news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Panen Porang 2021 Akan Melimpah, ke Mana Petani Bisa Menjualnya?

5 Juli 2021 13:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mentan Syahrul Yasin Limpo meninjau budidaya tanaman porang di Madiun, Jatim. Foto: Kementan RI
zoom-in-whitePerbesar
Mentan Syahrul Yasin Limpo meninjau budidaya tanaman porang di Madiun, Jatim. Foto: Kementan RI
ADVERTISEMENT
Produksi porang pada 2021 diprediksi akan mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 32 ribu ton. Dan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan upaya pemerintah untuk menggenjot produksi porang dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Tapi para petani kini menghadapi masalah baru, yakni pasar tempat mereka menjual produksi porangnya. Apalagi saat ini negara-negara lain yang selama ini menjadi pasar ekspor porang utama Indonesia sudah mulai memproduksi porang sendiri, sehingga mengancam pasar porang Indonesia.
Setelah berhasil mendorong peningkatan produksi porang, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, mengatakan bahwa yang mesti dipikirkan selanjutnya adalah ke mana porang-porang ini mesti dijual. Saat ini, ada sejumlah negara yang menjadi importir porang Indonesia, di antaranya yaitu China, Vietnam, Thailand, Pakistan, Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Macau, Jepang, Kamboja, Bangladesh, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Timor Leste, Bulgaria, Afrika Selatan, serta Italia.
Adapun perusahaan-perusahaan importir porang Indonesia saat ini ada sekitar 92 perusahaan importir. Sementara untuk perusahaan-perusahaan eksportir porang, saat ini ada sekitar 40 perusahaan lebih yang telah menampung porang dari petani untuk dijual ke pasar ekspor. Kebanyakan, perusahaan eksportir tersebut baru mengekspornya dalam bentuk chips kering ke luar negeri. (Daftar lengkap ekportir dan importir porang ada di bawah artikel)
ADVERTISEMENT
“Di Jawa beberapa perusahaan sudah siap sampai ke tepung, sampai ke shiratakinya. Di Sumatera dan Sulawesi ini sedang proses membangun,” kata Suwandi dalam diskusi daring yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Sabtu (3/7) malam.
Sebelum memulai untuk melakukan budidaya porang, Suwandi meminta kepada petani untuk menyiapkan pasarnya atau jelas sudah tahu ke mana akan menjual hasil panennya. Jangan sampai nanti mereka sudah menanam dan panen, tapi bingung mau menjualnya ke mana seperti yang banyak dialami para petani porang saat ini.
Apalagi modal awal untuk investasi budidaya porang cukup besar, hingga Rp 80 juta untuk tiap hektarnya. Karena itu, para petani mesti menjalin komunikasi lebih dulu dengan para perusahaan eksportir supaya setelah panen tak bingung lagi mau menjualnya ke mana.
ADVERTISEMENT
“Kuncinya adalah pastikan pasar, kepastian harga untuk kemitraan,” ujarnya.
Tingkatkan Pasar Domestik dan Bangun Kemitraan
Anggota Komisi IV DPR RI, Ema Umiyyatul Chusnah, meninjau budidaya tanaman porang di Madiun, Jatim. Foto: Kementan RI
Seiring dengan pengoptimalan pasar ekspor, pasar dalam negeri juga perlu ditingkatkan lagi. Sebab saat ini, pasar domestik baru menyerap sekitar 10 persen dari produksi porang dalam negeri. Jika pasar domestik juga bisa dioptimalkan, nantinya produsen porang tak perlu lagi bergantung terus pada pasar luar negeri.
“Jadi tugas kita adalah bareng-bareng meng-create pasar, mengenalkan produk, nasi dari porang, mie dari porang, bubur dari porang, es krim dari porang, segala macam bisa dari porang dan ini sudah banyak beberapa perusahaan mengolah itu,” jelas Suwandi.
Para petani selama ini kerap menemui kendala menurut dia karena masih banyak yang bergerak sendiri-sendiri. Karena itu, perlu dibentuk usaha-usaha skala UMKM antarpetani untuk meningkatkan nilai jual porang. UMKM-UMKM ini nantinya bisa mengolah porang lebih dulu dalam bentuk chips kering baik secara manual maupun menggunakan mesin, syukur-syukur bisa mengolahnya menjadi tepung.
