Musim Hujan Ternyata Bikin Tawon Makin Galak, Bisa Rekrut Teman untuk Mengeroyok

Konten Media Partner
17 Desember 2021 14:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Karena lebih galak tawon akan lebih mudah menyerang manusia jika mendapat sedikit gangguan saja.
Ilustrasi diserang tawon. Foto: Istimewa
Selain lebih banyak masuk ke pemukiman penduduk karena mencari tempat yang aman, pada musim penghujan tawon ternyata memiliki sifat yang lebih agresif. Karena lebih agresif, mereka akan lebih mudah menyerang manusia jika mendapat sedikit gangguan saja.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan oleh Pakar Taksonomi Serangga dan Hama dari Fakultas Pertanian UGM, Suputa. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi feromon yang dikeluarkan tawon pada musim penghujan.
Feromon sendiri merupakan senyawa yang berfungsi sebagai alarm bahaya yang dikeluarkan oleh tawon ketika ada gangguan. Kelembaban yang tinggi pada musim penghujan, membuat proses penguapan feromon ini lebih lambat. Sehingga membuat konsentrasinya semakin tinggi dan mengakibatkan mereka semakin agresif dan waspada dengan ancaman di sekitarnya.
“Feromon itu menunjukkan, ini lho ada bahaya. Kemudian mereka melakukan perekrutan, sehingga ketika itu terdeteksi oleh teman-temannya, mereka akan langsung siap menyerang dengan jumlah yang besar,” kata Suputa saat dihubungi, Kamis (16/12).
Pakar Taksonomi Serangga dan Hama dari Fakultas Pertanian UGM, Suputa. Foto: Dok. Pribadi
Pada musim kemarau, tawon sebenarnya tetap mengeluarkan feromon. Namun karena tingkat kelembaban udara pada musim kemarau lebih rendah dan hangat, apalagi dengan adanya sinar matahari, feromon tersebut akan langsung menguap.
ADVERTISEMENT
Seperti ketika kita menyemprotkan minyak wangi di tengah cuaca yang terik, maka minyak wangi itu akan lebih cepat menguap. Dengan begitu, konsentrasi feromon yang mereka keluarkan jadi lebih rendah, sehingga pasukan yang berhasil direkrut juga tidak sebanyak ketika musim penghujan.
“Tingkat agresivitas mereka juga akan menurun, tidak seagresif ketika musim hujan. Kalau musim hujan kan mengumpul, konsentrasinya tinggi, jadi cepat sekali yang lain itu bergerak untuk ikut menyerang,” ujarnya.
Ketika tawon makin sering mendapat gangguan, mereka juga akan semakin agresif. Sebab, mereka akan semakin banyak mengeluarkan feromon.
“Makanya kalau sering diganggu, dia akan semakin galak, semakin agresif,” kata Suputa.
Seperti Negara, Jika Koloni Makin Besar Maka Tawon Makin Agresif
Petugas Damkar Yogya seusai operasi tangkap tawon. Foto: Dokumentasi Damkar Yogya
Selain dipengaruhi oleh musim penghujan dan gangguan, agresivitas tawon juga dipengaruhi oleh seberapa besar koloninya. Semakin besar sebuah koloni, maka mereka akan semakin agresif. Karena semakin besar koloni yang sudah dia bangun, maka dia juga membutuhkan pertahanan yang makin kuat.
ADVERTISEMENT
“Analoginya seperti negara, suatu negara kalau sumber daya alamnya besar misalnya, dia pasti akan lebih protektif,” ujar Suputa.
Karena itu, jika ingin mengevakuasi sarang tawon, sebaiknya dilakukan ketika ukurannya masih kecil. Sebab jika sudah besar, tingkat risikonya semakin tinggi, apalagi jika tidak dilakukan oleh petugas yang ahli dengan peralatan lengkap.
Namun, menurutnya membunuh atau membasmi tawon-tawon ini mesti menjadi langkah terakhir jika memang tidak ada cara lain. Cara evakuasi paling ideal menurut dia adalah dengan memindahkan sarang itu ke tempat yang memang cocok untuk habitatnya dan jauh dari jangkauan manusia.
“Tapi kalau sudah berhubungan dengan keselamatan manusia, safety, mau bagaimana lagi,” ujarnya.
Sarang tawon menggantung di plafon rumah warga Kelurahan Cipaisan, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Jabar, 18 Mei 2018. Foto: Pemkab Purwakarta
Menurut Suputa, sebenarnya jenis tawon yang kerap masuk ke rumah adalah jenis tawon yang tidak agresif dan berbahaya. Misalnya tawon jenis Polistes tenebricosus yang berwarna hitam dan merah bata. Selain tidak agresif, jenis tawon ini juga tidak akan menyengat jika tidak disentuh. Namun pengetahuan yang kurang di tengah masyarakat, memandang semua jenis tawon berbahaya.
ADVERTISEMENT
“Dan dia adalah sahabat petani karena jadi predator hama,” jelas Suputa.
Sementara jenis tawon yang agresif dan berbahaya adalah tawon genus Vespa. Biasanya tawon ini bersarang di pohon-pohon tinggi, jikapun di rumah biasanya berada di luar seperti di atap rumah. Di Indonesia sendiri, terdapat tiga jenis tawon Vespa yang kerap dijumpai, di antaranya Vespa affinis, Vespa tropica, dan Vespa velutina.
“Ketiganya sengatannya memang sangat menyakitkan. Tapi, jika mereka berada di habitat yang tepat, pasti memiliki peran ekologi juga,” ujar Suputa. (Widi Erha Pradana / YK-1)