Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
Konten Media Partner
Perwakilan 22 Negara Akan Bertemu di UNISA Yogya, Bahas Hak-Hak Perempuan
13 Mei 2024 21:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Perwakilan 22 negara akan melakukan pertemuan di Masjid Walidah Dahlan, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dalam agenda Konferensi Global tentang Hak-Hak Perempuan dalam Islam (GCWRI) pada 14 hingga 16 Mei besok.
ADVERTISEMENT
Konferensi tersebut merupakan inisiasi dari Muhammadiyah, Faith to Actions Network, dan Universitas Al-Azhar.
Tokoh-tokoh yang akan hadir dalam konferensi ini terdiri dari para ulama, intelektual Muslim, serta aktivis hak-hak perempuan yang berasal dari Indonesia, Mesir, Amerika Serikat, Inggris, Bosnia Herzegovina, Belanda, Palestina, Kenya, Lesotho, Burundi, Zimbabwe, Uganda, Zambia, Kongo, Tunisia, Ethiopia, Togo, Nigeria, Ghana, Senegal, Sudan Selatan, dan Lebanon.
Selain itu, ada juga para aktivis global dari The Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA), pimpinan ormas Islam dan keagamaan, pimpinan perguruan tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah, pusat studi gender, serta Civil Society Organizations.
Total peserta diperkirakan mencapai lebih dari 200 orang.
Chief Executive Officer (CEO) Faith to Action Network (F2A), Peter Kariyuki Munene, dalam Press Conference GCWRI di Unisa Yogyakarta pada Senin (13/5) mengatakan bahwa konferensi ini adalah wadah untuk saling belajar dari pengalaman yang dialami oleh Muhammadiyah-’Aisyiyah dalam pemenuhan hak-hak perempuan.
ADVERTISEMENT
“Kami dan yang lain hadir dari negara-negara lain di konferensi ini juga ingin dan saling belajar dari pengalaman Muhammadiyah-’Aisyiyah tentang pemenuhan hak-hak perempuan di Indonesia,” kata Peter, Senin (13/5).
Sekretaris Lembaga Pengembangan dan Penelitian Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (LPPA), Alimatul Qibtiyah mengatakan bahwa konferensi ini sangat penting, karena agama Islam secara normatif mengakui hak-hak perempuan.
”Muhammadiyah-’Aisyiyah mempunyai semangat Islam berkemajuan, maka salah satunya adalah juga memperhatikan, memenuhi, melindungi, menegakkan, dan mempromosikan hak-hak perempuan. Karena itu dengan persoalan yang ada penting bagi kita untuk melakukan advokasi bersama,” kata Alimatul Qibtiyah.
Konferensi ini akan membahas enam tema utama, yaitu kesetaraan gender dalam Islam; partisipasi perempuan dalam kehidupan pribadi, publik, dan politik dalam Islam; kekerasan seksual berbasis gender dan kekerasan dalam rumah tangga; hak memiliki harta bagi perempuan di dalam Islam; hak asuh anak di dalam hukum Islam; serta hak perempuan atas integritas tubuh di dalam Islam.
ADVERTISEMENT