ADVERTISEMENT
“Petani porang jangan jalan sendiri-sendiri, berani nanam harus siap pasarnya, bagaimana bermitra atau mendirikan UMKM usaha olahan sendiri untuk merebut pasar,” kata Suwandi lagi.
Ketua Umum Himpunan Petani dan Pengusaha Porang (HIPPORA) Indonesia, Abdul Halim, mengatakan bahwa petani porang sebenarnya tidak perlu khawatir soal harga. Sebab, porang adalah komoditas yang fleksibel, bisa dipanen kapanpun. Sehingga jika pada suatu waktu harganya anjlok, petani bisa menunggunya untuk memanen pada tahun berikutnya. Karena itu, petani menjadi lebih punya daya tawar.
“Toh nantinya akan semakin besar, tidak seperti padi, tomat, atau cabai yang harus dipanen saat itu juga,” kata Abdul Halim.
Petani menurut dia juga mesti sudah mulai berpikir untuk mengolah hasil porang dan mengonsumsinya sendiri. Sehingga, selain nantinya bisa meningkatkan nilai jual porang, komoditas porang juga bisa digunakan untuk menopang ketahanan pangan.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak terlalu risau dengan harga yang turun, kita juga tidak terlalu euforia dengan harga yang naik. Kita harus menyiapkan pola dari hulu ke hilir supaya tidak hanya bergantung pada pasar ekspor,” ujarnya.
Mengolah dan Mengonsumsi Porang Sendiri
Budidaya tanaman porang di Madiun, Jatim. Foto: Kementan RI
Tokoh petani porang di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Sumarni Adriyono mengatakan bahwa untuk bisa mengolah porang dan meningkatkan nilai jualnya, petani butuh bantuan berupa mesin oven skala kecil. Sebab saat ini di Trenggalek belum banyak petani atau kelompok tani yang bisa mengolah porangnya sendiri.
Beberapa kelompok tani memang sudah memiliki mesin oven untuk mengeringkan porang menjadi chips. Namun, kapasitasnya belum mencukupi untuk menampung porang yang diproduksi para petani yang kini jumlahnya semakin besar. Sehingga, produksi porang oleh petani di Trenggalek masih harus dijual ke luar kota bahkan sampai ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
“Kalau yang paling dibutuhkan petani sekarang mesin oven skala kecil, supaya petani bisa mengolah sendiri porangnya minimal dalam bentuk chips,” kata Mbah Marni, sapaan akrab Sumarni.
Pengolahan porang menjadi produk makanan sebenarnya juga bukan hal yang mustahil. Mbah Marni saja saat ini sudah mengolah porang yang dia hasilkan menjadi tujuh produk olahan makanan, mulai dari ongol-ongol, jenang dodol, roti kukus, kerupuk, onde-onde, gethuk, bakso, sempol, bahkan steak. Namun untuk bisa mengolah porang menjadi produk olahan yang siap konsumsi, para petani mesti mendapat pendampingan dan pelatihan yang lebih intensif.
“Bantuan KUR memang penting, tapi SDM-nya harus dibangun dulu, harus ada pendampingan supaya bantuan yang diberikan bisa optimal,” ujarnya.
Ketika para petani sudah bisa mengolah porangnya sendiri, ke depan para petani tak perlu lagi dipusingkan dengan masalah pasar dan harga. Paling tidak, petani bisa mengolahnya sampai dalam bentuk tepung. Jika sudah menjadi tepung, maka petani akan semakin mudah menjualnya mengingat banyak sekali industri terutama makanan yang menggunakan porang sebagai bahan baku.
ADVERTISEMENT
“Dan pastinya harganya tentu akan lebih tinggi daripada hanya menjual porang dalam bentuk mentah,” kata Mbah Marni.
Berikut daftar eksportir dan importir nanti ada di gambar)
Daftar eksporti porang
Daftar importir porang
Daftar importir porang