Penangkaran Tikus Laboratorium Tutup, Dunia Riset Terguncang

Konten Media Partner
18 Juli 2021 19:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Salah satu yang pasti terguncang adalah riset pengobatan baru untuk anak-anak penderita kanker.
Ilustrasi tikus laboratorium. Foto: Pixabay
Pemasok tikus dan tikus besar untuk keperluan laboratorium terbesar di Australia, Australian Research Council (ARC) mengumumkan untuk menutup operasi selama 18 bulan ke depan. Keputusan ini dinilai akan berdampak buruk pada penelitian biomedis, baik di Australia maupun negara lain yang selama ini bergantung pada pasokan tikus dari Aussie. Beberapa negara yang selama ini disuplai kebutuhan tikusnya dari Australia di antaranya Selandia Baru, Korea Selatan, serta Indonesia.
ADVERTISEMENT
Panutupan ARC menurut konsultan veteriner yang berbasis di Sydney yang juga mantan presiden Asosiasi Laboratorium Hewan Australia dan Selandia Baru, Malcolm France, akan menyebabkan kesenjangan besar dalam pasokan hewan penelitian ke banyak universitas dan lembaga penelitian medis.
Hal ini karena ARC merupakan fasilitas pembiakan tikus dan tikus besar di Australia yang menyuplai banyak kampus dan lembaga penelitian. Pada 2020, mereka menjual 199.258 ekor tikus dan tikus besar ke klien mereka di Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Indonesia.
Namun pada 2 Juli lalu, ARC mengirimkan email kepada para pelanggannya dan menyampaikan bahwa persediaan akan segera habis. Setelah itu, operasi akan dihentikan selama 12 hingga 18 bulan ke depan dan akan berakhir sepenuhnya pada 2022.
ADVERTISEMENT
ARC merupakan satu-satunya produsen utama hewan yang khusus untuk dijual ke 43 universitas di Australia, lebih dari 50 lembaga penelitian medis, organisasi penelitian pemerintah, serta lembaga komersial lainnya.
“Sehingga ketergantungan keseluruhan pada ARC sangat tinggi, dan hilangnya hewan-hewan ini kemungkinan besar akan sangat bermasalah,” kata Malcolm France seperti dikutip dari Nature.
Pejabat Kepala Eksekutif ARC, Kristy Moynihan mengatakan bahwa keputusan untuk menghentikan operasional tersebut diambil karena finansial ARC tidak mampu mencukupi biaya operasional secara mandiri. Tak hanya itu, mereka juga perlu meninggalkan tempat di Murdoch University yang selama ini menjadi tempat mereka beroperasi.
Pemerintah negara bagian Australia Barat yang selama ini menaungi ARC juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa ARC tidak layak secara finansial. Salah satu indikasinya adalah, pemerintah negara bagian Australia Barat selama ini telah berulang kali diminta untuk turun tangan dan memberikan bantuan finansial kepada ARC.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Australia Barat menambahkan, bahwa ARC pada awalnya dimaksudkan untuk memasok hewan laboratorium sebagai model penyakit ke lembaga penelitian di Australia Barat. Namun saat ini hanya sekitar 16 persen hewan yang dijual di negara bagian tersebut.
“Mayoritas stok hewan dijual ke pasar antarnegara bagian dan luar negeri untuk penelitian medis, namun merugi,” kata juru bicara menteri kesehatan negara bagian Australia Barat.
Hal lain yang kemudian menjadi katalisator pemerintah mengeluarkan keputusan tersebut adalah karena sewa tempat untuk pusat penelitian di Universitas Murdoch akan berakhir pada 2023. Sementara biaya untuk mendirikan fasilitas baru yang dibangun khusus untuk penelitian dan pemuliaan hewan dinilai tidak layak secara komersial.
Kabar yang Menghancurkan
Ilustrasi laboratorium. Foto: Pixabay
Seorang ahli virology di University of Queensland di Brisbane, Kristy Short, sangat terkejut ketika mendapat kabar penutupan pusat pembiakan tikus terbesar di Australia tersebut. Apalagi saat ini penelitiannya tentang efek diabetes dan obesitas pada respons imun terhadap infeksi virus yang sedang berjalan hanya mengandalkan ARC sebagai satu-satunya pemasok model hewannya.
ADVERTISEMENT
Dan Kristy Short bukanlah satu-satunya yang mesti menghentikan penelitiannya. Dia memprediksi,akan sangat banyak peneliti yang harus menghentikan eksperimennya karena penutupan tersebut sampai menemukan alternatif lain yang dapat memasok model hewan mereka.
“Kami semua khawatir tentang itu,” kata Kristy Short.
Para peneliti di University of Sydney juga sangat prihatin dengan situasi ini. Wakil Rektor Bidang Penelitian, Duncan Ivison, mengatakan penutupan ini akan memiliki implikasi besar bagi upaya penelitian medis di Australia.
“Mengingat bahwa model hewan sangat penting untuk pemahaman kita tentang proses penyakit dan pengembangan intervensi medis baru,” kata Ivson.
Tak sampai di situ, Direktur Eksekutif Children’s Cancer Institute di Sydney, Michelle Haber, mengatakan bahwa ARC selama ini menyumbang 80 persen dari model hewan yang dipakai oleh lembaga penelitiannya, termasuk satu jenis tikus yang tidak tersedia dari pemasok lain di Australia.
ADVERTISEMENT
“Penutupan itu bisa berdampak signifikan pada program penelitian institute dan kemampuan untuk mengembangkan pengobatan baru untuk anak-anak penderita kanker,” ujar Haber.
Masalah yang Pelik
Ilustrasi tikus laboratorium. Foto: Pixabay
Para peneliti mengatakan bahwa masalah lanjutan dari tutupnya ARC akan sangat sulit untuk diperbaiki. Pasalnya, pusat penangkaran lain yang ada juga akan kesulitan meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Dan salah satu pilihan yang paling masuk akal adalah impor hewan. Tapi pilihan itu bukan tanpa kendala, karena harganya tentu jauh lebih mahal, kesulitan akses karena aturan karantina tiap negara, serta potensi stress pada hewan yang tinggi.
Universitas mungkin bisa membuat pemuliaan hewan sendiri, tapi persoalannya adalah banyak universitas yang memiliki ruang terbatas untuk menampung dan membiakkan hewan. Apalagi standar kontrol kualitas yang tinggi yang selama ini dimiliki oleh ARC juga akan sulit untuk disamai, apalagi oleh perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
“Pertnyaannya, siapa yang akan menanggung beban biaya itu dan seberapa layak?” kata Kristy Short.
University of Sydney dalam beberapa pekan terakhir sebenarnya telah menjalin komunikasi dengan beberapa perguruan tinggi lain untuk menemukan solusi dari persoalan ini. Tapi kecil kemungkinan solusi itu dapat terwujud sebelum ARC benar-benar ditutup. Kini, para peneliti berharap aka nada pemasok lain yang masuk untuk mengisi kekosongan ini.
“Kita harus menemukan solusi secara nasional,” kata Haber.