Midnight In Sarkem: Tempat Paling Romantis di Yogya Itu Bernama Sarkem

Konten Media Partner
22 September 2022 18:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vokalis John and The Jail Story, John Lano (tengah pakai slayer di leher) bersama formasi lengkap John and The Jail Story saat melayani wawancara Pandangan Jogja @Kumparan, Rabu (21/9) di Yogya. Foto: Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Vokalis John and The Jail Story, John Lano (tengah pakai slayer di leher) bersama formasi lengkap John and The Jail Story saat melayani wawancara Pandangan Jogja @Kumparan, Rabu (21/9) di Yogya. Foto: Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Bukan Malioboro, Titik Nol Kilometer, atau Tugu Jogja. Bagi John and The Jail Story, tempat paling romantis di Yogya adalah Pasar Kembang atau Sarkem.
ADVERTISEMENT
John and The Jail Story adalah grup band beraliran rockabilly yang lahir di Pulau Dewata, Bali. Kini, mereka sedang berada di Yogya untuk mempersiapkan peluncuran album ketiga mereka: The Journey of High Rockabilly.
“Orang Bali rilis (album) di Bali kan sudah biasa, orang Bali rilis di Jogja kan beda,” kata vokalis John and The Jail Story, John Lano, saat ditemui Pandangan Jogja @Kumparan, Rabu (21/9).
Penerimaan masyarakat Yogya terhadap musik menurut John Lano sangat terbuka. Di Yogya, semua jenis aliran musik memiliki tempat di hati masyarakat. Dari aliran-aliran populer seperti pop dan rock, sampai aliran-aliran yang sangat segmented seperti rockabilly.
“Dari yang pop, sampai rockabilly ada, sampai yang klenik juga banyak,” kelakarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya jadi tempat peluncuran album, semua proses produksi album ketiga ini juga dilakukan di Yogya. Bahkan, ada beberapa lagu yang secara khusus diciptakan untuk Yogya, salah satunya adalah Midnight In Sarkem.
Formasi lengkap John and The Jail Story saat melayani wawancara Pandangan Jogja @Kumparan, Rabu (21/9) di Yogya. Foto: Widi Erha Pradana
Bagi orang-orang luar Yogya, termasuk para personel John and The Jail Story, Sarkem adalah tempat yang paling populer, bahkan bisa dikatakan setara dengan Malioboro dan Tugu Jogja.
Setiap pergi ke Jogja, pertanyaan yang pasti dilontarkan oleh orang-orang adalah ‘Sudah mampir ke Sarkem belum?’. Dari situlah John Lano memiliki ketertarikan khusus untuk menulis lagi tentang Sarkem.
Sebelum lagu itu ditulis, John dan personel lain menyempatkan diri untuk observasi di Sarkem. Selama satu malam, mereka menelusuri gang-gang sempit di Sarkem untuk melihat seperti apa kehidupan malam di sana.
ADVERTISEMENT
“Setelah masuk ke gang-gang sempit, kami menemukan bahwa justru Sarkem adalah tempat yang paling romantis di Jogja,” ujarnya.
Lagu yang ditulis dalam bentuk instrumental ini menceritakan perasaan orang-orang yang ada di dalam dan yang datang ke sana.
Ada yang sedang berdebar-debar menjemput hilangnya keperjakaannya, ada yang sedang mengendap-endap takut ketahuan, ada yang sedang mencari pelampiasan pelepas penat dari rutinitas, ada juga yang sedang penuh peluh mengejar puncak kenikmatan.
“Sarkem selalu menjadi kalimat kunci di dalam pertanyaan orang-orang yang datang ke Jogja,” kata dia.
Musik instrumental sengaja dipilih oleh John and The Jail Story karena menurut mereka tak semua perasaan bisa diwakilkan oleh kata-kata. Seringkali, kata-kata justru mendistorsi rasa. Sementara nada atau musik bersifat universal, tak memiliki batasan seperti kata-kata. Nada bisa memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung siapa yang mendengar dan apa yang sedang dia rasakan.
ADVERTISEMENT
“Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diwakili dengan kata-kata. Buat kami, Midnight In Sarkem kan perasaan, kalau kami ucapkan dengan kata-kata, justru tidak sampai,” kata John.
John and The Jail Story memainkan satu komposisi di sela wawancara. Foto: Widi Erha Pradana
Meski sebagian orang menganggap Sarkem sebagai wajah hitam bagi Yogya, namun bagi John and The Jail Story tidak demikian. Apa yang selama ini dianggap sebagai ‘aib’ Yogya oleh orang-orang, bagi mereka adalah bentuk keseimbangan dunia.
Bagi John, tak ada manusia yang punya rencana atau keinginan untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK). Menjadi PSK bukanlah pilihan, namun karena paksaan atas keadaan yang tak berpihak pada mereka.
“Dan kita menghormati mereka apa adanya, kita tak pernah menganggap mereka kotor,” ujarnya.
Setelah melakukan observasi selama satu malam di Sarkem, besok paginya John and The Jail Story langsung menuliskan apa yang mereka lihat dan rasakan di sana menjadi sebuah lagu yang kemudian mereka namai Midnight In Sarkem.
ADVERTISEMENT
Selain Midnight In Sarkem, dalam album terbarunya juga terdapat lagu yang berjudul Jogja. Lagu ini menceritakan keindahan yang ada di Jogja, mulai dari keragaman budaya, keramahan orang-orangnya, hingga kelezatan berbagai jenis kulinernya.
Album terbaru ini berisi 12 lagu yang ditulis dalam empat bahasa, yakni Inggris, Indonesia, Bali, dan Jawa. Album ini akan dirilis secara resmi pada 24 September saat mereka tampil di event Jogjarockarta di Tebing Breksi.
Athonk Saptop Raharjo, producer John and The Jail Story. Foto: Widi Erha pradana
Di Jogjarockarta, mereka berencana membawakan tujuh lagu, dengan Midnight In Sarkem sebagai pembuka dan ditutup dengan hits dari album kedua mereka, Babi Liar yang bercerita tentang kehidupan anak-anak motor.
“Ceritanya tentang anak-anak motor, sebengal-bengalnya jadi anak motor harus tetap pulang, tetap ingat sama anak istri. Mau mabuk, mau berantem, ingatlah di rumah ada anak dan istri menanti,” kata John and The Jail Story.
ADVERTISEMENT
Selain John Lano sebagai vokalis sekaligus gitaris, John and The Jail Story juga digawangi oleh tiga personel lain, yakni Iwan Andrean sebagai lead guitar, Okky sebagai slap bass, dan Andre Hakim sebagai drummer.