Menilik Senthong, Ruang Sakral Penuh Misteri di Rumah Tradisional Orang Jawa

Konten Media Partner
5 Oktober 2021 15:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Senthong tengah di Ndalem Pakuningratan. Foto: Instagram Ndalem Pakuningratan.
zoom-in-whitePerbesar
Senthong tengah di Ndalem Pakuningratan. Foto: Instagram Ndalem Pakuningratan.
ADVERTISEMENT
Di rumah tradisional orang-orang Jawa, selalu ada sebuah ruang sakral bernama Senthong. Meski ukurannya relatif lebih sempit dibandingkan ruangan lain, tapi Senthong dianggap sebagai inti dari sebuah rumah.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Jawa, Senthong memiliki tatanan nilai tersendiri, bukan sekadar ruang sempit tanpa makna. Ruang sempit itu ditiupkan ruh misteri oleh masyarakat di masa lalu, sehingga Senthong kemudian dipahami sebagai ruang yang penuh misteri, disakralkan, serta dimuliakan. Hal itu membuat Senthong memiliki keistimewaan tersendiri bagi masyarakat Jawa lama dibandingkan ruang-ruang lain yang ada di rumahnya.
Ketua Dewan Kebudayaan DIY, Revianto Budi Santosa, mengatakan ada tiga nilai yang dibangun masyarakat Jawa melalui Senthong, yakni kesuburan, kesejahteraan, dan keindahan. Karena itu, Senthong juga memiliki nama lain yakni pasren yang berarti indah atau asri karena dihias. Nama pasren ini juga dikaitkan dengan sosok Dewi Sri, yang bagi masyarakat Jawa khususnya para petani merupakan dewi kesuburan.
Ketua Dewan Kebudayaan DIY, Revianto Budi Santosa. Foto: Widi Erha Pradana
Karena itu, di depan Senthong biasanya juga dihiasi dengan lambang-lambang kesuburan seperti loro blonyo, yakni arca laki-laki dan perempuan yang didandani seperti pengantin yang duduk di depan Senthong.
ADVERTISEMENT
“Itu juga bermakna kesuburan dalam konteks laki-laki dan perempuan,” kata Revianto Budi Santosa dalam webinar Perawatan dan Penataan Ruang Senthong di Kotagede yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, Minggu (26/9).
Di samping loro blonyo kemudian terdapat klemuk, sebuah wadah berisi beras serta kendi yang berisi air yang menjadi doa supaya makan dan minum tercukupi. Sementara di bagian belakang atau dalam Senthong berisi ranjang untuk tempat pengantin. Bagi masyarakat Jawa lama, Senthong juga menjadi tempat untuk menikah.
“Gagasan tentang kesuburan di dalam Senthong itu memang mendominasi,” lanjutnya.
Senthong Tengah Tempat Paling Sakral
Senthong Tengah di Ndalem Pakuningratan. Foto: Instagram Ndalem Pakuningratan.
Senthong Tengah menjadi ruang paling sakral dibandingkan Senthong Kiwo dan Tengen. Masyarakat Jawa lama biasa menggunakan ruangan ini untuk beribadah atau kegiatan spiritual lain. Bagi masyarakat Jawa zaman dulu, Senthong Tengah menjadi tempat untuk ‘menghadirkan’ dewa-dewi maupun para leluhur.
ADVERTISEMENT
Misalnya jika ingin memohon keberhasilan panen, maka mereka akan melakukan pemujaan terhadap Dewi Sri. Sedangkan ketika akan melakukan pernikahan, maka mereka akan melakukan pemujaan terhadap Dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih sebagai simbol cinta dan kasih.
Selain berisi ranjang sebagai tempat tidur, di dalam Senthong Tengah juga terdapat meja sesaji dengan kaki yang pendek. Fungsinya untuk meletakkan sesaji ketika pemilik rumah bersembahyang, melakukan upacara selamatan atau kenduri, maupun bermeditasi. Kaki yang pendek itu sengaja dibuat supaya pemilik rumah bisa menata sesaji sembari duduk bersila di belakang meja.
