Museum Taman Pintar, Satu-satunya Museum Sains di Yogyakarta

Konten Media Partner
28 September 2021 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta, baru ada satu museum sains yang tergabung dalam Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI), yakni Museum Taman Pintar.
Zona panas bumi Geothermal Taman Pintar Yogyakarta. Foto: Dokumen Taman Pintar
Indonesia masih butuh banyak museum sains. Hal ini lantaran tingkat membaca, sains, dan matematika masyarakat Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara lain. Adanya museum sains dengan berbagai alat peraga yang diharapkan diharapkan dapat memudahkan anak untuk mengerti konsep-konsep sains yang selama ini masih sulit dipelajari di bangku sekolah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) 2018, diketahui bahwa daya literasi siswa Indonesia di bidang membaca, sains, dan matematika masih sangat tertinggal. Dari 79 negara yang disurvei, Indonesia hanya menempati peringkat 74 atau di enam terbawah.
Di Yogyakarta, baru ada satu museum sains yang tergabung dalam Asosiasi Science Center Indonesia (ASCI), yakni Museum Taman Pintar. Mengingat Jogja sebagai Kota Pelajar dengan jumlah siswa dan mahasiswa yang sangat besar, satu museum sains dirasa masih sangat kurang.
Kepala Seksi Humas, Kerja Sama, dan Pemasaran Taman Pintar, Karmila, mengatakan bahwa museum sains berperan untuk mengomunikasikan berbagai konsep pengetahuan teoritis dalam bentuk yang lebih mudah dipahami oleh anak-anak. Dengan pendekatan tersebut, harapannya dapat meningkatkan minat para pengunjung terhadap sains.
ADVERTISEMENT
“Misalnya dengan berbagai peraga yang ada di museum sains, pengetahuan di bangku sekolah yang sebelumnya sifatnya sangat abstrak jadi lebih nyata setelah berkunjung ke museum,” kata Karmila dalam webinar Seni Menceritakan Sains Melalui Museum di Era Digital yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY, pekan lalu.
Pendekatan ini harapannya juga membuat anak-anak jadi lebih memahami konsep-konsep pengetahuan, tidak sekadar menghafalnya. Damaknya, kemampuan literasi mereka perlahan juga dapat ditingkatkan.
Di negara-negara atau kota dengan tingkat literasi yang baik, menurutnya selalu ada museum sains atau science center yang sangat besar dan luas, dimana para siswa diwajibkan untuk mengunjungi museum tersebut. Misalnya di Singapura ada Art Science Museum, di Estonia ada AHHAA Science Center serta di Amerika Serikat ada Planetarium M.C. Donnel.
ADVERTISEMENT
“Memang ini bukan standar yang utama bagi sebuah standar pendidikan, tapi pada aspek-aspek tertentu untuk pendidikan sains dan teknologi, museum sains untuk Indonesia memang masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.
Gedung kotak Taman Pintar Yogyakarta. Foto: Dokumen Taman Pintar Yogyakarta
Kendati demikian, pembangunan museum juga mesti disiapkan dan direncanakan secara masak, pasalnya saat ini saja hampir semua museum kesulitan untuk mendatangkan pengunjung. Situasi ini semakin dipersulit dengan adanya pandemi, dimana sebelum pandemi rata-rata pengunjung tiap tahun sekitar 1 juta pengunjung, sedangkan setelah pandemi jumlahnya terjun bebas. Pada 2020, jumlah pengunjung Taman Pintar hanya sekitar 272 ribu, sedangkan pada 2021 sampai saat ini baru sekitar 65 ribu pengunjung.
Jangan sampai museum-museum baru yang nantinya dibangun juga mengalami masalah yang sama karena kurang disiapkan secara matang mulai dari sumber daya manusia (SDM), inovasi, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Kalau jumlahnya banyak tapi tidak dikelola secara baik kan malah sayang,” jelas Karmila.
Selain itu, museum menurutnya juga harus bisa beradaptasi dengan semua perubahan yang terjadi, salah satunya dalam merespons situasi sulit seperti sekarang. Pada masa pandemi misalnya, karena pendapatan dari tiket masuk turun drastis, Museum Taman Pintar mencoba mencari sumber pendapatan lain seperti layanan virtual tour berbayar, penjualan hand on science (HOS), serta pengembangan local meeting point dengan pengembangan kafe dan angkringan.
Adapun beberapa rencana ke depan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kunjungan di antaranya program road show ke sekolah-sekolah dengan paket science kit, paket promo diskon bagi wisatawan lokal, bundling tiket, penjemputan dengan bis, staycation dengan hotel di Yogya, serta menambah jam layanan. Dengan strategi-strategi yang ada tersebut, diharapkan museum bisa meningkatkan pendapatan sehingga bisa tetap bertahan pada situasi sesulit apapun.
ADVERTISEMENT
“Sehingga harapannya museum bisa mandiri secara finansial,” ujarnya.