Penurunan Angka Kelahiran Bayi di DIY Tidak Perlu Dikhawatirkan

Konten Media Partner
13 Juni 2023 15:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Budhi Hermanto, mengatakan turunnya angka kelahiran bayi di DIY belum menjadi masalah yang perlu dikhawatirkan.
ADVERTISEMENT
"Saya masih cenderung melihat tidak terlalu mengkhawatirkan angka kelahiran bayi turun. Akan menjadi khawatir dan kita semua perlu khawatir kalau tingkat kematian bayinya meningkat," kata Budhi, Senin (12/6).
Berdasarkan catatan PKBI, lanjut dia, angka kelahiran DIY memang turun signifikan. Dalam empat tahun terakhir, misalnya, angka kelahiran turun dari sekitar 49.000 pada 2019 menjadi sekitar 36.000 pada 2022.
Ditektur PKBI DIY, Budhi Hermanto. Foto: Istimewa
Meski belum berdampak besar untuk saat ini, penurunan angka kelahiran dapat mengurangi jumlah penduduk usia produktif jika terus terjadi secara signifikan dalam seperempat abad.
"Kalau tidak punya sumber daya manusia akan berisiko terhadap keberlangsungan kehidupan sosial, ekonomi, maupun politik," ucapnya.
Budhi menegaskan bahwa penurunan angka kelahiran bayi di DIY saat ini tidak akan berdampak seperti yang terjadi di Jepang. Di Jepang, terjadi resesi seks karena banyak pasangan tidak ingin memiliki anak.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak melihat kekhawatiran itu ada di Indonesia maupun Yogya. Kalau di Indonesia, yang saya dapat kasusnya menunda untuk memiliki anak, sementara di banyak negara itu mereka memang memutuskan untuk tidak memiliki anak," jelas dia.
Menurutnya, masalah pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi lebih perlu menjadi perhatian saat ini. Pasangan yang menunda memiliki anak harus memahami cara aman jika ingin hamil di atas usia 30 tahun.
Dengan pemahaman tersebut, kehamilan di atas usia 30 tahun diharapkan tidak akan membahayakan ibu dan anak.
"Penting dilakukan negara mengedukasi pasangan muda untuk punya anak sebaiknya seperti apa, treatment-nya bagaimana, cara menjaga kesehatan organ seksual dan reproduksinya seperti apa," ujarnya.
Penyebab Angka Kelahiran DIY Turun
Jenis-jenis alat kontrasepsi. Foto: Shutter Stock
Budhi menuturkan ada tiga penyebab yang menyebabkan penurunan angka kelahiran bayi di DIY. Pertama, meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
"Misalnya, pada 2019 itu penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang hanya 38%, tetapi pada 2021 mencapai 41,4%. Ini cukup meningkat penggunaan kontrasepsi jangka panjang," kata dia.
Penyebab kedua adalah pasangan muda memiliki kecenderungan untuk menunda kehamilan. Lalu yang ketiga, meski tidak signifikan, adalah meningkatnya angka kematian bayi dalam beberapa tahun terakhir.
Diberitakan sebelumnya, angka kelahiran total atau total fertility rate (FTR) di DIY terus turun dalam lima dekade terakhir. Bahkan, per 2020, angka kelahiran di DIY jadi yang paling rendah kedua secara nasional.
Pada 2020, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut angka kelahiran DIY sebesar 1,89. Artinya, setiap satu orang perempuan di DIY rata-rata melahirkan tidak sampai dua anak sepanjang masa suburnya.
ADVERTISEMENT