Mengenal Tanaman Ajaib di Raja Ampat yang Tak Ada di Tempat Lain

Konten Media Partner
25 Agustus 2021 17:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Raja Ampat. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Raja Ampat. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Selain memiliki pemandangan bawah laut yang sangat menawan, Raja Ampat juga punya kekayaan flora yang belum banyak orang tahu. Terdiri atas sedikitnya 2.713 pulau dengan empat pulau terbesar yakni Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool, Raja Ampat memiliki 874 jenis tanaman dari 116 suku, dan khusus untuk tanaman jenis pohon ada 360 jenis dai 83 suku. Itu baru yang tercatat, karena diperkirakan masih sangat banyak jenis tanaman yang belum tercatat karena sulitnya akses.
ADVERTISEMENT
Dari semua jenis tanaman yang telah tercatat di Raja Ampat, ada 13 jenis tanaman endemik yang hanya ada di Raja Ampat. Dengan kata lain, tanaman tersebut tak akan ditemukan di tempat lain. Selain itu, ada juga 29 jenis tanaman yang merupakan tanaman endemik Papua. Untuk statusnya, ada 81 jenis yang masuk dalam kategori CITES Appendix I, II, dan III, terutama dari jenis anggrek atau orchid.
“Yang terancam dan dilindungi ada 14 jenis berdasarkan IUCN Red List dan 6 jenis yang dilindungi pemerintah Indonesia dalam Permen LHK nomor 106 tahun 2018,” kata Fauna and Flora International Indonesia Programme, Yanuar Ishaq dalam diskusi daring yang digelar oleh Kukangku, pertengahan bulan ini.
Yanuar Ishaq. Foto: Widi Erha Pradana
Jenis tumbuhan pertama yang hanya ada di Raja Ampat adalah palem raja ampat atau Wallaceodoxa raja-ampat yang ditemukan pada 2014 oleh Prof Charlie dari UNIPA di Pulau Gag yang merupakan konsesi tambangnikel. Palem raja ampat tumbuh secara soliter menjulang tinggi pada dataran rendah mulai dari ketinggian 50 sampai 600 mdpl.
ADVERTISEMENT
Tumbuhan berikutnya adalah kayu susu waigeo atau Alstonia beatricis dan Alyxia laurina. A. beatricis hanya ditemukan di puncak bukit daerah kapur dan ultrabasa di bagian utara dan bagian selatan pulau Waigeo. Sedangkan A. laurina hanya ditemukan di pulau kecil bernama Rauki yang berada di sebelah utara pulau Waigeo yang berada pada tanah ultrabasa.
“Ultrabasa itu jenis batuan atau tanah yang menghasilkan nikel, jadi di dalamnya ada nikel,” kata Yanuar Ishaq.
Ada juga tanaman kantong semar jenis Nepenthes danseri yang hanya terdapat di pulau Waigeo dan biasa ditemukan di bukit-bukit ultrabasa yang terbuka, khususnya di bagian Waigeo utara. Salah satu yang paling menawan adalah anggrek biru Dendrobium azureum. Warna biru pada anggrek ini sangat jarang dijumpai pada tumbuhan anggrek lain.
ADVERTISEMENT
Yang membuatnya makin istimewa, anggrek biru sempat dinyatakan punah karena tak ada catatan baru selama 75 tahun, dan baru pada 2013 kembali ditemukan. Selain anggrek biru, menurut Yanuar masih banyak jenis anggrek lain di Raja Ampat yang belum terdeskripsi karena minimnya informasi dan keunikan bentuk dan warnanya.
“Terlebih lagi jenis-jenis yang berada pada lokasi yang sulit dijangkau,” ujarnya.
Tanaman endemik Raja Ampat berikutnya adalah Rhododendron cornu-bovis, yang hanya ditemukan di pegunungan Pulau Waigeo. Berikutnya adalah tanaman Rhodomnia waigeoensis yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama kikir. Masyarakat setempat telah sejak lama memanfaatkan daun kikir ini sebagai bungkus rokok.
