Konten Media Partner

Meski Non Muslim, Banyak Mahasiswa Krismuha Dapat A di Matkul Al-Islam

30 November 2023 16:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, salah satu kampus Muhammadiyah yang mayoritas mahasiswanya beragama Kristen dan Katolik. Foto: Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, salah satu kampus Muhammadiyah yang mayoritas mahasiswanya beragama Kristen dan Katolik. Foto: Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah ternyata memiliki sejumlah kampus ‘Kristen Muhammadiyah’ atau ‘Krismua’, yakni kampus-kampus milik Muhammadiyah yang mahasiswanya justru mayoritas beragama Kristen dan Katolik.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, mengungkapkan saat ini ada delapan kampus Kristen Muhammadiyah. Kampus-kampus tersebut tersebar di Manado, NTT, hingga Papua, dengan total mahasiswa diperkirakan mencapai belasan ribu.
Meski 70 sampai 80 persen mahasiswanya tidak beragama Islam, namun ia mengatakan bahwa kampus-kampus tersebut tetap berbasis sebagai kampus Islam. Karena itu, dalam kurikulumnya tetap ada mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, saat mengunjungi Universitas Muhammadiyah Papua. Foto: Universitas Muhammadiyah Papua
Uniknya, mahasiswa-mahasiswa non-muslim di kampus tersebut ternyata bisa tetap mengikuti mata kuliah tersebut dengan baik. Meskipun untuk mata kuliah Al-Islam diberikan setelah ada beberapa modifikasi materi menjadi multi perspektif.
Misalnya dijelaskan tentang konsep keimanan di Islam seperti apa, kemudian dijelaskan juga konsep di Nasrani seperti apa. Sehingga dosennya memegang Injil dan Al-Quran sekaligus saat mengajar.
ADVERTISEMENT
“Jadi bentuknya komparatif. Untuk Al-Islam yang tentang fiqih itu mereka sudah enggak ikut, kan itu diajari salat dan sebagainya. Kalau Kemuhammadiyahan kan enggak apa-apa diajarkan, karena belajar tentang Muhammadiyah,” jelas Muhammad Sayuti kepada Pandangan Jogja, Kamis (30/11).
Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti. Foto: PP Muhammadiyah
Menariknya, mahasiswa-mahasiswa non-muslim di kampus tersebut tetap antusias mengikuti mata kuliah tersebut, bahkan banyak dari mereka mereka bisa mendapatkan nilai A.
“Tapi menarik laporannya, banyak yang non-muslim juga lulus dengan nilai A untuk mata kuliah tersebut karena serius sekali belajarnya,” lanjutnya.
Di beberapa kampus, seperti Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, bahkan kampus tetap memfasilitasi mahasiswa untuk belajar agama selain agama Islam. Misalnya dengan mengundang pendeta untuk mengajar mereka.
“Di UNIMUDA Sorong itu kita datangkan pendeta, khusus untuk mengajar mahasiswa yang beragama Kristen. Jadi mereka mengenal Muhammadiyah, mengenal Islam, tapi mereka tetap mendalami agamanya sendiri,” kata Muhammad Sayuti.
ADVERTISEMENT