Museum sebagai Destinasi Utama Jogja, Kapan?

Konten Media Partner
11 Agustus 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jogja memiliki 59 museum, sejumlah pemangku kepentingan mengungkapkan pandangannya bagaimana museum di Jogja bisa menjadi wisata yang seru.
Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Foto: Widi Erha Pradana
Jika dapat dikelola dengan baik, museum dapat menjadi penyedia pekerjaan, menarik turis atau wisatawan, menghasilkan aktivitas di banyak sektor, berkontribusi untuk regenerasi kota serta mendukung pertumbuhan industri kreatif. Semua itu bisa didapatkan jika museum tak hanya dijadikan sebagai tempat penyimpan barang usang saja.
ADVERTISEMENT
Sebagai tempat pelestari budaya, museum semestinya bisa berfungsi sebagai tempat edukasi dan rekreasi yang menyenangkan serta menjadi pusat penelitian yang menyediakan informasi sejarah dan budaya. Peran itu sangat penting bagi Yogyakarta, yang selain sebagai kota pendidikan juga merupakan kota pariwisata.
Demikian disampaikan Ketua Gabungan Industri Pariwisata (GIPI) DIY, Bobby Ardyanto Setya Ajie dalam acara peringatan hari ulang tahun Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY yang ke-50, Sabtu (7/8).
“Dulu museum itu nonprofit, tapi kalau sekarang seharusnya beda, karena bisa menjadi daya tarik wisata yang bisa memberikan manfaat secara ekonomi,” tambahnya.
Bobby Ardyanto Setya Ajie. Foto: Widi Erha
Bobby mengatakan, sebanyak 59 museum yang ada di DIY merupakan potensi besar untuk meningkatkan perekonomian, baik untuk museum itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Untuk itu, perlu dibangun sebuah klaster museum sebagai salah satu strategi untuk dapat mengembangkan ekonomi kota.
ADVERTISEMENT
Menyiapkan klaster museum merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan, namun berhasil dan tidaknya upaya itu sangat ditentukan oleh kolaborasi semua stakeholder pariwisata. Supaya museum bisa terus eksis dan diwariskan dari generasi ke generasi, maka dalam pengelolaan museum menurutnya perlu merangkul anak-anak muda.
“Bagaimana museum bisa diwariskan dari generasi ke generasi, tentunya museum wajib berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman yang ada. Karena itu, pelibatan generasi muda adalah keniscayaan,” ujarnya.
Misalnya dia mencontohkan bagaimana perubahan yang terjadi pada museum-museum di luar negeri seperti Eropa, dimana mereka sudah berhasil melakukan digitalisasi dan menciptakan suatu interaksi di dalam museum. Hal itulah yang menurut Bobby dibutuhkan oleh museum supaya bisa tetap relevan dengan kebutuhan anak-anak zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana konten di dalam museum benar-benar bisa menjadi satu dorongan kuat sehingga nanti teman-teman di pariwisata bisa memasukkan dalam paket-paket yang memiliki value yang tinggi,” kata Bobby.
Museum sebagai Wakil Jogja
Hery Setyawan. Foto: Widi Erha
Karena memiliki daya tarik tersendiri sendiri sebagai salah satu tujuan wisata, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) DIY, Hery Setyawan mengatakan bahwa museum selalu menjadi salah satu tempat yang ditawarkan dalam paket-paket wisata yang dijual ke wisatawan. Museum menurutnya memiliki magnet tersendiri bagi wisatawan, terlebih bagi Jogja sebagai kota budaya yang sangat kental.
Museum menjadi perwakilan dari apa yang ada pada masyarakat Jogja secara keseluruhan, mulai dari batik, transportasi, wayang, pendidikan, keris, dan masih banyak lagi. Sehingga melalui museum-museum yang ada, wisatawan yang datang bisa lebih mengenal lebih jauh tentang Jogja.
