Konten Media Partner

Menikmati Seni Memasak Sayur Lompong di Warung Iciiik Iwiiir, Pakem, Sleman

30 Maret 2023 17:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sayur lompong, sudah pernah mencobanya?
Aneka hidangan sayur kampung atau sayur ndeso tersaji lengkap di warung Iciiik Iwiiir, Pakem, Sleman. Foto: ESP
zoom-in-whitePerbesar
Aneka hidangan sayur kampung atau sayur ndeso tersaji lengkap di warung Iciiik Iwiiir, Pakem, Sleman. Foto: ESP
Ini adalah makanan yang menggambarkan betapa kreatifnya orang-orang kampung di perdesaan Jawa dalam mengolah apapun yang disediakan alam sekaligus keahlian biologi yang mumpuni sehingga bisa menaklukkan tantangannya. Di warung Iciiik Iwiiir, Pakem, Sleman, semua itu tersaji lengkap dengan atmosfer yang cocok untuk menikmatinya.
ADVERTISEMENT
“Sayur lompong kalau enggak bener mengolahnya bikin mulut gatel. Itu tantangannya, bagaimana menaklukkannya, mbah-mbah kita ternyata bisa. Dan kemudian bagaimana mengolahnya agar jadi olahan yang lezat di lidah,” kata pemilik Warunk Iciiik Iwiiir, Muhammad Derra Ramadhanna, Selasa (28/3).
Lompong adalah batang tanaman talas atau keladi. Sampai sepuluh tahun lalu, tanaman talas atau keladi ini gampang dijumpai sebagai tanaman liar di pinggir-pinggir sawah atau di semak belukar mana saja. Dan konon kabarnya tanaman ini baru mulai jadi sayur saat medio 1950-an, saat penduduk Jawa mengalami krisis pangan.
Menurut Derra, dibutuhkan keahlian mengolah lompong mentah dan memasak ala warga-warga kampung jaman dulu untuk bisa menghadirkan sayur lompong dengan rasa yang konsisten, setiap hari di Warung Iciiik Iwiiir yang berada di Dusun Nepen, Desa Candibinangun, Pakem, Sleman.
Sayur lodeh lompong. Foto: Istimewa
Pertama, getah pada batang lompong harus benar-benar hilang sebelum dimasak. Karena itu, proses pengupasan, pemotongan, pencucian, semua membutuhkan teknik khusus. Dan kemudian bagaimana menghadirkan bumbu-bumbu yang tepat dan mengolahnya di atas perapian yang tepat sehingga tersaji sebagai sayur lompong yang benar-benar mengingatkan pada hidangan kampung di jaman dulu.
ADVERTISEMENT
“Saat ini tinggal orang-orang tertentu yang bisa masak lompong, yang benar-benar perfect menjadi lodeh dan oseng lompong bercita rasa khas kampung-kampus Jawa jaman dulu. Sehingga ya koki di Iciiik Iwiiir ini memang koki masakan-masakan kampung,” ujarnya.
Oseng lompong. Foto: Istimewa
Menurut Derra sayur lompong banyak disukai oleh pejabat dan para pebisnis dari pusat kota Yogya. “Alasannya karena untuk mengenang masa-masa susah jaman dulu. Rasa sayur lompong di Iciiik Iwiiir dibilangnya otentik, kayak masakan simbah-simbah jaman dulu,” kata Derra.
Selain lodeh dan oseng lompong, Iciiik Iwiiir juga menyediakan sayur-sayur kampung Jawa lainnya seperti sayur kluwih, brongkos, botok manding, pindang goreng, ayam, oseng daun pepaya, sayur bening kelor, mangut nila, lele, tempe garit, mendoan, pisang goreng, dan juga sup iga yang lezat.
ADVERTISEMENT
Berdiri di atas lahan seluas 2.300 meter persegi masih ada beberapa pengalaman yang ditawarkan Iciiik Iwiiir bagi para pelanggannya. Simak selanjutnya.
Bahan dan Tenaga Kerja dari Warga Sekitar
Muhammad Derra Ramadhanna menunjukkan lodeh lompong. Foto: ESP
“Urip iku kudu manfaat karo sekitar. Ojo ninggalke sing neng sekitar, nek kowe urip neng deso, kudu perhatike desomu (Hidup itu harus bermanfaat untuk sekitar. Jangan meninggalkan yang ada di sekitar, kalau kamu hidup di desa, harus memperhatikan desamu),” kata Derra mengulangi pesan orang tuanya.
Ajaran itu yang membuat Derra tak mau bisnis warung makannya sekadar untuk cari untung sendiri. Dia ingin, warungnya juga bisa memberikan manfaat untuk orang-orang di sekitarnya, sekecil apapun itu.
Sebagian keuntungan dari Warunk Iciiik Iwiiir, diakuinya, diberikan untuk masyarakat di 5 RT yang paling dekat dengan warung tersebut. Keuntungan dari warung juga digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemuda hingga membangun infrastruktur setempat seperti pos kamling.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin warung ini hadir untuk menyejahterakan masyarakat, karena kami hidup di desa. Ada korelasi dengan pemberantasan kemiskinan, meski kecil kita berusaha peduli pada mereka,” kata Derra.
Untuk bahan baku, Derra juga berusaha sebisa mungkin menggunakan bahan baku yang ada di desanya. Misalnya sayur lompong yang merupakan bahan baku utama, juga cabai, semuanya disuplai dari petani sekitar.
“90 persen tenaga kerja juga kita ambil dari penduduk sekitar,” lanjutnya.
“Kita hanya berusaha mengimplementasikan apa yang diajarkan orang-orang tua kita, jadi orang harus bisa kasih manfaat walaupun kecil,” kata Derra.
Soal nama Iciiik Iwiiir, Derra mengatakan, nama warung makan ini terinspirasi dari istilah yang sering dikatakan para penyanyi dangdut: icik iwir.
ADVERTISEMENT
“Nama Iciiik Iwiiir itu diberikan ayah saya karena ayah dulu suka menyapa sahabat di Instagram ‘salam icik iwir’, seperti sapaan dangdut, salam persahabatan yang tidak membedakan SARA. Jadi memberi ide nama warung sekalian branding cepat sekali diingat,” kata Derra.
Ngabuburit Sambil Keliling Sawah dan Kebun Salak Pakai Skuter
Main skuter di perkampungan sekitar Warung Iciiik Iwiiir. Foto: Istimewa
Daerah Pakem memang dikenal dengan banyaknya restoran atau tempat makan model ndeso. Pelopor kopi klotok pertama yang mengusung konsep tradisional ada di Pakem, model tempat makan prasmanan kulineran ndeso juga ada di Pakem.
“Supaya berbeda dengan kuliner desa lainnya, kami menyediakan skuter listrik untuk keliling desa,” kata Derra.
Skuter listrik ini menurut Derra sangat cocok digunakan untuk ngabuburit sembari menunggu berbuka puasa. Sebelum makan, sore hari pengunjung bisa keliling desa menikmati suasana senja dari tengah sawah, atau sejuknya perkebunan salak yang banyak terdapat di daerah Pakem.
ADVERTISEMENT
“Keliling desa dulu, lihat-lihat sawah, menikmati senja, baru setelah itu menikmati makan sayur lompong atau nasi brongkos di sini,” kata Muhammad Derra Ramadhanna.
Selama Ramadhan, Warung Iciiik Iwiiir buka pukul 15.00 sampai 21.00 WIB.