Pedagang Beringharjo Jelang Lebaran: Orang Datang Cuma Lihat, Belinya di Online

Konten Media Partner
27 Maret 2024 19:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, bagian toko pakaian muslim pada pekan ketiga Bulan Ramadan. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, bagian toko pakaian muslim pada pekan ketiga Bulan Ramadan. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Pedagang Pasar Malioboro, Yogyakarta, mengeluhkan situasi pasar yang masih sepi meski sudah memasuki pekan ketiga Bulan Ramadan. Mereka mengeluhkan banyaknya orang yang datang ke pasar bukan untuk belanja, tapi sekadar untuk lihat-lihat barang saja.
ADVERTISEMENT
“Paling kalau ramai itu Hari Sabtu-Minggu, tapi ya enggak beli, cuma jalan-jalan doang,” kata salah seorang karyawan toko busana muslim di Pasar Beringharjo, Diah, saat ditemui Pandangan Jogja pada Selasa (26/3).
“Kadang ada yang lihat-lihat di toko biar tahu bahannya kayak gimana, nanti belinya tetap di online, ya mungkin karena harganya ya,” lanjutnya.
Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
Diah mengaku, biasanya memasuki pekan kedua Ramadan jumlah pembeli di tokonya mulai meningkat. Tapi Ramadan tahun ini belum ada tanda-tanda kenaikan omzet meski sudah masuk pekan ketiga Ramadan.
Hal serupa juga disampaikan oleh salah satu anggota Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo Center (PPBC), Bony. Menurutnya, secara kualitas produk-produk fesyen yang dijual di Pasar Beringharjo sebenarnya bisa bersaing dengan fesyen di toko modern atau mall.
ADVERTISEMENT
Tapi kualitas saja ternyata tidak cukup untuk mendatangkan banyak pembeli.
“Toko-toko online itu memang berpengaruh sekali terhadap penjualan kami yang berdagang secara offline,” kata Bony.
Pedagang pakaian di Pasar Beringharjo yang juga Anggota Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo Center (PPBC), Bony. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
Ia dan para pedagang di Beringharjo sebenarnya juga sudah berupaya ikut menjual produk mereka secara online. Tapi upaya itu ternyata tak mampu meningkatkan omzet secara signifikan karena mereka harus bersaing dengan produsen yang terjun langsung ke toko online.
“Mereka (produsen) misalnya punya barang 200 ribu, dijual dengan harga 225. Kita yang offline kan ndak mungkin bisa jual harganya sama. Kita ambil dari mereka harga segitu. Kan kita ada kontrak, ada gaji karyawan,” ujarnya.
Suasana di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, bagian toko pakaian muslim pada pekan ketiga Bulan Ramadan. Foto: Rochmad Nur Hidayat/Pandangan Jogja
Salah satu pemilik toko pakaian yang sudah berdiri sejak 1997 di Pasar Beringharjo, Azrial, juga mengaku belum mengalami kenaikan omzet jelang Lebaran tahun ini. Ia berharap situasi akan membaik pada pekan terakhir Ramadan, saat masyarakat sudah menerima Tunjangan Hari Raya (THR).
ADVERTISEMENT
“Ya mulai bulan depan, semoga saja. Kita lihat situasinya. Harapan kita sebagai pedagang tentu ada kenaikan,” kata Azrial.
Reporter: Rochmad & Mawar