Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
PBTY 2025 Digelar 7 Hari, Gandeng Pedagang Teras Malioboro Ketandan
3 Februari 2025 14:14 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2025 akan berlangsung selama tujuh hari, mulai 6 hingga 12 Februari di kawasan Ketandan, Yogyakarta. Tahun ini, penyelenggaraan PBTY berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dengan menggandeng pedagang UMKM di Teras Malioboro yang berada di kawasan Ketandan.
ADVERTISEMENT
Paniradya Pati Kaistimewaan DIY Aris Eko Nugroho menyatakan bahwa PBTY bukan sekadar event tahunan, tetapi juga momentum untuk mengangkat kawasan Ketandan sebagai destinasi budaya yang wajib dikunjungi.
“Jogja adalah Indonesia mini, dan kawasan Ketandan adalah bagian penting dari cerita itu. Belum ke Jogja kalau belum ke Ketandan,” ujarnya dalam Rembag Kaistimewaan “Dari Barongsai hingga Kuliner: Pesona Pekan Budaya Tionghoa”, Senin (3/2).
Kepala Bidang Layanan Kewirausahaan KUKM Dinas Koperasi dan UKM DIY Wisnu Hermawan menambahkan bahwa PBTY menghadirkan berbagai pertunjukan seni seperti barongsai, wayang potehi, dan musik tradisional, serta melibatkan berbagai komunitas budaya. Selain itu, kolaborasi dengan pedagang di Teras Malioboro diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi positif.
“Bisa menikmati lorong-lorong Ketandan yang tembus ke sentra Teras Malioboro. Harapannya, di PBTY semua dapat cuan, termasuk para pelaku UMKM di DIY yang berada di Teras Malioboro,” tuturnya.
Ketua Umum PBTY XX 2025, Antonius Simon, menekankan bahwa acara ini telah berlangsung selama 20 tahun dan terus berkembang, termasuk dalam aspek ekonomi yang melibatkan sektor UMKM.
ADVERTISEMENT
“Salah satu aspek yang kami perhatikan adalah bagaimana sisi ekonomi dapat berkembang, terutama dari sektor UMKM yang turut berpartisipasi dalam festival ini,” jelasnya.
Tahun 2025 merupakan tahun Sio Ular dalam kalender Tionghoa, yang menurut Antonius Simon memiliki makna perjuangan dan kebaikan, diharapkan dapat membawa kemakmuran bagi masyarakat.
Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) Tandean Harry Setio S menyampaikan bahwa PBTY merupakan event fenomenal yang rutin diselenggarakan selama masa perayaan Imlek.
“Semua masyarakat bisa berbaur dan menjadi fenomena tersendiri. Makanya banyak warga yang tertarik datang ke PBTY. Bakal ada satu panggung dari pukul 17.00-22.00 yang menampilkan kesenian budaya Tionghoa dan lokal,” ujarnya.
Pada PBTY 2025, akan ada 140 stan yang telah dikurasi untuk menghadirkan kuliner budaya Tionghoa dan akulturasinya. Tandean menekankan bahwa keberadaan Teras Malioboro di Ketandan menjadi nilai lebih karena memberikan sinergi bagi para pelaku UMKM.
ADVERTISEMENT
“Keberadaan Teras Malioboro di Ketandan menjadi nilai lebih karena dapat bersinergi, UMKM bisa sama-sama bangkit. PBTY bisa menjadi pemantiknya,” tandasnya.