Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Pasien HIV dalam ‘HIV Tanpa Diskriminasi’: Diumumkan di TOA, Data Disebar Nakes
1 Maret 2023 20:03 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Mahasiswa dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas AMIKOM Yogyakarta yang tergabung dalam Bigstone Creative, baru saja meluncurkan film dokumenter berjudul ‘HIV Tanpa Diskriminasi’. Film yang disutradarai oleh Mohamad Alfiyansyah Putra Bobihoe ini menceritakan bagaimana para penderita HIV masih kerap mendapatkan diskriminasi di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam film tersebut, Alfi menjelaskan ada beberapa diskriminasi yang dialami oleh narasumbernya. Salah satunya ada yang namanya diumumkan lewat pengeras suara masjid di sebuah kampung, bahwa dia adalah penderita HIV.
“Jadi diumumkan sudah kayak orang meninggal, biar semua orang tahu kalau dia itu penderita HIV,” kata Mohamad Alfiyansyah saat dihubungi, Selasa (28/2).
Dari aktivitas sehari-hari, penderita HIV juga sering didiskriminasi, seperti dijauhi oleh orang-orang sekitar. Bahkan, tak jarang setelah penderita HIV tersebut minum atau makan, gelas dan piringnya harus dibuang karena takut menularkan penyakitnya.
Padahal, HIV tidak menular melalui air liur. HIV hanya dapat menular melalui tiga medium, yakni darah, sperma, dan jarum suntik yang tidak steril atau dipakai bersama-sama. Namun karena edukasi yang masih minim, masih banyak masyarakat yang mengira bahwa HIV bisa menular dengan sangat mudah, bahkan jika seseorang duduk sebelahan dengan penderita HIV dianggap bisa ikut tertular HIV.
ADVERTISEMENT
Tak hanya oleh masyarakat dan tetangga sekitar, narasumber dalam film tersebut bahkan mendapat perlakuan tak menyenangkan dari tenaga kesehatan (nakes), yang mestinya memiliki literasi tentang HIV lebih baik ketimbang masyarakat umum.
“Data rekam medis pribadinya itu dibocorkan, itu kan sudah melanggar aturan,” ujarnya.
Tiga contoh perlakuan diskriminatif itu menurut Alfi hanya contoh kecil dari beragam diskriminasi yang dialami penderita HIV. Dia mengatakan bahwa saat ini masih sangat banyak perlakuan-perlakuan diskriminatif yang dialami penderita HIV karena masih minimnya literasi masyarakat tentang penyakit tersebut.
Berbagai bentuk diskriminasi itu menurut Alfi kemudian membuat banyak penderita HIV sangat tertutup, karena takut mendapatkan perlakuan serupa.
“Akibatnya banyak dari mereka yang tidak dapat mendapatkan akses kesehatan yang layak sehingga berakibat fatal,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Melalui film ini, Alfi dan timnya ingin menyampaikan bahwa penderita HIV mestinya bukan didiskriminasi, tapi justru dirangkul dan dikuatkan supaya bisa melewati hari-harinya yang berat.
“Yang harus dijauhi itu bukan penderita HIV, tapi penularannya,” kata Mohamad Alfiyansyah.
Dia mengatakan bahwa film yang merupakan proyek skripsi ini belum dipublikasikan secara umum. Saat ini, publikasi film baru dilakukan melalui screening-screening secara luring, belum bisa dinikmati melalui platform digital. Terakhir, film ini diputar di Institut Francais Indonesia-Yogyakarta pada pertengahan Februari silam.
“Karena muatannya cukup sensitif, juga karena narasumber belum siap untuk dipublikasikan secara umum, jadi saat ini baru kita putar melalui screening-screening offline,” kata dia.