Konten Media Partner

Mengenal Ular Welang, Si Pendiam dengan Bisa Mematikan

19 Mei 2021 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ular Welang atau Bungarus fasciatus. Foto: Hewanpedia
zoom-in-whitePerbesar
Ular Welang atau Bungarus fasciatus. Foto: Hewanpedia
ADVERTISEMENT
Seorang warga Playen, Gunungkidul, Anton Subagyo, 37 tahun, meninggal dunia akibat gigitan ular yang diduga jenis ular welang (Bungarus fasciatus) pada Senin (17/5), dini hari. Meski sempat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan medis, namun nyawa Anton tak tertolong.
ADVERTISEMENT
Pakar Herpetologi dari Fakultas Biologi UGM, Donan Satria Yudha, mengatakan bahwa ular welang merupakan jenis ular dengan bisa tinggi atau mematikan. Meski berbisa mematikan, namun sebenarnya ular welang termasuk ular yang pendiam atau tidak agresif. Jika tidak terprovokasi atau tidak merasa terancam, dia akan menyembunyikan kepalanya di lingkaran tubuhnya.
Namun jika merasa terancam, misalnya terinjak, ular welang akan mematuk sebagai bentuk pertahanan diri. Namun pada patukan pertama, biasanya hanya berupa peringatan sehingga tidak mengeluarkan bisa.
“Kalau tidak benar-benar tersakiti, dia tidak mengeluarkan bisa. Tapi kalau terinjak sampai kesakitan, dia pasti akan mematuk dengan bisa yang cukup banyak. Tapi kalau cuma terganggu, misal tersenggol begitu, biasaya cuman mematuk tapi hanya gigitan kering,” kata Donan.
ADVERTISEMENT
Ular welang menurut Donan memiliki wilayah persebaran yang cukup luas. Ular welang bisa ditemukan di negara-negara Asia Tenggara dan negara Asia lain seperti India, China, Thailand, dan sebagainya. Di Indonesia, ular welang biasa ditemukan di Sumatera, Jawa, hingga Bali.
Daerah pinggiran kali, semak, dan tegalan sawah merupakan habitat kesukaannya, mereka biasa bersarang di lubang-lubang bawah tanah dan di celah-celah batu. Dia paling sering memangsa tikus, bahkan menjadikan sarang tikus yang dia mangsa sebagai sarangnya.
Ular welang memiliki bentuk dan motif yang sangat mirip dengan weling (Bungarus candidus), bedanya jika weling sepanjang perutnya berwarna putih, ular welang memiliki motif garis hitam yang melingkar dari punggung sampai perut. Tidak seperti weling yang memiliki motif garis hitam putih pada punggungnya saja.
ADVERTISEMENT
“Untuk populasinya saat ini masih cukup banyak, masih lumayan sering ditemui,” ujarnya.
Yang Harus Dilakukan Jika Bertemu Welang
Dosen pengampu matakuliah Herpertologi dari Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM, Donan Satria Yudha. Foto : Widi Erha Pradana
Jika bertemu dengan ular welang ini, Donan menyarankan supaya jangan panik, selama tidak mengganggu usahakan juga jangan dibunuh. Karena memiliki sifat pendiam, singkirkan saja ular ini dengan sapu atau kayu yang cukup panjang lalu memasukkannya ke dalam serok atau karung.
“Terus kita buang ke tengah hutan atau ke tempat yang jauh, dia cenderung diam tidak agresif seperti kobra,” ujarnya.
Kasus gigitan ular seperti ini menurut Donan menandakan bahwa habitat ular yang semakin berkuran, sehingga memaksa dia untuk masuk ke kawasan yang merupakan wilayah manusia. Seringkali ular, termasuk welang, masuk ke wilayah manusia tanpa sengaja. Misalnya dia sedang mengejar tikus, lalu tikus tersebut masuk ke rumah warga, maka otomatis ular tersebut juga akan mengejarnya sampai ikut masuk ke dalam rumah.
ADVERTISEMENT
“Kalau tikusnya lari ke sarangnya di sawah atau ladang, itu dia akan ikut masuk ke sarang tikus itu dan malah menjadikan sarangnya,” kata dia.
Untuk meminimalkan konflik antara manusia dengan ular (juga satwa liar lainnya), menurut Donan memang dibutuhka kebesaran hati manusia untuk menyisakan lahan khusus untuk tempat hidup mereka. Jangan semua lahan dikonversi untuk kepentingan manusia, baik untuk perumahan, taman, lahan pertanian, dan sebagainya, namun sisakan sebagian supaya satwa-satwa liar tersebut bisa hidup dengan aman tanpa membahayakan manusia.
“Kita harus merelakan beberapa lahan juga untuk habitat mereka. Jangan semuanya kita ambil,” kata Donan.