Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Pernyataan Sikap ‘Jogja Memanggil’: Tak Ada Tuntutan, tapi Gaungkan Perlawanan
20 Februari 2025 15:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Massa aksi ‘Jogja Memanggil’ masih memadati Jalan Malioboro, Kamis (20/2). Hingga pukul 15.00 WIB, massa berhenti di depan Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta sekaligus melakukan orasi secara bergantian.
ADVERTISEMENT
Massa yang diwakili oleh Ismanov, menyatakan sikap bahwa tidak ada tuntutan dalam aksi kali ini, melainkan bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mereka anggap sebagai bentuk ketidakadilan dalam pemerintahan saat ini.
"Jogja Memanggil tidak ada poin-poin tuntutan untuk pemerintah hari ini karena Jogja Memanggil memiliki poin perlawanan," kata Ismanov, Kamis (20/2).
Dalam aksinya, massa membawa tiga poin utama sebagai bentuk perlawanan. Pertama, mereka menuntut agar pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, segera diturunkan dari jabatannya.
"Turunkan Prabowo-Gibran karena dialah, merekalah yang menjadi biang kerok dari kesengsaraan rakyat hari ini," katanya.
Poin kedua adalah pembubaran Kabinet Merah Putih yang dianggap dipenuhi oleh menteri-menteri yang merusak lingkungan dan demokrasi. Salah satu tokoh yang disinggung adalah Menteri Bahlil Lahadalia.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, poin ketiga yang disuarakan adalah membangun demokrasi kerakyatan, sebuah konsep yang menurut mereka seharusnya diterapkan di Indonesia.
"Demokrasi dengan rakyat yang berdaulat, demokrasi yang mana rakyat menentukan jalannya sendiri, yang mana pemerintah harus tunduk terhadap rakyat," ujar Ismanov.
Gerakan ini juga menyinggung kebijakan-kebijakan yang mereka anggap merugikan rakyat, seperti rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen dan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram. Para peserta aksi menegaskan bahwa aksi ini turut dipicu oleh pernyataan Prabowo yang mereka anggap menghina rakyat.
Hingga pukul 15.15 WIB, massa aksi masih melakukan orasi di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta. Orasi ini dilakukan sejak pukul 14.30 WIB lalu. Massa aksi masih terlihat memadati area sekitar gedung. Ada 4 poster besar yang dipasang di depan gedung tersebut.
ADVERTISEMENT