Pakar: Tembok Tak Sesuai Standar Jadi Penyebab Utama Banyaknya Korban Saat Gempa

Konten Media Partner
22 November 2022 15:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas di depan rumahnya yang rusak akibat gempa di Desa Cibeureum, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas di depan rumahnya yang rusak akibat gempa di Desa Cibeureum, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Jumlah korban akibat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, disebut sudah mencapai 160 orang lebih. Tak hanya korban meninggal, ratusan orang lain juga mengalami luka-luka akibat tertimpa runtuhan bangunan.
ADVERTISEMENT
Hal itu membuat gempa Cianjur jadi salah satu bencana alam dengan jumlah korban jiwa terbesar di Indonesia sepanjang tahun 2022. Sebelumnya, Indonesia juga pernah mengalami gempa bumi yang juga menelan korban jiwa dalam jumlah yang besar.
Misalnya gempa 2006 di Bantul, Yogyakarta, yang menelan korban jiwa mencapai lebih dari 4.000 orang. Kemudian ada juga gempa Tasikmalaya, Jawa Barat pada 2007 yang menewaskan 79 orang, gempa Padang pada 2009 dengan korban jiwa mencapai 1.117 orang, hingga gempa Lombok yang menewaskan 555 orang pada 2018.
Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga seorang ahli gempa bumi, Iman Satyarno, mengatakan bahwa besarnya korban jiwa akibat gempa bumi sejak dulu selalu disebabkan karena dinding bangunan dari tembok yang dibuat tidak memenuhi standar.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita lihat dari dulu memang penyebab utamanya sama, kebanyakan akibat rumah tembokan tipe masyarakat yang tidak dibangun sesuai dengan syarat minimum aman gempa,” kata Iman Satyarno saat dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan, Selasa (22/11).
Kerusakan bangunan akibat gempa di Cianjur, Senin (21/11/2022). Foto: BNPB
Meski sudah banyak publikasi dan panduan mengenai standar rumah tahan gempa, namun ternyata masih banyak masyarakat yang membangun rumah tidak sesuai standar tersebut.
“Sejak gempa besar 2006 sampai gempa di Cianjur kemarin ternyata standar rumah tahan gempa belum jadi perhatian serius di tengah masyarakat,” kata dia.
Dia mengatakan, bangunan rumah yang tahan gempa perlu memperhatikan sejumlah komponen. Mulai dari bahan bangunan, struktur utama, ikatan antarstruktur utama, hingga proses pengecoran beton. Bagian-bagian tersebut menjadi elemen utama dalam membangun rumah yang aman dari gempa.
Panduan dan syarat pembangunan rumah tahan gempa. Foto: Dok: Iman Satyarno
Memang, dalam membuat bangunan tahan gempa membutuhkan biaya tambahan. Hal ini yang kerap kali memberatkan bagi masyarakat, sehingga mereka seringkali memaksakan membangun rumah di bawah standar karena menyesuaikan dana yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
“Yang harus ditekankan, kan lebih baik menambah biaya daripada nantinya hancur semua karena gempa,” ujarnya.
Sampai saat ini, membangun rumah tahan gempa memang jadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk meminimalisir dampak dari gempa bumi. Pasalnya, sampai saat ini belum ditemukan teknologi yang bisa memprediksi kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.
“Memang dengan standar ini tidak serta-merta membuat rumah pasti tahan terhadap gempa. Tapi paling tidak, jika dibangun sesuai standar, dia akan bertahan lebih lama saat terjadi gempa sehingga penghuninya memiliki waktu lebih lama untuk menyelamatkan diri ke luar rumah,” kata Iman Satyarno.