Pasar Global Cari Furnitur Bergaya Primitif, Mebel Nasional Punya Peluang Besar

Konten Media Partner
16 Juni 2022 19:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Organizing Committee Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2022, Endro Wardoyo. (Foto ANTARA/Riski Mario Johannes Parhusip/mg.yk/agusp)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Organizing Committee Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2022, Endro Wardoyo. (Foto ANTARA/Riski Mario Johannes Parhusip/mg.yk/agusp)
ADVERTISEMENT
Desain furnitur atau mebel dengan sentuhan unsur primitif atau masa lalu digadang-gadang bakal lebih banyak diminati pasar global dalam beberapa tahun ke depan. Sentuhan unsur primitif tersebut terutama berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan yang berasal dari alam.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Organizing Committee Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2022, Endro Wardoyo, mengatakan, hal ini berkaitan dengan meningkatnya tren ‘back to nature’ atau kembali ke alam di tengah masyarakat dunia.
Misalnya yang sedang terjadi di Eropa, seperti di London. Menurut Endro, saat ini sedang marak desain rumah yang dibuat lebih kecil dengan bahan-bahan alam seperti kayu dan bambu layaknya rumah di Jepang. Padahal, sebelumnya masyarakat Eropa dikenal dengan bangunan rumah yang besar-besar.
“Artinya, furniturnya juga harus menyesuaikan. Desain ke depan saya yakin akan banyak perubahan yang signifikan,” ujar Endro saat dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan, Kamis (16/6).
Tren ini menurut Endro sangat baik karena menunjukkan masyarakat dunia mulai sadar dengan isu-isu lingkungan seperti pemanasan global dan perubahan iklim. Namun yang lebih penting, hal itu juga membuka peluang besar bagi industri furnitur dalam negeri. Sebab, Indonesia memiliki sumber bahan baku alam yang sangat besar, terutama kayu jati yang selama ini menjadi salah satu keunggulan industri furnitur dalam negeri.
Ilustrasi furnitur dengan desain antik. (Pexels)
Meski begitu, bukan berarti konsep-konsep modern dalam desain furnitur akan ditinggalkan. Para perajin menurut dia mesti bisa mengawinkan unsur-unsur zaman dulu yang berbau primitif dengan unsur-unsur modern. Dengan demikian, desain yang dihasilkan tetap kekinian dan tidak ketinggalan zaman.
ADVERTISEMENT
“Misalnya kita kan terkenal dengan kayu jatinya, kemudian jika dikombinasikan dengan ranting-ranting pohon kan akan sangat estetik dan menjadi sesuatu yang menarik,” ujarnya.
Desain-desain seperti ini menurut Endro juga akan sangat fleksibel ditempatkan di manapun. Saat ditempatkan di bangunan modern yang mewah, desain dengan unsur primitif akan terlihat kontras namun tetap bisa mengimbangi desain rumah yang mewah tersebut. Rumah pun akan terlihat estetik dan elegan.
Sedangkan jika diletakkan di rumah yang lebih minimalis dengan bahan-bahan dari alam, menurut Endro, furnitur dengan sentuhan unsur primitif itu akan lebih menyatu dengan lingkungan di sekitarnya.
“Di sini akan sangat dibutuhkan kreativitas teman-teman, bagaimana mengombinasikan desain-desain modern dengan desain-desain seperti di zaman primitif, dalam artian desain yang kembali ke alam,” kata Endro Wardoyo.
ADVERTISEMENT
Kekayaan dan keragaman sumber bahan baku serta orisinalitas produk yang khas dan otentik menjadi kekuatan industri mebel dan kerajinan Indonesia. Jika kekayaan sumber daya itu didukung dengan desain yang sesuai dengan segmen pasar negara tujuan ekspor, niscaya produk-produk furnitur dalam negeri akan semakin diminati konsumen internasional.
Karena itu, pada Agustus mendatang, JIFFINA akan kembali menyelenggarakan pameran furnitur tahunan setelah setahun vakum karena pandemi. Adapun tema yang diusung dalam pameran tersebut adalah “Nature is Back for Eco Lifestyle”. Tema ini menurutnya akan menegaskan bahwa kekuatan tren kembali ke alam sebagai gaya hidup yang berkelanjutan.
“JIFFINA tahun ini akan banyak menampilkan produk-produk yang mengusung tema kembali ke alam itu,” ujar Endro.