Perkawinan Sedarah Ancam Kepunahan Badak Jawa di Ujung Kulon

Konten Media Partner
12 April 2023 19:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi badak jawa bersama anaknya. Foto: Shutterstock/Evgheni Kim
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badak jawa bersama anaknya. Foto: Shutterstock/Evgheni Kim
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkawinan sedarah yang terjadi pada badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) disebut-sebut jadi salah satu ancaman serius bagi kepunahan satwa tersebut. Hal ini disampaikan peneliti dari Auriga Nusantara yang telah melakukan penelitian badak jawa di TNUK dalam beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
“Kami mendapat informasi yang meyakinkan mengenai penurunan genetis badak jawa di Ujung Kulon,” kata Ketua Auriga Nusantara, Timer Manurung, dalam konferensi pers tentang perkembangan konservasi badak jawa di TNUK pada Selasa (12/4).
Timer mengatakan, penurunan genetis pada badak jawa disebabkan karena terjadinya perkawinan sedarah. Karena hidup dalam satu habitat yang sama dengan luas sekitar 45 ribu hektare, membuat mereka bisa saling berkumpul dan sangat memungkinkan terjadinya perkawinan sedarah.
Perkawinan sedarah ini kemudian akan menghasilkan anakan dengan kualitas genetik yang telah terdegradasi. Sehingga meskipun setiap tahun hampir selalu ada anak badak baru yang lahir, tapi banyak dari mereka yang kualitas genetiknya menurun.
“Sehingga peluang hidup mereka akan berkurang dan rentan terserang penyakit,” ujarnya.
Ilustrasi badak jawa. Foto: KemenLHK
Timer Manurung mengungkapkan bahwa ancaman kepunahan badak jawa semakin nyata. Pada 2022, berdasarkan data yang diumumkan oleh KLHK, populasi badak jawa di TNUK tinggal sekitar 77 individu saja. Sedangkan data yang didasarkan pada deteksi kamera jumlahnya jauh lebih kecil, hanya sekitar 34 individu saja.
ADVERTISEMENT
Namun hal ini menurut Timer masih belum terlalu banyak diteliti secara akademis dan baru menjadi pembahasan di kalangan terbatas saja. Fenomena ini menurutnya perlu diteliti lebih lanjut supaya masalah perkawinan sedarah yang mengakibatkan penurunan kualitas genetik ini bisa segera ditangani secara tepat.
Situasi ini diperparah dengan meningkatnya aktivitas perburuan liar di kawasan taman nasional tersebut. Menurut Timer, ada aktivitas perburuan liar bersenjata api yang berhasil terekam oleh kamera pemantau, selain itu juga ditemukan sejumlah jerat mamalia besar di lapangan. Pada 2022 saja menurutnya ada enam aktivitas perburuan dengan senjata api yang terekam oleh kamera pemantau.
Peningkatan aktivitas perburuan liar ini menurut Timer berkaitan dengan menyusutnya populasi badak lampung. Hal itu membuat para pemburu badak profesional di lampung beralih ke Ujung Kulon yang jaraknya relatif dekat.
ADVERTISEMENT
“Kita harus waspada betul para pemburu profesional di Lampung mengalihkan arahnya ke Ujung Kulon,” kata Timer Manurung.