Penembakan Elang Marak Terjadi di Gunungkidul Semenjak PPKM

Konten Media Partner
22 Agustus 2021 12:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Padahal burung elang membantu mengendalikan populasi tikus, ular, dan monyet yang sering menjadi masalah bagi warga setempat
Salah satu elang yang ditemukan di Paliyan, Gunungkidul. Foto: Dokumen BKSDA DIY.
Sejak PPKM, penembakan burung elang di daerah Gunungkidul marak terjadi. Sedikitnya sudah ada tiga elang yang tercatat menjadi korban timah panas dari orang-orang tak bertanggung jawab dalam sebulan terakhir, dan total ada enam kasus penembakan elang yang tercatat di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Yang paling baru, elang-alap jambul atau crested goshawk (CG) ditemukan tak bisa terbang oleh seorang warga Nglipar karena terdapat luka tembak di sayap kirinya. Saat ini, elang tersebut masih dalam perawatan untuk bisa pulih kembali.
Lima hari sebelumnya, seekor elang ular bido ditemukan terkapar tak berdaya di Karangmojo karena luka tembak di bagian kepala dengan kuku dan paruh yang dikikir. Elang ular bido dewasa itu akhirnya mati.
Sebulan yang lalu, seekor elang ular bido juga ditemukan tak bisa terbang karena luka tembak pada pangkal sayap kirinya. Sampai sekarang elang malang ini masih menjalani perawatan dan telah divonis cacat, tak mungkin bisa terbang lagi.
“Sejak PPKM ini benar-benar merajalela,” ujar Kader Konservasi BKSDA DIY yang aktif menangani konflik satwa dan manusia di Gunungkidul, Kurniawan, Sabtu (21/8).
ADVERTISEMENT
Selain elang-alap jambul dan elang ular bido, ada juga jenis sikep madu asia dan alap-alap kaki biting yang juga jadi keganasan orang-orang tak bertanggung jawab dalam setahun terakhir. Keempat jenis burung pemangsa tersebut merupakan satwa dilindungi yang kini populasinya terus berkurang. Beberapa memang ada yang berhasil disembuhkan dan dilepaskan lagi, tapi lebih banyak yang mati dan cacat seumur hidup sehingga tidak mungkin untuk dilepaskan lagi ke alam liar.
Penembakan elang di Gunungkidul bukan baru sekali ini terjadi, tahun lalu bahkan elang yang baru saja dilepasliarkan ditemukan mati tertembak peluru pemburu liar. Padahal, sebelum dilepasliarkan elang tersebut harus menjalani masa rehabilitasi yang tidak sebentar.
“Tak jelas apa motifnya, mungkin tertembak di mana terus jatuhnya di beda tempat. Mungkin juga cuma dijadikan sasaran tembak. Yang ditemukan pelurunya kaliber 4,5 mm,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Elang-elang di Gunungkidul dan DIY pada umumnya merupakan jenis burung pemangsa yang sangat penting untuk mengendalikan ekosistem. Burung elang maupun alap-alap merupakan pemangsa alami tikus sehingga bisa membantu mengendalikan hama tikus di lahan pertanian. Mereka juga menjadi pemangsa alami ular, dimana populasi ular kerap kali meledak dan masuk ke perkampungan warga terutama ketika musim penghujan.
Bahkan, elang ular bido yang ukurannya paling besar dari jenis lainnya, bisa memangsa monyet ekor panjang, terutama yang masih bayi atau remaja. Dengan begitu, populasi monyet ekor panjang bisa dikendalikan secara alami.
“Kalau semuanya diburu, ya makin menggila nanti populasi monyet ekor panjang. Kalau sudah kayak gitu nyalahin alam lagi, padahal kan ya manusia sendiri penyebabnya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain ukurannya paling besar, populasi elang ular bido di Gunungkidul juga merupakan yang paling kecil dibandingkan jenis lainnya. Jika terus diburu, bukan tidak mungkin populasinya terus merosot dan akhirnya punah. Ketika burung-burung pemangsa ini hilang dari Gunungkidul, maka dampak berikutnya adalah terjadinya ledakan populasi hewan-hewan lain yang merupakan mangsa dari elang atau alap-alap.
“Yang rugi kan ya kita sendiri, manusia sendiri. Mbok ya belajar buat hidup berdampingan sama makhluk lain, mereka kan juga punya hak buat hidup bahkan punya peran yang besar untuk menjaga keseimbangan ekosistem,” kata Kurniawan.