Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Pakar UGM: Banyak Hacker di Yogya Bukti Kalau Ekosistem Digitalnya Sangat Kuat
27 Desember 2022 18:26 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kepala Peneliti di grup riset Cloud and Grid Technology di Lab Sistem Komputer dan Jaringan, Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika (DIKE) FMIPA UGM yang juga pakar di bidang Big Data, Mardhani Riasetiawan, mengatakan bahwa pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebut Yogya sebagai pusat hacker bukanlah sesuatu yang baru.
ADVERTISEMENT
Sudah sejak tahun 90-an, Yogya menurut dia memang sudah dikenal dengan hacker-hackernya. Kendati demikian, situasi itu menurut dia sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Sebab, anggapan Yogya sebagai kota hacker menurut dia justru telah memberikan pengakuan bahwa Yogya memiliki ekosistem digital yang sangat dan masih bagus sampai saat ini.
“Anggapan ini sebenarnya bukan berita baru dan sebenarnya malah memberikan pengakuan bahwa secara ekosistem, sumber daya manusia dan kemampuan dalam mencetak talenta digital di berbagai bidang teknologi informasi sangat kuat dan masih bagus,” kata Mardhani Riasetiawan saat dihubungi, Selasa (27/12).
Namun, hacker-hacker yang ada di Yogya menurut dia bukanlah hacker-hacker jahat seperti yang dimaksud oleh OJK. Mardhani menceritakan bahwa sejak tahun 1998 dia juga pernah mengikuti sejumlah komunitas hacker yang ada di Yogya.
ADVERTISEMENT
Dan semua komunitas hacker yang dia ikuti menurut dia justru jauh berbeda dengan hacker-hacker jahat yang dicitrakan selama ini. Alih-alih melakukan kerusakan dan kejahatan, komunitas-komunitas hacker di Yogya menurut dia malah aktif melakukan riset dan membantu banyak perusahaan untuk melakukan analisis keamanan siber di perusahaannya.
“Komunitas hacker yang pernah saya ikuti memfokuskan untuk melakukan riset dan membantu banyak perusahaan melakukan analisis keamanan secara baik,” kata dia.
Ketimbang mengkhawatirkan banyaknya hacker di Yogya, yang lebih penting saat ini menurut dia adalah rendahnya kesadaran, usaha, dan upaya untuk memperkuat sistem keamanan siber pada setiap organisasi maupun individu. Saat ini, pemerintah, organisasi, maupun individu di Indonesia menurut dia masih berada pada level zona secure by accident, yakni baru waspada jika sudah terjadi suatu kerusakan dan kerugian.
ADVERTISEMENT
Bahkan kasus-kasus kebocoran data dan peretasan yang terjadi di perbankan, e-commerce, bahkan lembaga penyelenggara pemilu, menurutnya tidak serta merta membuat pemerintah meningkatkan kewaspadaannya.
“UU ITE juga hanya bertaji untuk kasus yang sifatnya publisitas terkait pencemaran nama baik dan sebagainya, tapi yang sifatnya kerugian tak tersentuh sama sekali,” ujarnya.
Kondisi ini menurut dia berbeda dengan negara-negara maju, dimana setiap organisasi harus bertanggung jawab atas setiap kebocoran data pribadi yang dikelola.
Dengan banyaknya hacker (juga peneliti keamanan siber, big data, data analytic, cloud, dan sebagainya) di Yogya, menurut Mardhani mestinya malah bisa dijadikan sumber daya yang potensial untuk menyiapkan Indonesia yang ‘secure by design’, artinya sejak awal ketika membangun sebuah sistem didesain dengan keamanan yang pasti.
ADVERTISEMENT
“Perlu dilihat lebih dalam bahwa hacker is not just hacker saat ini, tapi juga data analyst, big data, scientist, dan lainnya bisa menjadi ‘hacker baik’ untuk memecahkan masalah di banyak pihak di Indonesia,” tegas Mardhani Riasetiawan.