Tanaman berikutnya adalah Guioa waigenoensis yang merupakan jenis tanaman leci-lecian dan baru ditemukan di Teluk Mayalibit, menempati relung pada bagian subkanopi pada hutan. Tanaman ini memiliki populasi yang padat pada satu lokasi, namun tidak dijumpai di lokasi lain.
ADVERTISEMENT
Selain tujuh tanaman endemik di atas, masih terdapat enam tanaman endemik Raja Ampat lain namun datanya masih sangat minim, baik dari gambar maupun deskripsinya. Tanaman tersebut di antaranya Calophyllum parvifolium, Orthosiphon cf. waigeonensis, Archidendron royenii, Maesa rhephytica, Psychotria tripendunculata, serta Schefflera apiculata.
“Temuan ini menjadi bukti kalau Raja Ampat memang merupakan daerah dengan endemisitas flora yang sangat tinggi, dan kemungkinan masih lebih banyak yang belum tercatat,” ujarnya.
Baru Bisa Terdata Semua 100 sampai 150 Tahun Lagi
Ilustrasi tanaman endemik Raja Ampat. Foto: Yanuar Ishaq
Jika dilihat dari potensi kekayaan floranya, Raja Ampat memang memiliki tiga dari 22 daerah yang dianggap sebagai pusat daerah dengan tingkat endemisitas tinggi di area Papua. Sayangnya, sampai saat ini belum semua jenis flora di Raja Ampat berhasil diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
Pulau Waigeo menjadi penyumbang jenis tanaman terbesar dengan 455 jenis karena selain memiliki batuan dan vegetasi yang unik, akses menuju pulau ini juga relatif lebih mudah dijangkau. Setelah itu diikuti oleh pulau batanta dengan 285 jenis tanaman, Misool 139 jenis, Gam 131 jenis, Salawati 97 jenis, dan Kofiau 79 jenis.
“Jadi masih sangat banyak pulau-pulau lain, terutama pulau-pulau kecil yang sama sekali belum teridentifikasi,” kata Yanuar.
Minimnya data botani yang ada, membuat setiap survei atau temuan-temuan baru mengenai keendemikan, kualitas lingkungan, serta biogeografi flora menjadi sangat berarti sekecil apapun itu. Karena upaya konservasi flora-flora endemik Raja Ampat ini tak mungkin bisa optimal tanpa adanya data. Meskipun, Yanuar menyadari pendataan tanaman-tanaman ini bukanlah pekerjaan sederhana, dia meyakini bahwa tanaman-tanaman endemik yang belum tercatat justru jauh lebih banyak ketimbang yang telah berhasil dicatat.
ADVERTISEMENT
“Laporan lengkap mengenai flora Papua mungkin baru akan selesai dalam kurun waktu 100 sampai 150 tahun mendatang karena masih banyak banget area yang belum tersentuh,” ujarnya.
Perlindungan Masih Kurang
Mutiono. Foto: Widi Erha Pradana
Pentingnya data terkait dat flora di Raja Ampat juga disampaikan oleh Penyuluh Kehutanan Ahli Pertama yang juga Analis Data Program dan Kerja Sama BBKSDA Papua Barat, Mutiono. Menurutnya, data-data baru terkait flora-flora endemik Raja Ampat sangat penting untuk mendukung kegiatan konservasi.
Sebab saat ini yang menjadi fokus perlindungan hanya keragaman satwanya, sedangkan untuk perlindungan flora masih sangat minim, apalagi di Raja Ampat.
“Kalau bicara anggrek saja, itu baru satu yang dilindungi. Padahal kekayaan anggrek kita sangat luar biasa,” kata Mutiono.
Karena itu, temuan-temuan baru melalui berbagai riset menurutnya sangat penting supaya jenis-jenis tanaman endemik lain bisa ikut dilindungi dalam Permen LHK tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa. Nantinya, data-data khususnya terkait tanaman endemik tersebut harapannya dapat menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam melindungi flora-flora endemik di Raja Ampat.
ADVERTISEMENT