news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Perjalanan Santri Tuli Menemukan Tuhan di Pesantren Tunarungu Sleman

5 Maret 2025 14:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Willian, salah satu santri di Ponpes Tunarungu Darul Ashom, Sleman. Foto: Iqbaltwq/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Willian, salah satu santri di Ponpes Tunarungu Darul Ashom, Sleman. Foto: Iqbaltwq/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Willian, 17 tahun, telah berdamai dengan ketuliannya. Bahkan lebih dari itu, ia bersyukur karena sejak lahir tak bisa mendengar dan bicara.
ADVERTISEMENT
Ia adalah satu dari 170-an santri di Pondok Pesantren Darul Ashom Sleman, pesantren tunarungu pertama di dunia.
"Saya merasa beruntung, saya enggak bisa mendengar, dosa pendengaran Allah tidak berikan kepada saya, saya tidak bicara dosa pembicaraan Allah tidak berikan kepada saya," kata Willian, Senin (3/3).
Willian yang berasal dari Lampung mengaku sempat menyesali nasibnya yang terlahir sebagai tunarungu. Ia bertanya-tanya, mengapa harus lahir ke dunia jika kondisinya bisu dan tuli.
Pendiri Ponpes Tunarungu Darul Ashom Sleman, Abu Kahfi, foto bersama beberapa santrinya. Foto: Iqbaltwq/Pandangan Jogja
Sampai akhirnya pada Februari 2021 ia dimasukkan ke Darul Ashom oleh orang tuanya untuk belajar ilmu agama.
”Sebelumnya dulu saya enggak tahu agama, enggak tahu Allah, enggak kenal Allah,” ujarnya.
Dua tahun di Darul Ashom, Willian tak cuma belajar agama. Dia kini juga sudah menghafal dua juz Al-Quran, bahkan dia jadi salah satu santri yang ikut program hafalan langsung di Masjid Nabawi, Madinah, secara virtual.
ADVERTISEMENT
Yang terpenting, ia tak lagi menyesali nasibnya yang terlahir tuli.
“Saya tuli, saya terima ketulian saya sampai mati. Nanti di akhirat akan mendengar suara Nabi Daud melantunkan Al-Quran,” kata dia.
Proses mengaji di Ponpes Tunarungu Darul Ashom Sleman. Foto: Iqbaltwq/Pandangan Jogja
Willian mengatakan setelah lulus dari Darul Ashom ia bercita-cita menjadi ustadz, mengajarkan agama Islam yang ia peroleh terutama kepada teman-teman tuli yang lain.
“Saya mau menjadi ustaz, mengajarkan agama, Al-Quran,” kata Willian.
Darul Ashom merupakan pesantren tunarungu pertama di dunia yang didirikan oleh Abu Kahfi. Pesantren ini kini ada di dua lokasi, yakni di Depok, Sleman, untuk pesantren putra, sedangkan pesantren putri ada di Kalasan, Sleman.
Sejak didirikan pada September 2019, pesantren ini terus berkembang, dari yang awalnya hanya memiliki dua santri kini mereka mengasuh lebih dari 170 santri dari berbagai daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT