Konten Media Partner

Pengamat Bisa Hitung Ribuan Burung Migran di Jogja, Bagaimana Caranya?

27 Oktober 2024 16:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung layang-layang asia kini lebih banyak beristirahat di kabel yang melintang did epan PKU Muhammadiyah, Jalan Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Foto: Danang Bakti K/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Burung layang-layang asia kini lebih banyak beristirahat di kabel yang melintang did epan PKU Muhammadiyah, Jalan Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Foto: Danang Bakti K/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Burung migran layang-layang asia (Hirundo rustica) kembali tiba di Yogyakarta pada musim migrasi tahun ini. Burung-burung ini banyak bertengger di kabel-kabel sepanjang Jl KH Ahmad Dahlan, di barat titik Nol Kilometer Jogja.
ADVERTISEMENT
Pada 2 Oktober lalu, Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) mencatat ada 1.293 individu yang terhitung. Bagaimana pengamat menghitung jumlah burung migran yang sangat banyak ini?
Peneliti burung dan Guru Besar Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Pramana Yuda, menyebutkan dua metode utama yang sering digunakan untuk menghitung burung layang-layang asia: teropong atau binokuler dan kamera.
Pengamat sedang melakukan pengamatan menggunakan binokuler atau teropong. Foto: Danang Bakti K/Pandangan Jogja
Pada metode teropong, pengamat menghitung burung satu per satu dalam lingkaran pandang teropong. Setelah selesai pada satu area, teropong digeser ke area berikutnya. Jumlah total burung dihitung dengan mengalikan jumlah lingkaran pandang sepanjang kabel atau area tempat burung bertengger.
"Dalam satu pandangan teropong itu, kita hitung berapa ekor, lalu geser ke arah kabel berikutnya. Setiap lingkaran dalam teropong kita hitung, kemudian tinggal dikalikan sepanjang kabel berapa lingkaran," ujar Pramana kepada Pandangan Jogja, Jumat (25/10).
ADVERTISEMENT
Pramana Yuda (paling kanan) foto bersama para pengamat burung dari PPBJ. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Metode lain adalah penghitungan menggunakan kamera, di mana pengamat mengambil foto burung yang bertengger dan mengelompokkan area burung dalam model kotak-kotak kecil untuk memudahkan perhitungan. Teknologi kamera yang semakin canggih juga memungkinkan penghitungan lebih akurat dengan video.
“Cara lain yang lebih teliti adalah dengan mengambil foto, lalu kita buat model klaster menggunakan kotak-kotak agar bisa dihitung ulang. Dengan adanya kamera digital atau HP yang zoom-nya bagus, bisa juga kita gunakan video, kemudian capture untuk menghitung ulang," jelas Pramana.
Proses pengamatan dan pencincinan burung layang-layang asia di Yogya oleh PPBJ. Foto: Widi RH Pradana/Pandangan Jogja
Namun, Pramana mengakui adanya potensi bias dalam pengamatan, terutama jika pengamat memiliki tingkat keterampilan yang berbeda. Selain itu, ada burung lain yang terkadang turut bertengger, sehingga kemampuan identifikasi jenis burung sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT
Penghitungan burung migran ini juga dibantu oleh Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ).
"Proses perhitungan ini bisa dilakukan sendiri, tetapi biasanya dibantu paguyuban pengamat burung agar lebih cepat. Tugasnya biasanya dibagi, misalnya dari tiang ini sampai tiang itu dihitung siapa," katanya.
"Orang yang bertugas menghitung harus punya kemampuan identifikasi jenis, terutama untuk membedakan spesies, karena terkadang ada jenis lain yang ikut bertengger, seperti layang-layang batu," tutup Pramana.
Burung migran layang-layang asia sedang bermigrasi di sebuah pohon di Yogyakarta. Foto: Dok. PPBJ