Konten Media Partner

Nasi Pecel Rp 5 Ribu di Warung Makan Santai Sudah Luluskan Ribuan Mahasiswa UGM

22 Agustus 2023 17:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik Warung Makan Santai, Tuminah (kiri) dan menantunya, Ana (kanan). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik Warung Makan Santai, Tuminah (kiri) dan menantunya, Ana (kanan). Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Di tengah harga bahan pokok yang terus naik, Warung Makan Santai sudah tujuh tahun lebih tak menaikkan harga nasi pecel yang merupakan menu andalan mereka. Sejak 2015, paket nasi pecel dan tempe goreng masih di angka Rp 5 ribu sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Tak cuma nasi pecel, nasi sayur dengan lauk tempe goreng dua biji sampai sekarang harganya juga masih Rp 5 ribu.
“Udah tujuh tahun lebih belum pernah naik harganya, tetap Rp 5 ribu, paling tempe goreng yang naik dulu Rp 300 sekarang Rp 500,” kata pelayan sekaligus menantu pemilik Warung Makan Santai, Ana, pada Senin (21/8).
Tempe goreng Rp 500-an seperti yang dijual di Warung Makan Santai memang sudah sulit dijumpai. Rata-rata, warung makan kini menjual tempe goreng paling murah satu biji Rp 1.000 atau Rp 2.000 dapat tiga biji.
Tampak depan Warung Makan Santai, salah satu warung makan murah di dekat UGM yang direkomendasikan oleh warganet. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Warung ini juga menyediakan beragam jenis lauk dengan harga yang masih terjangkau. Mulai dari telur yang dijual dengan harga Rp 4 ribu, ayam bakar Rp 7 ribu, rempela ati Rp 5 ribu, sayap Rp 5 ribu, lele Rp 6 ribu, hingga sosis bakar Rp 5 ribu.
ADVERTISEMENT
“Es teh di sini juga masih Rp 2.000, di tempat lain kan sudah Rp 3.000 paling murah, bahkan jus buah saja cuma Rp 5.000,” ujarnya.
Harga yang miring dan ramah di kantong itu membuat Warung Makan Santai menjadi salah satu tempat makan langganan mahasiswa terutama UGM sejak lama. Sampai sekarang, warung makan ini masih jadi salah satu warung makan murah yang paling terkenal di kalangan mahasiswa UGM.
Sudah Meluluskan Ribuan Mahasiswa
Harga satu porsi nasi pecel dan dua tempe goreng di Warung Makan Santai hanya Rp 5 ribu. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
“Warung Makan Santai ini sudah meluluskan ribuan mahasiswa. Warungnya mahasiswa sini,” kata pemilik Warung Makan Santai, Tuminah, berkelakar.
Selama puluhan tahun, Warung Makan Santai memang telah jadi langganan mahasiswa, terutama mahasiswa UGM yang lokasinya paling dekat. Dari generasi ke generasi, mahasiswa baru terus berdatangan, Warung Makan Santai masih tetap jadi salah satu tempat makan favorit mahasiswa UGM.
ADVERTISEMENT
Bahkan tidak jarang mereka yang sudah lulus dan pulang ke kampung halamannya masing-masing, datang lagi ke warung itu untuk mengenang masa-masa mereka antre nasi pecel dengan mahasiswa lain. Tidak jarang, mereka datang bersama anak dan istri atau suami mereka.
Tempe goreng dan jenis lauk lainnya di Warung Makan Santai. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
“Katanya kangen sama warungnya, kangen sama ibunya (pemilik warung), katanya tempe gorengnya rasanya enggak berubah,” kata dia.
Meski mahasiswa terus berganti, tapi senior-senior mereka menurutnya terus mengenalkan Warung Makan Santai kepada setiap mahasiswa baru yang datang. Hal itulah yang membuat warungnya masih jadi langganan mahasiswa meski tanpa banyak melakukan promosi di media sosial.
“Kadang kakaknya yang sudah lulus terus kasih tahu ke adiknya buat cobain makan di sini,” ujarnya.
Langganan Mahasiswa sejak Zaman Soeharto
Seorang mahasiswa sedang memesan makanan di Warung Makan Santai. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Tuminah tidak ingat tahun pasti warung makannya pertama buka. Tapi yang jelas, sebelum Presiden Soeharto lengser pada 1998, warungnya sudah berusia beberapa tahun.
ADVERTISEMENT
“Jadi sejak zaman Pak Harto sudah buka, sekitar tahun 1990-an lah. Dari dulu es teh masih Rp 100 sekarang sudah Rp 2.000,” kata Tuminah.
Dulu, dalam waktu yang lama Warung Makan Santai hanya berupa lapak kaki lima di tepi Selokan Mataram. Tiap jam sarapan dan makan siang, antrean selalu mengular. Karena selain harganya murah, dulu juga belum banyak warung makan di wilayah itu.
“Tapi yang jual tetap santai, makanya namanya Warung Makan Santai,” kelakarnya.
Berbagai macam lauk pauk yang dijual di Warung Makan Santai dekat UGM. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Dengan harga menu di bawah rata-rata, untung yang dia dapatkan memang tak terlalu besar. Tapi keuntungan tak jadi satu-satunya alasan dia mendirikan Warung Makan Santai.
Setiap akan menaikkan harga, dia selalu teringat pada ribuan mahasiswa yang bergantung pada menu makanan murah di warungnya. Karena itu sejak era Orde Baru sampai sekarang, kenaikan harga makanan di warungnya tidak terlalu signifikan.
ADVERTISEMENT
“Untung enggak usah banyak-banyak, yang penting tiap hari dagangan habis, besok masih bisa jualan, mahasiswa masih bisa beli. Kalau ingin untung lebih besar ya nunggu berkah sama Allah saja,” kata Tuminah.