Konten Media Partner

Pembicara Jogja Innovator Summit: Anak Pintar Sebaiknya Masuk MIPA, Kok Bisa?

19 Oktober 2024 14:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto bersama Jogja Innovator Summit di FMIPA UGM, Jumat (18/10). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama Jogja Innovator Summit di FMIPA UGM, Jumat (18/10). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) tidak lagi terbatas pada peran sebagai akademisi atau ilmuwan. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, peluang bagi mereka untuk terjun ke dunia bisnis semakin terbuka, terutama berkat pengetahuan sains yang mendalam sebagai fondasi dasar inovasi teknologi.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan beberapa pembicara dalam acara Jogja Innovator Summit yang digelar di Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Jumat (18/10). Beberapa pembicara mendiskusikan soal bagaimana lulusan MIPA memiliki posisi strategis di industri teknologi karena mereka sudah menguasai dasar-dasar ilmiah yang penting untuk pengembangan produk inovatif.
Salah satu pembicara, CEO PT Waleta Asia Jaya, Djoko Hartanto, menegaskan pentingnya peran MIPA dalam mendorong inovasi berbasis sains.
“Anak pintar masuk MIPA! Sudah banyak hal dari sains yang kita terapkan dalam teknologi saat ini. Maka dari itu, MIPA dapat terus berkembang dan cocok dengan anak muda. Sudah banyak jalan menuju industri,” ujar Djoko saat ditemui Pandangan Jogja seusai acara.
CEO PT Waleta Asia Jaya, Djoko Hartanto di Jogja Innovator Summit di FMIPA UGM, Jumat (18/10). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Senada dengan itu, Managing Partner MDI Singapore Pte. Ltd., Kenneth Li, mengungkapkan bahwa lulusan MIPA di Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan bisnis berbasis teknologi, namun mereka masih perlu membangun mindset kewirausahaan yang lebih kuat.
ADVERTISEMENT
“Di Indonesia, peneliti di bidang fisika, kimia, dan biologi, bagi saya masih kurang kemauannya untuk berbisnis. Padahal, MIPA itu tempat yang tepat. Teknologi dikembangkan dari sains, dan dari sains itu produk bisa di-develop. Makanya, mereka perlu mindset untuk membangun bisnis,” jelas Kenneth Li.
Li juga menambahkan bahwa di negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, peneliti sains tidak hanya berfokus pada akademis, tetapi juga aktif membangun produk komersial dari hasil riset mereka. Ini mempercepat kemajuan teknologi dan meningkatkan kolaborasi antara sains dan bisnis.
Managing Partner MDI Singapore Pte. Ltd., Kenneth Li di Jogja Innovator Summit di FMIPA UGM, Jumat (18/10). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Melengkapi pandangan ini, Direktur Pengembangan Inovasi Matematika, Statistika, dan Aktuaria Program Akselerator FMIPA UGM, Uha Isnaini, menyampaikan bahwa bidang keilmuan seperti matematika, statistika, dan aktuaria adalah kunci dalam menjawab tantangan industri yang semakin kompleks.
ADVERTISEMENT
“Ilmu Matematika, Statistika, dan Aktuaria sangat krusial dalam menyediakan fondasi teoritis dan analitis yang kuat untuk menjawab tantangan industri. Program akselerator ini memberi kesempatan untuk menghubungkan riset akademik dengan kebutuhan industri melalui kolaborasi yang terstruktur,” tuturnya.
Dengan dukungan program akselerator, lulusan MIPA diharapkan bisa lebih mudah menyalurkan ide-ide inovatif mereka ke industri teknologi yang sedang berkembang pesat.