Konten Media Partner

Oleh-oleh Dosen UGM dari Antartika: Batu Berumur 2,5 Miliar Tahun buat Mahasiswa

4 Februari 2025 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nugroho Imam Setiawan menyerahkan batuan dari Antartika kepada Rektor UGM, Ova Emilia. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Nugroho Imam Setiawan menyerahkan batuan dari Antartika kepada Rektor UGM, Ova Emilia. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Nugroho Imam Setiawan, peneliti sekaligus dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), membawa pulang 141 sampel batuan metamorf dari Antartika. Ia tercatat sebagai peneliti yang berpartisipasi dalam Japan Antarctic Research Expedition (JARE) pada 2016–2017.
ADVERTISEMENT
Sebagian sampel tersebut ia sisihkan untuk bahan pembelajaran bagi mahasiswa Teknik Geologi UGM.
“Saya membawa 141 batuan metamorf. Sebagian sudah ada di Museum Geologi Bandung dan ada yang digunakan untuk pembelajaran praktikum batuan di kampus,” ujar Nugroho di UGM, Senin (3/2).
Menurutnya, sampel batuan dari Antartika ini memiliki nilai ilmiah yang sangat tinggi karena berasal dari lingkungan ekstrem yang suhunya sangat rendah. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mempelajari petrologi.
“Batu ini digunakan untuk metrologi, jadi saya mengajar untuk mata kuliah geologi dasar, petrologi, dan petrologi batuan metamorf dan tektonika. Sampel tersebut saya gunakan untuk mahasiswa. Suhunya sangat tinggi yang tidak dijumpai di daerah manapun, usianya juga sangat tua, seumur dengan bumi,” ujarnya.
Batuan berumur 2,5 miliar tahun dari Antartika yang dibawa oleh Nugroho untuk penelitian mahasiswa di UGM. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
”Suhu pembentukan di dalam bumi berkisar 600-900 derajat Celsius. Pembentukannya pada umur 500 juta hingga 2,5 miliar tahun yang lalu, tergantung lokasi pengambilannya,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Sampel batuan yang dibawanya tidak hanya digunakan untuk mahasiswa UGM, tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa geologi dari universitas lain di Indonesia yang ingin mempelajari batuan Antartika.
“Apabila ada mahasiswa lain geologi Indonesia yang ingin mempelajari batuan di Antartika, bisa berkunjung ke UGM atau Museum Geologi UGM di Bandung,” kata dia.
Kilas Balik Penelitian Nugroho di Antartika
Dosen UGM, Nugroho Imam Setiawan, salah satu peneliti di Antartika. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Nugroho bersama timnya melakukan penelitian selama 4 bulan. Pada saat itu, dirinya berusia 34 tahun, berangkat dari Australia menggunakan kapal ekspedisi sebelum akhirnya dijemput helikopter untuk diturunkan di lokasi penelitian.
Dalam ekspedisi tersebut, Nugroho dan tim meneliti evolusi benua Antartika melalui studi petrologi batuan metamorf. Batuan metamorf di Antartika memiliki usia yang sangat tua, terbentuk sekitar 2,5 miliar hingga 500 juta tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
"Batuan metamorf di Antartika itu sendiri terbentuk, ya, pembentukan dari benua Antartika di sana itu kurang lebih evolusinya dari secara umum itu 2,5 miliar sampai 500 juta tahun yang lalu. Sehingga batuan yang kami jumpai di sana umurnya berkisar antara itu, dan itu yang kami lakukan penelitian di sana untuk mendetailkan evolusi petrologi di batuan metamorf di Antartika," jelasnya.
Nugroho menekankan bahwa penelitian di Antartika memiliki banyak manfaat, termasuk untuk memahami evolusi bumi dan dampaknya terhadap perubahan iklim. Ia juga menyarankan agar Indonesia mulai aktif dalam penelitian Antartika, sebagaimana telah dilakukan oleh beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Papua Nugini.
"Indonesia dan Antartika itu sebenarnya tidak terpisah. Kita share satu samudera yang sama, sehingga saya pikir cukup penting Indonesia untuk sudah mulai untuk melakukan studi ke Antartika," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Resti Damayanti
Editor: Reren Indranila