, karena ukurannya juga kecil,” jelas Heru.
Macan akar dewasa akan siap bereproduksi lagi ketika usianya sudah mencapai 13 bulan. Meski bukan termasuk top predator seperti harimau, namun peran macan akar dalam menjaga keseimbangan ekosistem cukup penting. Jika macan akar punah, bisa dipastikan secara ekologis ekosistemnya juga akan terganggu.
Namun untuk mengetahui seberapa besar pengaruh macan akar terhadap ekosistem, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terutama terkait ketergantungan dia dengan satwa lain yang menjadi makanannya.
ADVERTISEMENT
“Misalnya seberapa banyak tikus yang dimakan dia, yang itu sebenarnya menguntungkan dari segi pertanian atau perkebunan sebagai pengendali hama. Cuman konsumsinya sebanyak apa, itu yang perlu kita teliti lebih lanjut,” jelas Heru.