Sementara itu, Senthong Kiwo biasanya digunakan untuk menyimpan beras, gabah, maupun hasil pertanian lainnya. Ruangan ini lebih dekat dengan gandok atau rumah makan dan pawon atau dapur untuk memudahkan aktivitas mengambil dan menyimpan bahan pertanian untuk diolah jadi makanan.
ADVERTISEMENT
Sementara Senthong Tengen punya fungsi yang lebih bervariasi. Bagi masyarakat yang cukup berada seperti bangsawan atau priyayi, Senthong tengen biasanya digunakan untuk menyimpan benda-benda keperluan upacara resmi seperti pakaian adat, pakaian kebesaran, dan perhiasan. Ruangan ini juga dipakai untuk menyimpan benda-benda sarana upacara seperti dupa, kemenyan, atau wangi-wangian, serta benda-benda pusaka seperti keris, tombak, atau batu bertuah. Benda-benda tersebut disimpan di dalam lemari di ruang Senthong Tengen ini.
“Sementara untuk masyarakat petani yang umumnya tidak punya benda-benda seperti itu, ruang Senthong Tengen biasa digunakan untuk ruang tidur orangtua,” ujar Revianto.
Senthong Menghadapi Gempuran Zaman
Senthong Tengah di Ndalem Pakuningratan. Foto: Instagram Ndalem Pakuningratan.
Saat ini, salah satu masyarakat yang rumahnya masih terdapat Senthong adalah masyarakat Kotagede, Yogyakarta. Tokoh Masyarakat Kotagede, Erwito Wibowo, mengatakan bahwa sampai saat ini masih banyak rumah-rumah tradisional Jawa di Kotagede yang masih mempertahankan keberadaan Senthong bahkan masih difungsikan sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ruang depan Senthong di Kotagede terdapat sejumlah perabot yang disusun simetris mengapit pintu Senthong tengah. Adapun sejumlah perabot yang biasa ditemui di antaranya lemari cunduk berukir, cermin berornamen ukir pada tepinya, tombak-tombak warisan peninggalan leluhur, potret sepasang leluhur perintis rumah awal, lampu hias di kiri kanan, lampu gantung, serta pernak-pernik penghias lainnya.
“Sudah menjadi kaidah secara umum dan menyeluruh bahwa masyarakat Kotagede lama senantiasa menghias ruang depan Senthong dengan perabot ruang,” ujar Erwito Wibowo.
Tokoh Masyarakat Kotagede, Erwito Wibowo. Foto: Widi Erha Pradana
Tampilan fisik perabot ruang depan Senthong menurutnya menjadi kekuatan utama karena merupakan manifestasi dari karakter dan budaya masyarakat Kotagede lama. Penataan fisik parabot ini merupakan tradisi pakem yang disukai masyarakat Kotagede pada zaman dulu.
Ruang depan Senthong sendiri merupakan ruang yang sifatnya privat, biasanya digunakan ketika ada pembicaraan pribadi antaranggota keluarga. Namun ruangan ini seiring perkembangan zaman mulai mengalami pergeseran karena ketidaktahuan generasi pewarisnya atau karena bergantinya kepemilikan melalui proses jual-beli.
ADVERTISEMENT
“Pemilik baru tersebut kebetulan bukan datang dari masyarakat Kotagede, sehingga banyak yang mengubahnya untuk fungsi lainnya,” lanjutnya.
Saat ini, mulai banyak juga masyarakat yang abai dan tidak tertarik lagi menata ruang depan Senthong dengan perabotnya yang indah. Seiring perkembangan zaman, menurutnya juga telah membuat menurunnya minat masyarakat untuk merawat dan menata ruang depan Senthong.
“Banyak yang ditelantarkan atau disekat-sekat untuk fungsi lainnya,” kata Erwito Wibowo.