Konten Media Partner

Mengunjungi Rumah Deret Terban, Yogya, di Bantaran Sungai Code

21 Januari 2025 17:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah deret di bekas permukiman kumuh di bantaran Sungai Code, Terban, Yogya. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Rumah deret di bekas permukiman kumuh di bantaran Sungai Code, Terban, Yogya. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Kawasan permukiman kumuh di RT 2 RW 1 Terban, Kota Yogya, yang berada di bantaran Sungai Code, kini menjadi rumah deret dua lantai. Rumah deret ini dibangun oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogya, untuk menata kawasan permukiman kumuh di lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Menelan total anggaran sebesar Rp 13,19 miliar, terdapat 16 unit rumah dua lantai, dua tempat usaha, dan satu gereja di rumah deret ini.
Sabtu (18/1) kemarin, jurnalis Pandangan Jogja berkesempatan untuk mengunjungi rumah deret tersebut. Pandangan Jogja diterima oleh salah satu penghuni rumah deret yang mengizinkan rumahnya untuk diliput. Dia adalah Sutia.
Sepanjang hidupnya, Sutia mengaku sudah dua kali digusur, sebelum akhirnya ditempatkan di rumah deret ini.
"Saya dulu tinggal di sebelah sana, dekat jembatan (Jetis), kemudian karena dibangun jembatan, saya digusur ke sini. Ini sudah dua kali saya digusur," kenangnya saat ditemui jurnalis Pandangan Jogja.
Sutia, salah satu penghuni rumah deret Terban, Yogya. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
Penggusuran pertama ia alami pada 1984, saat ia harus pindah dari barat Sungai Code ke sisi timur akibat proyek pembangunan Jembatan Jetis. Pada 2024, ia kembali harus pindah karena kawasan tersebut direvitalisasi menjadi rumah deret oleh Pemkot Yogya.
ADVERTISEMENT
Mengaku sempat merasa lelah dengan proses pindah yang berulang, namun Sutia menyatakan rasa syukur atas kondisinya yang sekarang.
"Senang juga walaupun harus capek naik turun (tangga), tapi ya saya nikmati, saya syukuri," ujarnya.
Rumah deret di bekas permukiman kumuh di bantaran Sungai Code, Terban, Yogya. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
Di sisi lain, Sutia mengaku tak sanggup lagi jika suatu saat ia harus pindah lagi ke tempat lain.
"Saya enggak siap, saya pindahnya nanti ke surga aja," ujarnya.
Penghuni rumah deret lain, Eko Syafi’i, mengatakan bahwa tempat tinggalnya yang sekarang lebih nyaman ketimbang yang sebelumnya. Sebab, kawasan tersebut kini menjadi lebih bersih dan rapi, tak kumuh lagi seperti sebelum direvitalisasi.
“Sekarang kawasan ini menjadi lebih rapi, tidak seperti kampung kumuh seperti dulu," ujarnya.
Eko menjelaskan bahwa sebelumnya kawasan ini kerap dilanda longsor dan banjir akibat tanah yang terkikis air.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya, tanah di sini sering terkikis karena air, yang akhirnya menyebabkan longsor. Tapi Alhamdulillah, sekarang sudah aman," ujarnya.
Sebelumnya, banyak warga yang menurutnya ragu untuk pindah. Mengingat tempat tersebut sudah dihuni oleh mereka secara turun-temurun.
"Awalnya banyak yang ragu untuk pindah, karena tempat ini sudah turun-temurun menjadi tempat tinggal keluarga. Tapi setelah direncanakan untuk direnovasi, warga setuju agar tempat ini menjadi lebih layak huni," ungkap Eko.
Proses pembangunan rumah deret ini memakan waktu sekitar 8 bulan. Selama proses pembangunan, warga tinggal di kontrakan sementara di lokasi lain. Kini, setelah pembangunan selesai, rumah deret tersebut sudah resmi dihuni setelah dilakukan penyerahan kunci oleh Pj Wali Kota Yogya, Sugeng Purwanto pada Rabu (15/1) kemarin.
ADVERTISEMENT