Mengenal Metode Pengajaran TEACCH untuk Mendidik Anak Penyandang Autis

Konten Media Partner
23 April 2021 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi autisme. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi autisme. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Mendidik anak penyandang autisme spectrume disorder (ASD) memiliki tantangan tersendiri. Perlu metode yang tepat, sehingga pembelajaran bisa berjalan efektif dan efisien. Dari sekian banyak metode pembelajaran, TEACCH (Treatment Education of Austistic and Related Communication and Handicapped Children) disebut-sebut sebagai salah satu metode paling tepat untuk mendidik anak ASD.
ADVERTISEMENT
Metode TEACCH memang merupakan metode pengajaran yang dibuat khusus untuk penyandang autisme. Karena itu, metode ini mempunyai prinsip-prinsip yang telah disesuaikan dengan karakteristik anak ASD.
Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Autisme River Kids, Malang, Jawa Timur, Sri Retno Yuliani mengatakan bahwa ada beberapa prinsip dalam metode pembelajaran TEACCH. Prinsip pertama yakni kekuatan dan minat anak, artinya proses pengajaran mesti didasarkan pada kekuatan dan minat anak.
“Jadi kami harus tahu betul ketika anak masuk itu dia punya kekuatan apa saja dan kelemahannya apa saja,” kata Sri Retno dalam diskusi daring yang diadakan oleh Forum Peduli Pendidikan Autisme Jawa Timur akhir pekan kemarin.
Anak ASD menurutnya memiliki kekuatan berupa kecerdasan visual spasial yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain. Anak ASD juga sangat suka dengan detail tertentu yang dapat menjadi pendorong mereka untuk belajar. Mereka juga memiliki ingatan yang faktual.
ADVERTISEMENT
Sementara kelemahan anak ASD di antaranya sulit memahami bahasa yang abstrak, perilakunya sulit kontekstual, serta tidak bisa memotret sebuah konteks secara menyeluruh.
“Hal-hal seperti itu yang kemudian kita akomodir dan kemudian kita jadikan landasan kita untuk melakukan pelayanan pendidikan,” lanjutnya.
Prinsip pengajaran TEACCH berikutnya adalah penilaian berkelanjutan. Di dalam TEACCH, semua anak ASD punya potensi untuk berkembang, baik yang hambatannya ringan, sedang, maupun berat. Menurut Retno, mesti ada penilaian yang berkelanjutan dalam proses pengajaran sehingga bisa diketahui perkembangan si anak.
Dalam TECCH juga dikenal prinsip bantuan atau dukungan dalam melakukan pemahaman. Karena anak-anak ASD mengalami kesulitan dalam memaknai setiap pengalaman yang mereka alami secara kontekstual, sehingga dukungan atau bantuan sangat diperlukan. Dukungan ini berbentuk alat bantu untuk memudahkan mereka untuk memahami, yakni alat bantu visual.
ADVERTISEMENT
“Sehingga banyak sekali berbagai macam visual support yang diberikan untuk mereka,” ujarnya.
Ilustrasi autisme. Foto: Pixabay
Prinsip berikutnya adalah kolaborasi dengan orangtua, sebab orangtua dan keluarga merupakan elemen paling penting dalam perencanaan pendidikan. Karena itu, orangtua juga mesti dilibatkan dalam penyusunan program pembelajaran.
Individualisasi menjadi prinsip berikutnya dalam pengajaran TEACCH. Artinya, satu anak dengan anak lainnya tidak bisa disamakan penguatannya karena mereka punya perbedaan individual. Karena itu sangat penting untuk memahami karakter setiap individu anak ASD supaya bisa memberikan penanganan yang tepat. Prinsip terakhir dalam pengajaran TEACCH adalah pengajaran yang terstruktur.
Beberapa upaya pendukung juga perlu dilakukan untuk mempermudah proses belajar anak-anak. Pertama adalah struktur fisik yang memberikan batas yang jelas bagi anak, misalnya di mana dia bisa mengakses alat bantu visual, di mana tempat dia bekerja di meja, di mana mereka harus meletakkan tas, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Itu diusahakan betul-betul distrukturkan dan itu tidak dipindah-pindah. Ini akan memudahkan mereka untuk bisa belajar dengan nyaman di sekolah,” ujarnya.
Siswa juga perlu dibuatkan jadwal visual untuk memahamkan kegiatan yang akan dilakukan anak di kelas. Selain bisa membantu mereka memproses informasi lebih cepat, jadwal visual juga bisa mengurangi perilaku kurang konsentrasi,impulsif, berulah, dan berkeliling di kelas.
Dukungan berikutnya yang perlu dilakukan adalah sistem kerja mandiri. Hal ini merupakan transisi bagi anak ASD untuk bisa bekerja secara sendiri. Sistem kerja mandiri ini didasarkan pada level pemahaman masing-masing anak. Instruksi dari tugas yang diberikan, sebaiknya disampaikan melalui setting tempat dan pengorganisasian tugas.
Pengajaran TEACCH juga memberikan dukungan vokasional kepada anak ASD. Supaya dukungan vokasional ini dapat optimal, dibutuhkan analisa tugas yang berisi tahapan-tahapan tugas berupa rutinitas harian.
ADVERTISEMENT
“Misalnya tahapan pakai baju, menyapu lantai, mengoperasikan mesin cuci, setrika baju, berwudhu, salat, dan sebagainya,” ujarnya.
Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa metode TEACCH efektif bagi anak ASD dalam berbagai aspek. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Orellana, Sanchis, dan Silvestre pada 2013, menunjukkan bahwa metode TEACCH efektif untuk mengajarkan kepatuhan penyandang autis dalam melakukan pemeriksaan gigi.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Butler pada 2007 juga menunjukkan bahwa metode TEACCH efektif bagi penyandang ASD. Penelitian yang dilakukan Sri Widati juga membuktikan bahwa pengajaran berstruktur dengan metode TEACCH dapat meningkatkan kemampuan koordinasi motorik halus anak autis.
“Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa metode TEACCH memberikan dampak yang positif ketika diterapkan bagi penyandang ASD dalam berbagai aspek,” kata Sri Retno Yuliani.
ADVERTISEMENT