ADVERTISEMENT
“Museum berpotensi mendapatkan nilai tambah dengan menarik wisatawan yang tertarik dengan budaya karena budaya merupakan faktor kunci dalam kompetisi antara kota maupun negara untuk menarik wisatawan,” kata Hery Setyawan.
Hery mencontohkan, salah satu faktor yang membuat masih banyaknya turis-turis Belanda datang ke Jogja karena mereka memiliki akar budaya dan sejarah yang sama karena pernah lama berinteraksi dengan Indonesia. Jogja sebagai salah satu kota penting yang menyimpan sejarah antara Indonesia dan Belanda kemudian menjadi pilihan destinasi wisata karena mereka ingin mengetahui apa yang dialami para leluhurnya dan mengambil pelajaran masa lalu tersebut.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penentu kunjungan wisatawan ke museum. Pertama adalah soal fasilitas yang dimiliki museum, aksesibilitas, serta penampilan dan pameran. Meskipun museum berisi barang-barang antik, namun tetap harus ditampilkan secara artistik, menarik, dan terus mengikuti perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
“Selain itu didukung juga dengan empati para pengelola serta komunikasi dan informasi untuk para pengunjung yang baik,” lanjutnya.
Untuk menarik kunjungan wisatawan, museum juga perlu menyediakan museum educator atau orang yang khusus memikirkan program atau aktivitas di museum. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan SDM dalam menggali semua potensi yang melekat pada koleksi dan museum sehingga mampu mengkomunikasikan semuanya kepada wisatawan.
Hal ini berkaitan dengan story telling tentang museum dan koleksi di dalamnya, sehingga bisa memunculkan keinginan seseorang untuk berkunjung ke museum.
“Jangankan museum, supermarket saja yang barangnya ter-display dengan baik dan menarik itu tetap harus ada sales yang mengenalkan dan menawarkan sehingga dalam museum juga harus seperti itu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, Hery berharap para pengelola museum bisa memperkenalkan lagi museum kepada ASITA, sehingga mereka bisa memahami apa saja yang layak ditawarkan kepada wisatawan dan apa yang perlu ditingkatkan sehingga layak untuk dijual.
“Sehingga anggota ASITA bisa memahami untuk memasukkan ke dalam paket-paket produk mereka,” ujar Hery Setyawan.
Ki Bambang Widodo. Foto: Widi Erha Pradana
Ketua Umum Barahmus DIY, Ki Bambang Widodo, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir museum-museum di DIY juga mulai berbenah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Misalnya dengan mengadakan pelatihan pemandu wisata bagi petugas museum di DIY yang bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LPS) Pariwisata Nasional. Barahmus juga telah mengirimkan petugas untuk mengikuti pelatihan sebagai Asesor Bidang Kepemudaan atas rekomendasi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) DIY.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 32 museum di DIY juga telah mengikuti kegiatan pelatihan aplikasi reservasi online Visiting Yogyakarta supaya bisa mengikuti perkembangan zaman dan meningkatkan kunjungan wisatawan.
“Kami juga mengusulkan dibentuknya Dewan Pariwisata DIY pada Desember 2020 kemarin,” kata Ki Bambang Widodo.
Singgih Raharjo. Foto: Widi Erha Pradana
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo mengatakan bahwa kunci utama untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum adalah bagaimana membuat museum bisa tampil lebih menarik. Narasi yang dimiliki setiap museum, perlu dikemas menjadi konten kreatif yang bisa diekspresikan menjadi beberapa bentuk seperti pameran tematik atau konten digital sebagai media promosi museum.
“Kemudian libatkan juga anak muda untuk membuat event-event di museum, misalnya ngopi di museum itu bagus sekali sehingga museum tidak menjadi tempat yang kesannya angker,” kata Singgih Raharjo.
ADVERTISEMENT
Pemerintah DIY menurutnya juga telah mendorong dan menawarkan pendampingan beberapa museum untuk supaya bisa tampil lebih kreatif dan menarik sehingga nantinya bisa menjadi percontohan museum-museum yang lain.